Inilah jawaban Yesus kepada seorang pemuda yang
bertanya kepadanya bagaimana untuk mendapatkan hidup yang kekal. “ Pergilah,
juallah apa yang kamu miliki, berikanlah kepada orang miskin; Maka engkau akan
memperoleh harta di surga; Kemudian ikutlah Aku.”
Permintaan Yesus ini menuntut
keberanian yang sangat besar dari diri kita masing-masing untuk memberikan diri
kita. Sesuatu yang bisa dijual berarti ada nilainya atau harganya, harga diri
itu sangat mahal, tapi inilah yang harus diberikan kepada orang miskin.
Di akhir perikop untuk menjawab Petrus, Yesus
menjelaskan” Sungguh, Aku berkata kepada-MU barang siapa, karena Aku dan karena
injil, meninggalkan rumah, saudara-saudari, ibu atau bapak, anak-anak atau
ladangnya, pada masi ini juga akan menerima seratus kali lipat: rumah, saudara
laki-laki dan saudara perempuan, ibu, anak-anak dan ladang, sekalipun disertai
penganiayaan dan di masa datang ia akn menerima hidup yang kekal”. Inilah yang
akan kita terima kalau kita mengikuti Yesus.
Dengan memberikan apa yang kita miliki kepada orang
miskin kita akan menjadi berkat bagi sesama kita seperti dalam refren Masmur
kita hari ini” Tuhan memberkati umatnya dengan damai sejahtera”. Artinya apa
yang kita berikan kepada orang lain akan membuat orang tersebut mengalami damai
sejahtera. Yesus datang ke dunia untuk membawa damai sejahtera bagi umat
manusia. Ini bisa kita baca sejak awal Yesus lahir ketika ada kabar bagi para
gembala para malaikat bernyanyi: “kemuliaan bagi Allah di tempat yang Mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan
kepadanya”(Lk 2:14). Dan ini diulangi lagi oleh yesus sendiri ketika menampakan
diri kepad para rasul nya setelah Dia bangkit “ Damai sejahtera bagi kamu” (Lk
24:36).
Dalam bacaan pertama damai sejahtera itu diberikan
dalam bentuk kebijaksanaan. kalau kita punya kebijaksanaan, maka itulah yang harus
kita berikan pada orang lain. Sedang dalam bacaan kedua dinyatakan dalam firman
Allah yang sanggup mempertimbangkan pikiran dan hati kita. Ini akan membantu
kita untuk berani pergi menjual yang kita miliki untuk dibagikan kepada orang
miskin. Pergi artinya berani meninggalkan diri kita, kenyamanan kita yang harus
dijual artinya ada nilainya atau harganya, dan inilah yang akan kita berikan kepada
orang lain sesuatu yang sangat berharga dari diri kita untuk dipersembahakan
bagi kesejahteraan sesama kita.
Betapa sulitnya untuk pergi dari kenyamanan diri ini
Yesus gambarkan dengan seekor unta yang mau masuk lubang jarum. Itu sangat
mustahil bagi manusia, tetapi bagi Tuhan segala sesuatu mungkin. Dan bagi kita
yang adalah anak-anak Tuhan segala sesauatu akan sangat dimungkinkan karena
kehebatan dan kuasa Allah Bapa kita yang penuh cinta. Maka kita juga diutus
untuk pergi dan memberikan diri kita kepada sesama. Itulah yang dinyatakan
dalam setiap akhir Ekaristi “ Marilah kita pergi, kita diutus”. Kita diutus
untuk menjadi pembawa damai sejahtera bagi sesama. Artinya supaya kehadiran
kita bersama orang lain membuat mereka mengalami dikasihi oleh Tuhan yang
mengutus kita dalam hidup sehari-hari. Amin.
P.Matius Sudiantoro, SDB
P.Matius Sudiantoro, SDB
0 comments:
Post a Comment