Hari ini Gereja merayakan Pesta St. Matius. Dalam injil kita mendengarkan kisah tentang
seorang pemungut cukai yang sedang bekerja di kantornya. Ketika lewat di situ
tanpa banyak kata Yesus berkata: “ikutlah Aku”. Hebatnya tokoh kita yang satu ini
juga melakukan hal yang sama dengan Yesus yaitu ” maka berdirilah Matius dan
mengikuti Dia” (Mat 9:9). Ini adalah kisah panggilan dan jawaban yang begitu
cepat dalam kehidupan nyata. Manusia sekarang pasti akan berpikir banyak
sebelum meninggalkan segala miliknya untuk bertindak seperti Matius dalam injil
ini.
Pemungut cukai di kalangan Yahudi dianggap sebagai
orang berdosa yang tak layak untuk didekati, bahkan harus disingkirkan; tetapi
Yesus yang menghadirkan Allah yang adalah kasih justru memanggil Matius untuk
mengikutinya. Yesus dalam ajarannya juga memberikan tiga syarat untuk bisa
mengikuti Dia: menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikuti Aku”. Dan
ketiganya jelas sudah dilakukan oleh Matius yaitu menyangkal dirinnya dengan
meninggalkan kantornya yang nyaman untuk mengikuti Yesus yang bagi dia sendiri
tidak begitu jelas, memanggul salibnya dengan menerima kenyataan dirinya
sebagai pemungut cukai yang ditolak oleh bangsa Yahudi, mengikuti Yesus bukan
hanya berarti berjalan di belakangnya tetapi melakukan seperti yang diperbuat
Yesus mewujudkan cintakasih kepada sesama. Matius juga melakukan itu dengan
mengajak banyak temannya untuk datang kepada Yesus artinya langsung menjadi
rasul. Pertobatannya berdampak bagi orang lain di sekitarnya.
Sebagai pengikut Kristus kita harus menjalani
pertobatan terus menerus yang berdampak juga bagi orang lain di sekitar kita
seperti yang terjadi pada Matius.
Pertobatan itu menyatakan belas kasih Allah yang tanpa batas kepada kita
manusia berdosa. “ yang Kukehendaki
ialah belaskasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk
memanggil orang benar, melainkan orang berdosa” (Mat 9:13). Banyak pemungut
cukai mengalami belas kasih Tuhan melalui Matius yang sudah bertobat.
Seharusnya kita juga seperti Matius membuat banyak orang yang kita jumpai dalam
hidup ini mengalami kasihNYa.
Kata “Ikutlah Aku”
yang ditujukan kepada Matius itu juga berlaku untuk kita masing-masing
dalam menjawab panggilan Tuhan. Beranikah kita menjadi seperti Matius yang
dengan siap sedia tanpa banyak bicara menjawab panggilan itu “ Maka berdirilah
Matius lalu mengikuti Dia”. Kata berdiri adalah tanda kesiapan untuk melakukan
sesuatu. Yang akan dilakukan adalah kehendak Tuhan yang memanggil kita yang
berkata “ yang Kukehendaki belaskasihan bukan persembahan”. Matius berdiri
untuk mewujudakan belaskasihan itu dengan “datanglah banyak pemungut cukai dan
orang berdosa makan bersama-sama dengan Dia dan murid-muridNya” (Mat 9:10).
Inilah wujud nyata belaskasih yang dilaksanakan oleh Matius dalam hidupnya.
Untuk mengasihi perlu pengorbanan, kita sudah melihat
contoh dari St. Matius yang akhirnya juga menjadi martir karena menjalankan
tugas kerasulannya dan yang mewariskan injil suci yang sampai kepada kita.
Injil adalah kabar gembira yang kita terima dan harus kita bawa kepada orang
lain supaya mereka juga mengalami kegembiraan. Kegembiraan itu terwujud dalam
diri Yesus Kristus Allah yang menhendaki belaskasihan bagi umat manusia. Kita
perlu mewujudkan belaskasih Allah itu dalam kehidupan kita sehari-hari,
sehingga orang yang kita jumpai siapapun mereka dapat mengalami belasksih Allah
melalui kehadiran kita dalam hidup mereka. Inilah jawaban kita terhadap
pangilan Yesus: “ikutlah Aku”. Menjadi pembawa kasih Allah bagi sesama.
(Oleh P.Matius Sudiantoro, SDB)
0 comments:
Post a Comment