Sunday 23 September 2012

Ikutlah Aku



Hari ini Gereja merayakan Pesta St. Matius.  Dalam injil kita mendengarkan kisah tentang seorang pemungut cukai yang sedang bekerja di kantornya. Ketika lewat di situ tanpa banyak kata Yesus berkata: “ikutlah Aku”. Hebatnya tokoh kita yang satu ini juga melakukan hal yang sama dengan Yesus yaitu ” maka berdirilah Matius dan mengikuti Dia” (Mat 9:9). Ini adalah kisah panggilan dan jawaban yang begitu cepat dalam kehidupan nyata. Manusia sekarang pasti akan berpikir banyak sebelum meninggalkan segala miliknya untuk bertindak seperti Matius dalam injil ini.

Pemungut cukai di kalangan Yahudi dianggap sebagai orang berdosa yang tak layak untuk didekati, bahkan harus disingkirkan; tetapi Yesus yang menghadirkan Allah yang adalah kasih justru memanggil Matius untuk mengikutinya. Yesus dalam ajarannya juga memberikan tiga syarat untuk bisa mengikuti Dia: menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikuti Aku”. Dan ketiganya jelas sudah dilakukan oleh Matius yaitu menyangkal dirinnya dengan meninggalkan kantornya yang nyaman untuk mengikuti Yesus yang bagi dia sendiri tidak begitu jelas, memanggul salibnya dengan menerima kenyataan dirinya sebagai pemungut cukai yang ditolak oleh bangsa Yahudi, mengikuti Yesus bukan hanya berarti berjalan di belakangnya tetapi melakukan seperti yang diperbuat Yesus mewujudkan cintakasih kepada sesama. Matius juga melakukan itu dengan mengajak banyak temannya untuk datang kepada Yesus artinya langsung menjadi rasul. Pertobatannya berdampak bagi orang lain di sekitarnya.

Sebagai pengikut Kristus kita harus menjalani pertobatan terus menerus yang berdampak juga bagi orang lain di sekitar kita seperti yang  terjadi pada Matius. Pertobatan itu menyatakan belas kasih Allah yang tanpa batas kepada kita manusia berdosa.  “ yang Kukehendaki ialah belaskasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa” (Mat 9:13). Banyak pemungut cukai mengalami belas kasih Tuhan melalui Matius yang sudah bertobat. Seharusnya kita juga seperti Matius membuat banyak orang yang kita jumpai dalam hidup ini mengalami kasihNYa.

Kata “Ikutlah Aku”  yang ditujukan kepada Matius itu juga berlaku untuk kita masing-masing dalam menjawab panggilan Tuhan. Beranikah kita menjadi seperti Matius yang dengan siap sedia tanpa banyak bicara menjawab panggilan itu “ Maka berdirilah Matius lalu mengikuti Dia”. Kata berdiri adalah tanda kesiapan untuk melakukan sesuatu. Yang akan dilakukan adalah kehendak Tuhan yang memanggil kita yang berkata “ yang Kukehendaki belaskasihan bukan persembahan”. Matius berdiri untuk mewujudakan belaskasihan itu dengan “datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama-sama dengan Dia dan murid-muridNya” (Mat 9:10). Inilah wujud nyata belaskasih yang dilaksanakan oleh Matius dalam hidupnya.

Untuk mengasihi perlu pengorbanan, kita sudah melihat contoh dari St. Matius yang akhirnya juga menjadi martir karena menjalankan tugas kerasulannya dan yang mewariskan injil suci yang sampai kepada kita. Injil adalah kabar gembira yang kita terima dan harus kita bawa kepada orang lain supaya mereka juga mengalami kegembiraan. Kegembiraan itu terwujud dalam diri Yesus Kristus Allah yang menhendaki belaskasihan bagi umat manusia. Kita perlu mewujudkan belaskasih Allah itu dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga orang yang kita jumpai siapapun mereka dapat mengalami belasksih Allah melalui kehadiran kita dalam hidup mereka. Inilah jawaban kita terhadap pangilan Yesus: “ikutlah Aku”. Menjadi pembawa kasih Allah bagi sesama. 


(Oleh P.Matius Sudiantoro, SDB)

0 comments:

Post a Comment