Kiss of an Angel

That you are young is enough to make me love you very much.

There can be no virtue without obedience.

We must, each of us, be willing to sacrifice our own will, even at a heavy cost...The sacrifice that is needed is the sacrifice of the will.

Everyone invited

"If we do not give them something to think about their minds will turn to unwholesome thoughts."

"Act today in such a way that you need not blush tomorrow."

"Direct every action to the Lord by saying, “Lord, I offer You this work, please bless it.”"

"If you wish to fly high, start from the bottom.

I would like to stress good health, good moral conduct and serious studies. Health is a precious gift; take good care of it..

Sunday 30 December 2012

Yesus Pulang Bersama Mereka ke Nazaret



Hari ini kita merayakan keluarga kudus dari Nazaret. Bukan kebetulan kalau tema renungan kita dalam mempersiapkan Natal dalam masa advent Kembali ke Nazaret. Hal ini tepat sekali dengan salah satu ayat dari sabda Tuhan dalam injil hari ini “ Lalu Yesus pulang bersama-sama mereka ke nazaret, dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka”. Ini merupakan cirikhas sebuah keluarga. Hanya manusia lah yang secara jelas selalu hidup dalam keluarga dan ini merupakan salah satu ciri bahwa manusia itu adalah mahkluk sosial. Artinya mahkluk yang ada untuk yang lain, tak pernah seseorang berada untuk dirinya sendiri.

Dalam membangun keluarga ini menjadi sangat jelas: tidak pernah ada seorang suami menjadi suami untuk dirinya sendiri. Dia menjadi suami karena mau mencintai istrinya dan siap mengorbankan segala miliknya untuk istri tercintanya, begitu juga sebaliknya orang bersedia menjadi istri karena ingin mengasihi suaminya. Seharusnya tidak ada alasan lain selain untuk saling mencintai, dan mencintai berarti memang harus siap berkorban bagi yang dicintainya. Itulah cinta yang sesungguhnya, tiada kasih tanpa pengorbanan. Maka kalau ada seorang pemuda berani bilang “ i love u” kepada seorang gadis berarti dia siap untuk mengorbankan dirinya demi gadis yang dicintainya.

Itulah yang dilakukan orang tua, mereka tidak pernah menjadi orang tua bagi dirinya tetapi menjadi orang tua bagi anaknya. Sebaliknya anak juga terlahir bagi orang tuanya, tidak pernah menjadi anak untuk dirinya sendiri. Maka sudah sepantasnya kalau seorang anak ingin membahagiakan orang tuanya. Seorang ibu berjuang antara hidup dan mati pada saat berjuang untuk melahirkan anaknya, meski sekarang sudah ada cara sangat canggih yang harus dilahirkan dengan bedah cesar sehingga seorang ibu tidak merasakan sakit saat melahirkan karena dibius tapi perlu waktu untuk proses penyembuhannya. 

Kembali ke Nazaret manjadi tema yang sangat relevan bagi kita dalam merayakan Natal dan hari ini dalam pesta Keluarga kudus. Dalam keluarga semua hal bisa bertumbuh dan berkembang, bila kita mempunyai keluarga yang baik semua tatanan kehidupan akan menjadi baik. Tapi dalam kenyataan beberapa tahun terakhir banyak keluarga yang hancur berantakan, begitu mudahnya suami istri untuk bercerai karena merasa tidak cocok dan tentu saja apapun baiknya anak akan menjadi korban dari semua ini. Mereka tidak menemukan sosok seorang ayah dan ibu yang hidup rukun damai dalam kasih untuk membantu bertumbuh dan berkembang sabagai manusia yang seharusnya.

Sabda Tuhan dalam injil hari ini menunjukan betapa pentingnya keluarga dalam kalimat : “Yesus pulang bersama-sama mereka ke Nazaret, dan ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Yesus makain bertambah besar, dan bertambah pula hikmatnya, Ia makin besar dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia”. Inilah seharusnya hidup manusia supaya berkembang sempurna yaitu mengalami dan merasakan dikasihi ALLAH dan Manusia. Itu hanya bisa terjadi kalau kita bertumbuh dan berkembang dalam iman kita. Seperti ajakan Bapa suci dalam tahun iman yang sedang kita rayakan sepanjang tahun ini. AMIN.
(by F.Matius Sudiantoro, SDB) 

Kesukaan Besar Bagi Seluruh Bangsa



Hari ini kita merayakan Natal kelahiran Tuhan Yesus Sang Emanuel yang membawa kesukaan besar untuk seluruh bangsa. Itulah Yesus yang adalah juruselamat kita datang untuk membawa kesukaan besar. Maka sudah sepantasnya kalau malam ini kita bersukacita dengan satu alasan Yesus datang bagi kita. Bersama para gembala marilah kita bersukacita untuk menyambut sang Emanuel Allah menyertai kita. Inilah kegembiraan yang kita rayakan pada malam natal yang begitu inda dan meriah.

Kemudian muncul pertanyaan kita yang mana disertai Allah?  Karena banyak yang menyalahgunakan kata Emanuel dalam hidup sehari-hari. Seolah kalau sudah bialang Emanuel Allah akan berpihak pada kita dan akan menghukum semua musuh kita. Hitler dan pengikutnya bersemangat Gott mit uns: Allah menyertai kita, ketika berusaha memusnahakn semua bangsa Yahudi. Bahkan Yesus sendiri dihukum mati karena orang farisi dan para imam merasa Allah berpihak kepada mereka. Kita percaya Allah menyertai yang menjadi korban dalam berbagai masalah kehidupan.

Emanuel adalah nama seseorang yang dikutip oleh Matius dari Yesaya “dan mereka akan menamai dia Emanuel yang berarti Allah menyertai kita. Dengan kelahiran Yesus Allah sendiri datang kepada manusia untuk menyertai manusia. Jadi hanya karena Yesus Kristus-lah Allah menyertai kita.  Bukan karena kita di pihak yang benar Allah manyertai kita. Justru kita berada di pihak yang benar karena Yesus datang untuk kita mengakhiri zaman murka Allah dan zaman melawan Allah. Dengan kelahiran Yesus dimulai zaman baru Allah menyertai kita dan bersama kita. 

Dalam nama Emanuel terkandung mutu janji penyertaan dan keberasamaan Allah dangan manusia. Tidak seperti kebersamaan manusia yang kadang bisa digambarkan dengan pepatah “ ada uang abang sayang, tidak ada uang abang melayang” atau bisa juga dangan kalimat hari ini kawan, besok menjadi lawan. Dalam Emanuel penyertaan Allah  untuk manusia itu tanpa batas dan tanapa syarat yaitu menyertai kita. Di sinilah siapa kita ditemukan jawabannya yaitu seluruh bangsa yang menerima kesuakaan besar. Artinya ini semua untuk saya dan untuk anda masing-masing dalam seluruh hidup kita.

Maka marilah  bersama para malaikat kita bernyanyi bersukaria merayakan Natal untuk menyambut Sang Emanuel yang datamh untuk membawa sukacita bagi seluruh bangsa di dunia ini. Kita sudah jelas menerima sukacita itu dengan merayakan Natal ini, tapi kita punya tugas dan kewajiban untuk menjadi pembawa sukacita ini kepada sesama kita, bukan hanya dengan nyanyian gloria tetapi melalui kehidupan kita. Sehingga dimanapun kita hadir dan berada orang bisa bersukacita, karena mengalami sang Emanuel yang hadir dan membawa sukacita bagi seluruh bangsaYang trangkum dalam masmur malam ini” hendaklah langit bersuakcita dan bumi bersorak sorai di hadapan wajah Tuhan karna Dia sudah datang”. Gloria Alleluia.
(by F.Matius Sudiantoro, SDB)

Pertemuan Yang Membahagiakan



Betapa bahagianya dua tokoh dalam injil hari ini saat mereka bertemu. Sebetulnya ada gap yang sangat jauh antara Maria dan Elisabeth dalam soal umur yang saat ini sering menjadi penghalang terbesar untuk bisa saling mengerti antara yang tua dan yang muda. Sungguh menakjupkan hari ini kita mendapat contoh sebuah pertemuan yang membahagiakan dari dua orang yang berbeda generasi. Damapaknya bahka sangat dirasakan orang lain yang masih dalam kandungan” melonjaklah anak yang di dalam rahimnya”. Kegembiraan pertemuan dua wanita ini dirasakan oleh bayi yang ada dalam kandungan.

Pernahkah kita mengalami pertemuan itu yang sungguh membahagiakan baik bagi kita sendiri maupun bagi mereka yang bertemu dangan kita atau justru orang was-was dan takut kalau akan bertemu dengan kita. Sangat menyedihkan kalau ada orang yang akan kita temui justru menjadi ketakutan karena kehadiran kita. Seharusnya orang menanti saat bertemu dangan kita dan setelah pertemuan dengan kita mereka mengalami kegembiraan seperti yang terjadai pada Maria dan Elisabeth hari ini. Sehingga kita sungguh menjadi pembawa kabar gembira atau injil bagi sesama kita.

Kita sudah ada pada minggu terakhir dalam masa advent, tentu akan semakin dekat hari raya pertemuan Allah dan manusia. Dalam diri Yesus yang lahir di kandang itu pertemuan Allah dan manusia terjadi secara sempurna. Allah menjadi manusia dan manusia menjadi Allah bersatu dalam diri Yesus juruselamat kita. Karena itulah Dia berkuasa menyelamatkan kita. Dia mengalami segala kelemahan manusia tapi ada kuasa Allah yang menyelamatkan dalam kedatanganNya yang penuh kesederhanaan. Itulah kehadiran Sang Emanuel Allah yang menyertai kita.

Kegembiraan dalam pertemuan Maria dan Elisabeth itu juga bersumber pada kehadiran Yesus yang masih dalam kandungan Maria. Yohanes yang sudah lebih besar bisa merasakan kegembiraan itu meski masih dalam kandungan sehingga Dia melonjak kegirangan menyambut kehadiran sang juruselamt dunia. Pujian Elisabet membuat semuanya semakin jelas “Diberkatilah engkau diantara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu, siapakah aku ini sampai Ibu Tuhanku mengunjungi aku?”. 

Pertemuan yang membahagiakan ini karena Tuhan juga hadir dalam pertemuan ini. Kegembiraan itu manjadi nyata dalam kehadiran Tuhan Yesus yang menjadi penebus kita. Kehadiran Sang Penebus ini akan sungguh kita rasakan kalau kita mempunyai iman seperti Maria dan Elisabeth. Dalam iman itulah kegembiraan mereka terjadi bila mereka bisa menjalani hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Dan yang Tuhan kehendaki hanya satu semua manusia diselamatkan hanya terkadang memang manusia sendiri tidak mau diselamatkan, artinya tidak mau menjalani hidup sesauai dengan kehendak Tuhan yang mau menyelamatkannya. Tapi mau melakukan kehendakanya sndiri yang menyesatkan. Marilah kita menyerahkan hidup kita untuk melakukan kehendak Tuhan seperti Maria” jadilah padaku menurut perkataanmu”. Amin.
(by F.Matius Sudiantoro, SDB)

Yohanes Memberitakan Injil



Hari ini minggu adven III biasa disebut minggu gaudete artinya minggu gembira atau sukacita, karena kedatangan Tuhan yang akan kita rayakan semakin dekat. Kabar gembira ini diwartakan oleh Yohanes tertulis dalam injil yang kita dengarkan hari ini dan terangkum dalam kalimat “ Yohanes memberitakan injil kepada orang banyak”. Injil adalah kabar gembira dan itulah yang diwartakan oleh Yohanes dalam berbagai cara yang dilakukannya. Kita sudah mendengarkannya dalam bacaan injil hari ini.

Berita yang dibawa oleh Yohanes ini seharusnya membuat kita bergembira. Kegembiraan yang kita teriam dari sang juruselamat yang segera datang dengan satu tujuan untuk keselamtan umat manusia. Meski sering juga manusia yang diselamatkan ini tidak mau menerima keselamtan itu dengan terbuka. Setelah disiapkan dalam masa advent ini berharap kita semua siap untuk menyambut kegembiraan yang disiapakan untuk kita semua. Kita semua juga mempunyai kewajiban untuk membeawa kegembiraan itu kepada orang lain. Sehingga mereka yang kita jumpai mengalami kegembiraan karena kahadiran kita bersama meraka dalam keseharian hidup kita. Artinya jika di rumah keluarga kita bisa mengalami kegembiraan bersama kita, di tempat kerja atau sekolah teman-taman kita merasa gembira dan di komunitas semua sesama sadara dalam kominitas juga mengalaminya.

Refren mazmur tanggapan hari ini sangat jelas menyatakan kegembiraan  itu dalam kalimat berikut: “Segala bangsa bertepuk-tanganlah berpekiklah untuk Allah raja semesta”. Ini merupakan pernyataan kegembiraan yang sangat sederhana yang semua orang bisa dengan mudah untuk mnyatakan kegembiraan ini. Pesan lebih tegas lagi terungkap dalam bacaan pertama “ Bersoraksorailah hai Putri Sion, bergembiralah hai israel! Bersukacitalah dan beria-rialah dengan segenap hati hai putri Yerusalem!”. Alasan untuk bergembira disebut dalam bagia akhir perikop ini “ Tuhan Allahamu ada di tengah-tengahmu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bersukaria karena engkau, Ia membaharui engkau dalam kasihNya dan bersorak gembirakarena engkau seperti pada hari pertemuan raya”.

St. Paulus dalam bacaan kedua menegaskan:” saudara-sadara bersukacitalah senatiasa dalam Tuhan. Sekali lagi kukatakan Bersukacitalah”. Kita pantas bersukacita karena Allah akan memelihara hati dan pikiran kita dalam Yesus Kristus. Mka pantaslah hari ini kita merayakan minggu Gaudete yaitu minggu sukacita karena karena hari raya kedatangan Tuhan semakin dekat.  Dia datang untuk menyelamtakan kita. Itulah kabar gembira atau injil yang diwartakan oleh Yohanes dalam berbagai cara baik melalui pembabtisan yang dibuatnya maupun pengajarannya. Untuk menyambut Yesus dengan sukacita yang harus kita lakukan adalah: Bertobat yang sudah kita renungkan minggu lalu. Berdoa artinya semakin dekat dengan Tuhan dalam komunikasi yang penuh kasih. Menjalani hidup dalam keadialan, kejujuran, rendah hari dan murah hati dalam tindakan amal kasih.  Dengan begitu kita siap menyambut SANG EMANUEL Allah yang menyertai kita dalam kasihNya. Amin.
(by F.Matius Sudiantoro, SDB)

Terjadilah Padaku Menurut PerkataanMu



Inilah perkataan Maria yang waktu itu masih gadis belia tehadap warta yang dibawa oleh Malaikat yang menjumpainya. Hari ini kita merayakan Bunda Maria dikandung tanpa noda, dia telah dipersiapakan oleh Allah untuk menjadi Bunda Allah Putera yang menjelma menjadi manusia sebagai sang Emanuel.Untuk menjadi Bunda Allah yang mahakudus tentu saja perlu seorang Bunda yang kudus maka penebusan pada Maria berlaku preventif sebelum Yesus dilahirkan. Ini juga bagian dari misteri inkarnasi atau penjelmaan Allah menjadi manusia. Misteri ini hanya bisa dimengerti dalam kacamata iman, tanpa iman kita tidak akan mampu mengertinya. Maria sudah memeberi contoh sempurna betapa dia sungguh beriman yang terungkap dalam kalimat ini” aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu”. Meski dia juga tidak mengerti dengan mudah apa yang dikatakan oleh Malaikat.

Di sini juga ada kesedian sangat besar bagi Maria untuk berkorban, karena dia akan mendapat ancaman berat menurut hukum Yahudi bisa dirajam bila diketahui berzinah, yakni hamil sebelum perkawinan. Tapi karena imannya Maria menerimanya dengan kerendahan hati dan penerimaan secara total”aku ini hamba Tuhan”. Dia siap menerima semuanya dengan segala resikonya. Inilah wujud nyata orang beriman memasrahkan seluruh hidupnya pada kuasa kasih Tuhan. Bunda Maria menjalankan itu tanpa ada keluhan dan protes sedikitpun kepada Tuhan dan sesama. Inilah yang harus kita teladani dari Bunda Maria supaya kita bisa menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari.

Perayaan ini juga mengingatkan awal sejarah hidup kongregasi kita. Don Bosco selalu berkata bahwa kongregasi kita ini dididrikan oleh Bunda Maria, dan setiap peristiwa besar yang dialaminya Don Bosco mengatakan itu adalah pekerjaan Bunda Maria. Dan kita mewarisi karya besar ini bukan hanya untuk berhenti pada kita sekarang,  tetapi untuk melanjutkanya, meski dalam kenyataan anggota serikat jelas semakin sedikit. Ketika memasuki kongregasi 19 tahun lalu saya ingat anggat kita masih 18 ribu sekian, sekarang tinggal 15 ribu sekian dan  akan terus berkurang. Menyedihkan tapi itulah realitas yang ada. Tidak sedikit masalah yang muncul dalam kongregasi baik dari luar maupun dari dalam, baik secara material, moral maupun spiritual. Tapi kita harus bangkit dan berkembang.

Don Bosco  mengalami masa sulit untuk mendapatkan panggilan bahkan zaman itu banyak seminari harus ditutup. Dengan berbagai upayanya dia mengahasilkan banyak anak muda yang akhirnya menjadi imam diosesan dan juga menjadi salesian, yang pada saat dia meninggalkan dunia ini ada 700 an lebih, dan tentu yang masuk sebagai imam diosesan juga sangat banyak. Itulah sumbangan untuk Gereja. Marilah kita bertanya apa yang sudah kita sumbangkan untuk Gereja  dalam hidup dan tugas karya kita. Apakah kehadiran kita di berbagai keuskupan menumbuhkan benih panggilan untuk hidup membiara dan menjadi imam. Di sinilah keberhasilan hidup kita dalam mengikuti Yesus menjadi nyata. Mari kita mohon rahamat Tuhan melalui Bunda Kita Maria yang dikandung tanpa noda. Amin.

BERTOBATLAH!



Itulah seruan Yohanes Pembabtis kepada kita di masa advent ini. 
Bertobat artinya berbalik dari arah yang salah menuju arah yang benar. Tujuan hidup manusia itu terarah kepada Tuhan yang menjadi sumber kehidupan, tetapi seringkali dibelokan oleh bermacam-macam hal, maka bertobat berarti kembali lagi kearah yang benar. Yohanes berseru begitu kepada orang yahudi yang sudah salah jalan, dan hari ini, dia juga berseru kepada kita semua tanpa kecuali dan menyapa satu per satu “ Bertobatlah”. Sadarkah kita bahwa kita sudah menyimpang atau sudah salah jalan, dan anehnya justru ketika kita merasa benar kesalahan itu menjadi semakin besar. Pertobatan ini  tidak bisa sekali untuk selamanya, tetapi harus terus menerus sepanjang hidup kita.

Dalam istilah santo Paulus bertobat berarti “supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus”. Itulah yang  harus kita lakukan untuk mnyambut hari Raya kelahiran Kristus pada hari natal. Maka seruan Yohanes untuk bertobat menjadi sangat tepat bagi kita semua supaya nanti pantas menyambut Kristus yang mau hadir dan lahir di tengah kita.
Gereja kita punya banyak jalan untuk melakukan pertobatan. Salah satunya  dengan menerima Sakramen Tobat atau pengampunan dosa. Dalam sakramen ini ada tiga tahap yang harus dilakukan: pertama menyadari dan menyesali dosa kita. Kedua, mengakukannya dalam sakaramen pengakuan suapaya mendapatkan absolusi pengampunan. Ketiga dengan melaksanakan penitensi atau hukuman untuk mengingatkan supaya kita tidak berbuat dosa lagi. Ketiganya harus dilaksanakan dengan kesungguhan hati supaya pertobatan kita menjadi sempurna. kita menerima sakramen tobat dalam masa persiapan menyambut Hari raya Kristus lahir ke dunia terutama ke dalam hati kita. Kita perlu mempersiapakan hati yang bersih dan murni untuk dijadikan hadiah bagi sang Raja yang datang untuk menyelamatkan kita. Tanda pertobatan juga perlu diwujudkan secara nyata dalam karya cintakasih kepada sesama terutama untuk mereka yang miskin dan dalam kesulitan dalam hidupnya.

Memang dalam masa advent rasa tobat dalam kehidupan kita sungguh terbangun, tapi sebenarnya pertobatan  harus kita jalankan terus menerus , karena kita selalu mudah jatuh dalam dosa yang sama. Untuk bertobat memang perlu kerendahan hati dan kejujuran untuk mengakui kelamahan dan kesalahan diri. Untuk kemudian bangkit dan tak akan mengulanginya lagi dalam kehidupan selanjutnya. Perlu juga perjuangan tetapi juga pengorbanan. Inilah yang harus kita jalani supaya kita pantas dalam menyambut kedatangan Sang Emanuel yang mau hadir ke dunia untuk menyelamatkan kita. Sebagai penutup kutipan lagu dari Iga Mawarni yang berjudul KEJUJURAN  ini sangat cocok untuk kita laksanakan dalam kehidupan kita untuk menjalani pertobatan:

KEJUJURAN Iga Mawarni
MENGAPAKAH DI HATI KITA MASIH SAJA SELALU ADA DUSTA
YANG SELALU KITA LAKUKAN DENGAN SADAR  DAN TANPA ADA RASA SESAL
APALAGI KALAU ADA BENCI RASA IRIHATI DAN DENGKI
TANPA KAU LIHAT SIAPAKAH DIRIMU BERSIHKAN PULA HATIMU
MARILAH DANGAN JUJUR KITA MENGAKUI KELEMAHAN DAN KESALAHAN DIRI
BERSIHKAN JIWA DARI NODA DAN GODA NYATAKAN RASA SESAL DI HATI
WALAU TUHAN MAHA PENGASIH JANGANGLAH KITA PENUHI
 KEPALSUAN DALAM DUNIA INI KESERAKAHAN NAFSU DUNIAWI

Friday 30 November 2012

Berjaga-jagalah Senantiasa Berdoa



Inilah pesan Yesus dalam injil hari ini, dan itulah yang hendaknya kita lakukan dalam masa penantian kedatangan Yesus sang juruselamat yang akan kita rayakan hari kelahiranNya ke dunia. Pesan ini menuntut kesiap-sediaan dari kita untuk berjaga, sekaligus berserah kepada Tuhan dalam doa. Doa adalah komunikasi dengan Tuhan, dalam berkomunikasi kita bisa berbicara apa saja tetapi juga siap mendengarkan apa yang Tuhan nyatakan bagi kita untuk dilaksanakan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Tahun ini kita juga diajak untuk merayakan Tahun Iman. Harapannya dalam masa adven ini marilah kita jalani masa berahmat ini untuk memupuk dan menumbuhkan iman kita sekaligus kesempatan untuk mewartakan iman kita kepada orang lain yang kita jumpai dalam kehidupan. Iman itu merupakan anugerah dari Tuhan, sekaligus merupakan jawaban kita kepada rahmat Tuhan yang dilimpahkan kepada kita. Rahmat ini hendaknya kita bagikan yaitu dengan mewartakanya melalui kehidupan kita;  lewat perakataan dan perbuatan sehingga orang yang kita jumpai  mengalami Tuhan yang juga mengasihi mereka.
Dalam refren mazmur hari ini ada seruan yang tepat dalam menjalani masa advent “ Tuhan, Dikaulah penyelamatku”.  Ungkapan Ini bisa memiliki dua pesan sekaligus yaitu berjaga-jaga dan berdoa. Berjaga kita siap menyambut kedatangan Sang Juruselamat. Berdoa artinya kita berpasrah kepada Sang  Juruselamat yang akan datang. KedatanganNya dangan satu tujuan untuk menyelamatkan umat manusia. Itu jelas sekali dalam seruan ”Tuhan, Dikaulah penyelamatku”. Kita percaya Tuhan akan datang pada saat yang tepat untuk menyelamatkan kita.
Menyambut Natal memang terasa lebih meriah, itu sudah terasa bulan lalu ketika saya sempat melewati kota Manila yang mayoritas penduduknya Katolik. Di mana-mana sudah ada pohon Natal dan hiasan Natal. Itu menunjukan betapa gembiranya orang menyambut kadatangan Yesus Sang Juruselamat. Memang Yesus sendiri tidak dimunculkan dalam berbagai bentuk perhiasan natal  di jalanan maupun di mall-mall yang ada di berbagai penjuru kota. Akan tetapi, hiasan itu tetap tampil sangat gemerlap pada malam hari. Semoga kita juga bisa menyiapkan hati dan hidup kita untuk menyambut kedatangan Sang Juruselamat yang mau lahir dalam hati kita. Supaya hidup kita menjadi penuh cintakasihNya. Sehingga kita bisa menjadi amorem Dei ferens pembawa kasih Tuhan bagi sesama dimanapun kita berada.
Dalam masa yang berahmat ini marilah kita jalani hidup kita dengan melaksanakan pesan Yesus yang baru saja kita dengarakan hari ini “ berjaga-jagalah sambil berdoa”. Untuk menyambut kedatangan Tuhan sebagai sang Emanuel yaitu Allah yang menyertai kita. Dan kehadiranNya hanya untuk menyatakan cintakasihNya yang melimpah kepada seluruh umat manusia; kita manusia tinggal membuka diri untuk menyambutNya. Inilah saatnya kita lakukan dalam masa advent ini, mempersiapkan diri kita  supaya siap menerima Sang Juruselamat dengan penuh sukacita.
(by.F.Matius Sudiantoro, SDB)

Kristus Raja Semesta Alam



Hari ini kita merayakan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam sebagai puncak tahun liturgi. Minggu depan kita sudah akan memulai tahun baru liturgi dengan memasuki masa advent. Harapannya, Yesus sungguh meraja dalam hati kita dalam seluruh hidup kita. Kristus adalah raja damai yang penuh cintakasih maka sepantasnyalah kalau Dia meraja dalam hidup kita; dengan demikian pasti hidup kita akan menjadi pembawa damai dan cintakasih.

Sebagai raja Dia mempunyai mahkota duri, simbol kemuliaanNya, yaitu suatu penderitaan demi keselamatan umatnya  dan tahtanya adalah kayu salib tempat Dia ditinggikan; supaya bisa menarik seluruh isi alam semesta kepadanNya terutama umat manusia.  TanganNya terentang dan terbuka lebar untuk menyambut siapapun yang mau datang kepadaNya untuk mohon keselamatan melalui pertobatan dalam kehidupan nyata. Tak ada raja lain yang berani berkorban seperti raja kita yang sungguh memberikan segala milikNya tanpa tersisa;  sehingga ketika bertahta disalib Dia benar-benar tidak berpakaian apapun selain cintakasihNya yang tanpa batas. Bahkan di kayu salib Dia masih mendoakan dengan penuh cinta orang-orang yang menyiksanya: “Bapa ampunilah mereka ini karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”.

Jika Kristus sungguh meraja dalam hidup kita, kitapun akan dimampukan untuk menjadi wujud nyata kasih Tuhan bagi sesama dalam seluruh kehidupan kita. Kita menjadi berani untuk berkorban bagi sesama seperti Kristus yang telah mengorbanakan segalanya untuk kita. Hal yang paling berharga adalah diri dan hidup kita maka itulah yang perlu kita persembahkan bagi sesama. Dalam karya pelayanan dan doa kita. Maka marilah membuka hati dan hidup kita supaya Kristus sungguh meraja dalam kehidupan kita.

Ada sebuah kisah yang menunjukan betapa berkuasanya sang Raja kita. Kisah ini mungkin sudah anda baca atau dengar. Adalah seorang anak kecil yang ikut dalam doa lingkungan. Lokasinya  tidak begitu jauh dari rumahnya tapi jalanan sudah agak gelap dan di situ ada serumpun bambu yang rindang.  Orang sering cerita di situ sering muncul kuntilanak yang suka menakuti orang yang lewat. Anak ini masih belum bisa banyak doa, ketika tiba di tempat itu munculah si kuntilanak yang menakutkan itu sambil meringis. Kemudian anak itu memutuskan untuk berdoa “  Ya Tuhan aku bersyukur kepadaMu, atas santapan yang telah Kau sediakan dihadapanku, semoga makanan ini bisa menguatkan jiwaragaku, untuk memuliakan namaMu dan melayani sesamaku. Amin”. Mendengar itu si Kuntilanak lari ketakutan sambil berkata “ sial sekali untuk pertama kali aku menggoda seorang anak kecil malah mau dimakan, biasanya pada ketakutan”. 

Kisah ini hanya mau menunjukan betapa besar kuasa Tuhan sang Raja kita. Anak kecil ini kebetulan hanya ingat doa sebelum makan dan itulah yang ia doakan dalam situasinya yang mencekam dan menakutkan. Bila kita berdoa dan memohon dengan tulus kepada sang Raja kita pasti akan dikabulknya doa kita. Hanya perlu diingat bahwa Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan tepat pada waktunya. Bukan apa yang kita inginkan dalam hidup kita. Maka marilah dalam merayakan Kristus Raja Semesata alam ini kita mempersembahakan hidup kita, supaya Dia sungguh meraja dalam diri kita, sehingga kita bisa menjadi pembawa Cintakasih Tuhan itu bagi sesama. Untuk itu memang perlu keberanian dari diri kita untuk  berkorban bagi mereka yang kita kasihi. Dan kita diutus untuk mewartakan kasih Tuhan itu melalui kehidupan kita sehari-hari baik dengan perkataan maupun perbuatan. Mari kita serahakan hidup kita kepada Kristus sang Raja semesta alam.amin.
(by. F.Matius Sudiantoro,SDB)

Friday 23 November 2012

Cinta Segitia



Hari ini kita sudah memasuki minggu biasa yang ke 31. Dalam injil kita mendengarkan tentang hukum yang utama yaitu kasih. Saya mendapatkan judul yang cocok untuk kita bersama Cinta segitiga. Kita harus mencintai Allah, mencintai sesama dan mencintai diri sendiri. Itulah tiga sudut atau garis dalam segitiga yang merupakan perintah perintah  kepada kita semua sebagai orang kristiani. Kalau ini dilaksanakan kita akan menemukan sumber kebahagian dalam hidup kita. Jujur saja bisa dikatakan bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa cintakasih. Karena kita lahir ke dunia ini  hanya karena kasih Allah dan orang tua kita, tentu juga semua orang yang hadir dalam kehidupan kita.
Bila kita lihat segitiga akan ada tiga sudut dan tiga garis, kalau satu garis atau sudutnya kita hilangkan itu bukan segitiga lagi. Begitu juga cintaksih dalam hidup kita harus lengkap seperti dalam injil hari ini: sudut atau garis pertama” Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dengan segenap akal budimu dengan segenap kekuatanmu”. Sudut atau garis kedua dan ketiga” kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. Di sini ada dua garis atau sudut yaitu mencintai sesama yang ukurannya seperti mencintai diri sendiri. Sebagai bentuk cinta segitiga hukum ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Harus dijalani bersamaan dalam khidupan pribadi kita masing-masing.
Refren mazmur hari ini merangkum perintah Cintakasih ini: “Aku mengasihi Tuhan, Dia sumber kekuatan hidupku kan menjadi aman dalam lindunganNya”. Kita mengasihi Tuhan tapi nyatanya Dia justru merupakan sumeber kekuatan kita untuk mengasih dan dalam Dia kita menjadi aman terlindung oleh kasihNya yang tanpa batas, sehingga kita dimampukan untuk mencintai sesama kita. Itulah yang seharusnya terwujud dalam hidup kita menjadi pemba kasih Tuhan bagi sesama.
Hukaman utama akan kita terima kalau kita tidak melaksanakan hukum cintakasih ini, misal yang terjadi di sekitar kampung saya perang antar desa karena mereka menyimpan rasa: benci, dendam, menyimpan luka dan sakit hati, iri dan dengki, memusuhi, menindas, melecehkan, tidak mau berdamai dengan orang lain, sehingga ada kesalah dari salah satu warga bisa menjadi penyebab perang sampai satu desa hampir habis. Kalau mereka melakukan hukum cintakasih ini pasti tidak akan terjadai kekacauan begitu dahsyat yang sangat merusak dan menghancurkan. 

Bagi kita orang kristiani kadang tidak mau ke gereja karena marah dengan pastornya, tidak ikut kegiatan lingkungan karena tidak akur yang disebabkan oleh kesombongan. Hal ini sebetulnya hanya menyebabkan hidup yang sulit dan berat penuh berkepanjangan, yang menjauhkan kita dari kedamaian dan kebahagiaan sejati. Maka marilah kita tumbuhkan dalam diri kita kerinduan untuk mengasihi Allah dan sesama. Tentu perlu pertobatan terus menerus dalam hidup karena biasanya kita lebih mudah mengorbankan orang lain untuk diri kita, daripada mengorbankan diri untuk orang lain yang merupakan essensi dari cintakasih. Berani berkorban untuk yang kita kasihi. Contoh nyata Yesus sendiri yang rela mengorbankan diriNya mati di kayu salib untuk kita yang dikasihinya.
(by F.Matius Sudiantoro, SDB)

Tuhan Memberkati UmatNya

Sering sekali kita mendengarkan dan mengucapkan kata shalom yang semoga memang tahu artinya yaitu damai sejahtera. Refren mazmur kita hari ini “ Tuhan memberkati umatnya dengan damai sejahtera” sangat cocok dengan ucapan shalom. Dalam bahasa ibrani shalomekah lebih tepat artinya damai sejahtera bagimu. Ini juga menjadi ucapan Yesus ketika menemui para rasulnya setelah Dia bangkit “ Damai sejahtera bagi kamu” Lk 24:36. Inilah yang Tuhan mau berikan kepada umat manusia yaitu damai sejahtera.
Orang kalau hidupnya sudah damai sejahtera tidak kekurangan apapun. Hal yang baik dalam hidup kita selalu membutuhkan pengorbanan, siapakah di dunia ini orang yang masih mau berkorban bagi orang lain. Di sinilah perbedaan orang baik dan orang jahat: orang baik adalah orang yang mau mengorbankan dirinya bagi kesejahteraan orang lain conyohnya para pahlawan sedangkan orang jahat adalah orang yang mau mengorbankan orang lain untuk kesejahteraan dirinya contohnya para koruptor. Kalau mau dibandingkan di negeri kita ini antara pahlawan dan koruptor 1: 100.000 mungkin sudah terlalu banyak pahlawan di negeri ini. Dan sayangnya para pahlawan yang sudah sangat langka itu tidak pernah masuk dalam berita di mas media, sedangkan koruptor ada setiap hari.
Dalam bacaan hari ini damai sejahtera itu sungguh diwujudkan secara nyata oleh Tuhan sebagai berkatnya bagi manusia. Bacaan pertama Tuhan memberikan segalanya untuk kesejahateraan manusia dan anugerah terakhir adalah” Aku akan menjadikan penolong baginya teman yang sepadan dengan dia”. Dan ini diberikan karena Tuhan mau memberikan damai sejahtera kepada manusia yang dikasihinya.
Anugerah terbesar yang diberikan Allah untuk umat manusia dijelaskan dalam bacaan kedua surat kepada orng ibrani: “ Berkat kasih karunia Allah Yesus mengalami maut bagi semua orang. Memang sesuai dengan keadaan Allah, Allah menciptakan segala sesuatu bagi diriNya, dan mengantar banyak orang pada kemuliaan”. Di sini damai sejahtera disebut sebagai kemuliaan.
Dalam injil ditegaskan damai sejahtera ini mewujud dalam kehidupan keluarga. Secara jujur orang yang menikah karena mau saling menerima memberikan damai sejahtera, meskipun  tidak tidak selalu terwujud kenyataan terrbukti banyak perkawinan yang gagal. Dalam injil hari orang yahudi menuntut syahnya perceraian.  Bila  orang saling mencintai tiba-tiba mau bercerai itu pasti ada proses yang salah dari kedua belah pihak dan keduanya tidak mau mengaku salah. Pasti ini terjadi berulang-ulang karena egoisme, kesombongan sehingga tidak bisa saling memaafkan. Tentu saja tidak mau saling berkorban untuk yang lain dan hanya mengorbankan yang lain bagi dirinya sendiri. Setiap ada perceraian anak-anaklah yang menjadi korban. Maka Yesus mengambil anak kecil itu untuk menunjukan  dengan sangat jelas merekalah yang dikorbankan dalam perceraian karena suami istri saling egois. Sehingga tidak terwujud damai sejahtera bagi mereka. Mari kita saling berani berkorban untuk damai sejahtera bagi sesama jangan sebatas kata shalom. 
Permisi......bagi dooonggg......
(by. F.Matius Sudiantoro, SDB)

Pergilah Imanmu Menyelamatkan Engkau



Kita sedang menjalani tahun iman yang dicanangkan oleh Paus Benediktus XVI dengan Surat Apostolik Porta Fidei. Dalam Injil hari ini Yesus menyatakan dengan sangat jelas “Imanmu menyelamatkan engkau”. Dalam dunia kita sekarang iman sudah ditinggalkan, terutama  kaum muda banya tak peduli lagi dengan iman. Mereka mengalami kesulitan untuk bisa melihat dengan kacamata iman. Maka seruan si buta “Supaya aku dapat melihat” juga merupakan permohonan kita untuk memulihkan kemampuan melihat relaitas kehidupan dalam kacamata iman.

Iman adalah anugerah Tuhan tapi sekaligus merupakan jawaban dari manusia terhadap anugerah. Seperti sabda Yesus “ imanmu telah menyelamatkan engkau”. Artinya keselamatan itu adalah anugerah yang Tuhan berikan tetapi juga perlu kesediaan manusia untuk menerimanya. Sama hal nya kalau kita memberikan sesuatu tetapi orang yang kita beri tidak mau menerimanya maka sia-sialah pemberian kita. Keselamatan yang Tuhan berikan kepada manusia melalui Yesus Kristus tidak akan sampai kepada kita kalau kita tidak menerimanya dengan keterbukaan hati.

“Pergilah imanmu telah menyelamatkan engkau” merupakan perintah yang diberikan kepada orang buta yang sudah melihat itu. Ketika si buta sudah melihat, dia mengikuti yesus dalam perjalanannya artinya dia menjalani hidup sebagai pengikut Kristus. Tapi supaya bisa mengikuti Kristus orang itu harus menanggalkan jubahnya, ia segera pergi dan mendapatkan Yesus. Menanggalkan jubah berarti melepaskan apa yang dimilikinya atau sebagai wujud pertobatanTentu saja harus pergi untuk mewartakan apa yang sudah dilihatnya yaitu keselamatan. Inilah karya Tuhan seperti dalam refren mazmur hari “Aku wartakan karya agungmu Tuhan, karya agungMu karya keselamatan”. Keselamatan yang harus diwartakan melalui kehidupan. Maka st. Yakobus menyebut iman tanpa perbuatan adalah mati. 

Kalimat dari st Yohanes Krisostomus ”kebajikan bukan hanya hasil usaha kita melainkan juga hasil rahmat Allah”. Ini sangat cocok dengan iman yang merupakan salah satu kebajikan yang disebut st Paulus harapan, iman dan kasih. Tahun ini dicanangkan sebagai tahun iman supaya kita semakin bersemangat mewartakan dan mengkominikasikan iman kita dalam kehidupan nyata. Perbuatan kita harus mewujudkan hidup kita dalam beriman. Yesus memberi jaminan kalau kamu punya iman sebesar biji sesawi dapat memindahkan gunung ke dalam laut. Artinya kita bisa mewujudkan keselamatan dalam kepercayaan akan Tuhan yang sungguh mencintai umat manusia. Tuhan sudah memberikan semuanya tinggal menunggu jawaban kita manusia. Kita perlu keberanian seperti orang buta itu, untuk dengan rela mau meninggalkan hal yang membutakan mata dan hati kita supaya mampu melihat kehendak Tuhan yang memberikan keselamatan kepada manusia. Kita yang sudah menerima keselamatan mempunyai kewajiban untuk mewartkannya kepada orang lain. Supaya mereka bisa mengerti bahwa kita adalah pembawa keselamatan yang diutus oleh Tuhan. Menjadi Pembawa kasihnya bagi sesama itulah tuntutan iman kita. “Pergilah imanmu menyelamatkan engkau”. Dan menyelamatkan sesama kita. Amin.
(by F.Matius Sudiantoro, SDB)

Tuesday 30 October 2012

Perlihatkanlah Kepada Kami, Kasih SetiaMu, Ya Tuhan




Refren mazmur hari ini sebuah permintaan dari manusia, yang  menutup mata dan hatinya sampai tidak mampu melihat kasih setia Tuhan yang begitu besar. Permintaan ini seharusnya bukalah mataku untuk melihat kasih setiaMu. KasihNya dinyatakan secara tuntas dalam kehadiran Tuhan Yesus di tengah kita sebagai Sang Emanuel. 
Sebetulnya mata dan hati kita sudah sangat terbuka untuk melihat kasihNya dalam kehidupan sehari-hari.  Itulah realitas hidup kita, betapa mudahnya kita membutakan diri untuk tidak melihat kasih setia Tuhan kepada kita. 

Dalam bacaan pertama,Tuhan menyatakan kasih setianya dengan memberikan hambanya menjadi kurban silih sebagai orang benar yang akan membenarkan banyak orang dengan hikmatnya. Lalu dipertegas dalam bacaan kedua kita mempunyai imam agung yang sudah melintasi semua langit yang turut merasakan segala kelemahan kita dengan segala duka deritanya telah dialami kecuali dosa. Dan melalui Dia kita akan menerima rahmat dan kasih karunia untuk mendapat pertolongan pada waktunya.

Dalam injil, permintaan pemazmur ini dinyatakan oleh dua rasul yang minta duduk sebelah kanan dan kiri. Namun Tuhan mengajarkan supaya kitalah yang seharusnya memperlihatkan kasih setia Tuhan bagi manusia. Dengan berkata “ Barang siapa ingin menjadi besar diantara kamu , hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka dinataramu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia datang bukan untuk dialayani melainkan untuk melayani dan memberikan nyawanya menjadi tebusan bagi banyak orang”. Beginilah Tuhan telah menunjukan kasih setianya kepada umat manusia. Datang untuk melayani bahkan mengorbankan dirinya bagi manusia.

Hari ini adalah minggu evangelisasi bersamaan dengan 50 tahun pembukaan Konsili Vatikan II, yang menghasilkan banyak dokumen dan pembaharuan dalam Gereja bagaimana harus mewartakan injil bagi sesama di mana pun kita berada. Kita sebagai orang kristen diminta untuk menunjukan kasih setia Tuhan itu bagi sesama kita. Maka permohonan dalam refren mazmur ini justru meminta supaya Tuhan menjadikan kita sebagai saksi atau pewarta kasih setiaNya. Kita masing-masing terpangggil untuk memancarkan terang sabda kebenaran itu melalui kehidupan kita untuk melayani sesama, seperti sabda Yesus” Anak manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawanya menjadi tebusan bagi banyak orang”. Begitulah seharusnya hidup kita sebagai pengikut Kristus.

Sebagai penutup saya mengutip beberapa kata bijak Bunda Teresa dari Kalkuta:
1. “buah keheningan adalah doa, buah doa adalah iman, buah iman adalah cinta, buah cinta adalah pelayanan, buah pelayanan adalah damai”. 
2. “Iman di dalam tindakan adalah cinta dan cinta dalam tindakan adalah pelayanan”.  
 3“Tidak semua orang bisa melakukan hal-hal besar, tapi kita bisa melakukan hal-hal kecil dangan cinta yang besar”.
 4.“ Hari kemarin telah berlalu, hari esok belum datang. Kita hanya memiliki hari ini, mari kita mulai”. 
5. “Saya adalah pensil kecil di tangan Allah yang sedang menulis, yang mengirim surat cinta kepada dunia”. Semoga kita masing-masing menjadi wujud pernyataan kasih Allah bagi sesama kita.

(P.Matius Sudiantoro,SDB)

Friday 19 October 2012

Pergilah, Jualah Apa Yang Kamu Miliki.


Inilah jawaban Yesus kepada seorang pemuda yang bertanya kepadanya bagaimana untuk mendapatkan hidup yang kekal. “ Pergilah, juallah apa yang kamu miliki, berikanlah kepada orang miskin; Maka engkau akan memperoleh harta di surga; Kemudian ikutlah Aku.” 
Permintaan Yesus ini menuntut keberanian yang sangat besar dari diri kita masing-masing untuk memberikan diri kita. Sesuatu yang bisa dijual berarti ada nilainya atau harganya, harga diri itu sangat mahal, tapi inilah yang harus diberikan kepada orang miskin.
Di akhir perikop untuk menjawab Petrus, Yesus menjelaskan” Sungguh, Aku berkata kepada-MU barang siapa, karena Aku dan karena injil, meninggalkan rumah, saudara-saudari, ibu atau bapak, anak-anak atau ladangnya, pada masi ini juga akan menerima seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki dan saudara perempuan, ibu, anak-anak dan ladang, sekalipun disertai penganiayaan dan di masa datang ia akn menerima hidup yang kekal”. Inilah yang akan kita terima kalau kita mengikuti Yesus.
Dengan memberikan apa yang kita miliki kepada orang miskin kita akan menjadi berkat bagi sesama kita seperti dalam refren Masmur kita hari ini” Tuhan memberkati umatnya dengan damai sejahtera”. Artinya apa yang kita berikan kepada orang lain akan membuat orang tersebut mengalami damai sejahtera. Yesus datang ke dunia untuk membawa damai sejahtera bagi umat manusia. Ini bisa kita baca sejak awal Yesus lahir ketika ada kabar bagi para gembala para malaikat bernyanyi: “kemuliaan bagi Allah di tempat yang Mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepadanya”(Lk 2:14). Dan ini diulangi lagi oleh yesus sendiri ketika menampakan diri kepad para rasul nya setelah Dia bangkit “ Damai sejahtera bagi kamu” (Lk 24:36).
Dalam bacaan pertama damai sejahtera itu diberikan dalam bentuk kebijaksanaan. kalau kita punya kebijaksanaan, maka itulah yang harus kita berikan pada orang lain. Sedang dalam bacaan kedua dinyatakan dalam firman Allah yang sanggup mempertimbangkan pikiran dan hati kita. Ini akan membantu kita untuk berani pergi menjual yang kita miliki untuk dibagikan kepada orang miskin. Pergi artinya berani meninggalkan diri kita, kenyamanan kita yang harus dijual artinya ada nilainya atau harganya, dan inilah yang akan kita berikan kepada orang lain sesuatu yang sangat berharga dari diri kita untuk dipersembahakan bagi kesejahteraan sesama kita.
Betapa sulitnya untuk pergi dari kenyamanan diri ini Yesus gambarkan dengan seekor unta yang mau masuk lubang jarum. Itu sangat mustahil bagi manusia, tetapi bagi Tuhan segala sesuatu mungkin. Dan bagi kita yang adalah anak-anak Tuhan segala sesauatu akan sangat dimungkinkan karena kehebatan dan kuasa Allah Bapa kita yang penuh cinta. Maka kita juga diutus untuk pergi dan memberikan diri kita kepada sesama. Itulah yang dinyatakan dalam setiap akhir Ekaristi “ Marilah kita pergi, kita diutus”. Kita diutus untuk menjadi pembawa damai sejahtera bagi sesama. Artinya supaya kehadiran kita bersama orang lain membuat mereka mengalami dikasihi oleh Tuhan yang mengutus kita dalam hidup sehari-hari. Amin. 

P.Matius Sudiantoro, SDB

Saturday 29 September 2012

SabdaMu Ya Tuhan, adalah Roh dan kehidupan



Inilah refren mazmur yang kita dengarkan dalam bacaan-bacaan hari minggu biasa ke 26. Merangkum apa yang kita dengarkan dalam 3 bacaan hari ini. Pertama nabi Musa dan teman-teman yang mendapat pencurahan Roh kenabian yang akan memimpin bangsa Israel. Hampir ada peselisihan karena Yosua hendak mencegah dua tokoh yang tidak ikut hadir tapi juga dipenuhi roh kenabian itu. Tapi diatasi oleh Musa yang mengharapkan semua umat menjadi nabi karena Roh Tuhan diberikan kepada mereka.

Dalam Bacaan kedua Yudas mengecam orang-orang yang berfoya-foya, mengumpulkan harta. Dengan cara yang sangat kejam yaitu dengan menghukum dan membunuh orang jujur yang tidak dapat melawan mereka. Ini berarti melawan sabda Tuhan yang adalah Roh dan kehidupan. Yesus dalam injil hari ini mengajar kita untuk hidup dalam kebenaran, dan kalau ada bagian dari diri kita yang menyesatkan lebih baik dipotong atau dihilangkan, supaya kita tidak tersesat dalam menjalani hidup kita. Secara harafiah kalau kita mau membela kebenaran memang itu harus dilakukan, misalnya supaya orang tidak mencuri dipotong tangannya karena itulah yang dipake untuk mengambil. Terakhir itu cungkilah matamu bila menyesatkan supaya kita diselamatkan meskipun tanpa mata. Atau lebih jelas lagi suapaya kita tidak dihukum karena kejahatan mata kita.

Dalam dunia pewayangan ada tokoh namanya Antasena. Dia tidak bicara bahasa jawa kromo inggil, jadi bicara ngoko bahasa yang kasar. Dia adalah salah satu tokoh yang sangat setia dalam membela kebenaran. Siapapun yang salah dia akan lawan termasuk orang tuanya. Dalam tradisi jawa melawan orang tua itu bisa kualat seperti kisah malin kundang yang kurangajar terhadap ibunya. Tokoh Anatasena ini akan selalu membela yang benar meskipun itu orang kecil yang biasa disalahkan. Dengan kejujuran dan keberanianya dia akan terus membela yang benar untuk membela kehidupan yang sejati. Dalam wayang seorang anak tidak boleh melawan orang tuanya, tetapi Antasena berani melawan ayahnya sendiri kalau ayahnya salah. Karena ayahnya mudah sekali difitnah oleh gurunya yang sangat jahat dan culas yaitu Drona. Terutama bila ayahnya hendak menindas orang lemah yaitu Punakawan. Rakyat jelata yang sebetulnya menjadi kekuatan Pendawa; yang terangkum dalam refren mazmur: Sabdamu ya Tuhan adalah Roh dan kehidupan. 

Bagi para salesian moto yang dipilih Don Bosco bagi kita adalah Da Mihi Animas Coetera tolle artinya berilah kami jiwa-jiwa ambilah yang lainnya. Dalam injil yang dianggap sebagai yang lain itu adalah yang menyesatkan jiwa, misalnya tangan kalau menyesatkan potong saja, kaki kalau menyesatkan potong saja, dan mata bila menyesatkan hidup cungkil saja itulah perintah Yesus. Secara implisit apapun yang menyesatkan kita dari Sabda kehidupan itu harus disingkirkan. Itulah perintah Tuhan yang begitu  tegas untuk kita hari ini. Seperti Tokoh Antasena yang selalu membela kebenaran. Siapapun akan dihadapinya demi tegaknya kebenaran. Dalam kehidupan kita juga diminta untuk membela kebanaran. Yaitu Yesus sendiri yang menyatakan “Akulah jalan, kebenaran dan hidup”.

Sunday 23 September 2012

Karena Kamu Salah Berdoa



Kalimat dari St Yakobus ini sering menjadi kenyataan dalam kehidupan kita sehari-hari. Peringatan yang sangat keras ini ditulis untuk umat yang digembalakan oleh St. Yakobus yang masa menjadi uskup; tapi surat ini juga berlaku untuk kita masing-masing pada saat ini. Berdoa adalah saat kita berelasi atau berkomunikasi dengan Tuhan. Dalam kenyataanya, doa-doa kita sangat dipenuhi dengan permohonan yang tiada akhir. Cobalah kita ingat apa saja yang kita doakan selama ini. Pasti sedikit sekali ucapan syukur atas segala rahmat yang kita terima dalam seluruh kehidupan kita.
“Kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta akan kamu gunakan untuk memuaskan hawa nafsu” (Yakobus 4:3). Contoh dalam refren mazmur “Condongkanlah telingamu kepadaku, bersegeralah bebaskan aku”. Ini adalah permohonan untuk dibebaskan, tapi kebebasan itu bisa dipakai untuk berbuat jahat dan begitulah kenyataan yang terjadi dalam dunia kita sekarang. Misalnya kita memohon agar para koruptor tertangkap ya pasti kalau dibebaskan akan tetap korupsi lagi, anehnya mereka justru gampang sekali mendapat kebebasan karena banyak para penegak hukum kita sangat membela mereka ini. Dan kalau orang korupsi akan menyengsarakan orang lain.
Dalam injil hari ini Yesus menjelaskan tentang apa yang akan dialaminya untuk melaksanakan kehendak Allah Bapa” Anak manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia. Tetapi tiga hari setelah dibunuh, Ia akan bangkit”. Dalam doa seharusnya kita mohon supaya kita bisa melakukan kehendak Allah, tapi yang sering terjadi kita memaksa Allah melakukan kehendak kita, dengan mohon mujizat kesembuhan atau yang lainya. Kita perlu berdoa seperti Yesus di taman Getsmani:” Ya Bapaku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah piala ini lalu dari padaku, tetapi janganlah seperti yang  kukehendaki,  melainkan seperti yang Engkau  kehendaki”(Mat 26:39). Inilah doa yang tidak menjadi kita  seperti dikatakan st. Yakobus “ karena kamu salah berdoa”.
Sekarang marilah menyadari kalau doa kita tidak dikabulkan oleh Tuhan berarti karena kita salah berdoa. Meski berdoa kamu tidak mendapatkan apa-apa karena kamu salah berdoa. Itulah yang sering terjadi dalam hidup kita, seolah Tuhan itu pelayan kita dan harus memberikan apa saja yang kita minta. Biasanya kita memohon seakan Tuhan mempunyai kewajiban memberikan atau melakukan yang kita minta. Artinya tidak ada kerendahan hati, maka Yesus mengingatkan:”Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu hendaknya ia menjadi yang terakhir dan menjadi pelayan bagi semuanya” (Mark 9:35).
 
Berdoa ada tingkatanya pertama memohon untuk diri sendiri, kedua memohon untuk orang lain, ketiga bersyukur atas kebaikan yang ditrima, keempat bersyukur atas kebaikan yang ditrima orang lain, kelima bersyukur atas hal yang tampaknya tidak baik untuk kita. Dan seharusnya yang kita doakan untuk memuliakan Allah dan keselamatan umat manusia, ini pasti akan terlaksana kalau kita melaksanakan kehendakNya. Maka supaya tidak salah berdoa kita doakan DOA BAPA KAMI yang diajarkan Yesus pada kita semua.


(Pleh P.Matius Sudiantoso,SDB)

Ikutlah Aku



Hari ini Gereja merayakan Pesta St. Matius.  Dalam injil kita mendengarkan kisah tentang seorang pemungut cukai yang sedang bekerja di kantornya. Ketika lewat di situ tanpa banyak kata Yesus berkata: “ikutlah Aku”. Hebatnya tokoh kita yang satu ini juga melakukan hal yang sama dengan Yesus yaitu ” maka berdirilah Matius dan mengikuti Dia” (Mat 9:9). Ini adalah kisah panggilan dan jawaban yang begitu cepat dalam kehidupan nyata. Manusia sekarang pasti akan berpikir banyak sebelum meninggalkan segala miliknya untuk bertindak seperti Matius dalam injil ini.

Pemungut cukai di kalangan Yahudi dianggap sebagai orang berdosa yang tak layak untuk didekati, bahkan harus disingkirkan; tetapi Yesus yang menghadirkan Allah yang adalah kasih justru memanggil Matius untuk mengikutinya. Yesus dalam ajarannya juga memberikan tiga syarat untuk bisa mengikuti Dia: menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikuti Aku”. Dan ketiganya jelas sudah dilakukan oleh Matius yaitu menyangkal dirinnya dengan meninggalkan kantornya yang nyaman untuk mengikuti Yesus yang bagi dia sendiri tidak begitu jelas, memanggul salibnya dengan menerima kenyataan dirinya sebagai pemungut cukai yang ditolak oleh bangsa Yahudi, mengikuti Yesus bukan hanya berarti berjalan di belakangnya tetapi melakukan seperti yang diperbuat Yesus mewujudkan cintakasih kepada sesama. Matius juga melakukan itu dengan mengajak banyak temannya untuk datang kepada Yesus artinya langsung menjadi rasul. Pertobatannya berdampak bagi orang lain di sekitarnya.

Sebagai pengikut Kristus kita harus menjalani pertobatan terus menerus yang berdampak juga bagi orang lain di sekitar kita seperti yang  terjadi pada Matius. Pertobatan itu menyatakan belas kasih Allah yang tanpa batas kepada kita manusia berdosa.  “ yang Kukehendaki ialah belaskasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa” (Mat 9:13). Banyak pemungut cukai mengalami belas kasih Tuhan melalui Matius yang sudah bertobat. Seharusnya kita juga seperti Matius membuat banyak orang yang kita jumpai dalam hidup ini mengalami kasihNYa.

Kata “Ikutlah Aku”  yang ditujukan kepada Matius itu juga berlaku untuk kita masing-masing dalam menjawab panggilan Tuhan. Beranikah kita menjadi seperti Matius yang dengan siap sedia tanpa banyak bicara menjawab panggilan itu “ Maka berdirilah Matius lalu mengikuti Dia”. Kata berdiri adalah tanda kesiapan untuk melakukan sesuatu. Yang akan dilakukan adalah kehendak Tuhan yang memanggil kita yang berkata “ yang Kukehendaki belaskasihan bukan persembahan”. Matius berdiri untuk mewujudakan belaskasihan itu dengan “datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama-sama dengan Dia dan murid-muridNya” (Mat 9:10). Inilah wujud nyata belaskasih yang dilaksanakan oleh Matius dalam hidupnya.

Untuk mengasihi perlu pengorbanan, kita sudah melihat contoh dari St. Matius yang akhirnya juga menjadi martir karena menjalankan tugas kerasulannya dan yang mewariskan injil suci yang sampai kepada kita. Injil adalah kabar gembira yang kita terima dan harus kita bawa kepada orang lain supaya mereka juga mengalami kegembiraan. Kegembiraan itu terwujud dalam diri Yesus Kristus Allah yang menhendaki belaskasihan bagi umat manusia. Kita perlu mewujudkan belaskasih Allah itu dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga orang yang kita jumpai siapapun mereka dapat mengalami belasksih Allah melalui kehadiran kita dalam hidup mereka. Inilah jawaban kita terhadap pangilan Yesus: “ikutlah Aku”. Menjadi pembawa kasih Allah bagi sesama. 


(Oleh P.Matius Sudiantoro, SDB)