Prapaskah IV
Judul yang sangat
tepat dalam dua kata untuk menjelaskan kisah anak yang hilang dalam injil
hari ini: Mercifull Father. Bapa
yang
penuh belas kasih; yang sangat mudah tergerak hatinya oleh belas
kasihan. Dalam kisah ini tentu belas kasih kepada kedua anaknya yang
punya dua sikap
yang berbeda. Dua anak ini dengan sangat tepat menjelaskan keberadaan
manusia
yang ada secara real: anak bungsu sangat materialis, konsumeris, hedonis berfoya-foya yang mau menikmati apa saja saat
ini dengan minta warisan yang sebetulnya belum menjadi hak-nya karena ayahnya
masih hidup. Hal ini semacam korupsi yang terjadi dengan sangat dahysat di
negeri kita, banyak sekali orang mengambil dengan berani yang bukan haknya
tanpa merasa berdosa seperti anak bungsu itu.
Anak sulung
menjelaskan manusia lebih pelik lagi karena bisa menyembunyikan segala
keburukannya dengan ketaatan kepada orang tua. Dalam dunia nyata kita banyak
sekali orang yang tampaknya taat beragama namun sebetulnya menyimpan kebencian,
irihati dendam dan kemarahan seperti anak sulung. Bisa jadi tiap hari Minggu
ke Gereja atau ke tempat ibadat yang lain supaya kelihatan baik-baik saja.
Ternyata mereka ini justru orang yang tak pernah tergerak hatinya oleh belas
kasihan. Bahkan menyengsarakan orang lain dengan sangat kejam meskipun itu
saudara sendiri seperti si bungsu dalam kisah ini tidak diakuinya sebagai
saudara tetapi sebagai penjahat yang berfoya-foya. Orang yang selalu merasa
paling benar ini menurut St. Yohanes justru orang paling berdosa. Karena tak
ada kesadaran untuk bertobat dan memperbaiki diri.
Sang Ayah yang
tergerak hatinya oleh belas kasih itu ketika melihat anaknya datang langsung
berlari memeluk dan mencium anak bungsunya yang kembali. Bahkan anaknya belum
selesai menyatakan pertobatannya, sang ayah sudah menyuruh menyiapkan pesta sangat
besar untuk anak yang dikasihi dengan bentuk memotong anak lembu tambun.
Anak
sulung mendapat sambutan yang sama yaitu sang ayah keluar dan menjelaskan duduk
perkaranya serta mengajak anak sulung-nya ini untuk turut bersukacita dalam pesta ini.
Tapi si sulung tidak menerima sambutan itu. Si Sulung mengungkapkan kemarahannya
kepada ayah-nya yang berbelaskasih, berharap menghukum adiknya sendiri yang
diangggapnya sebagai orang berdosa dan jahat. Untung kisah anak sulung ini
berakhir terbuka; keputusan belum diambil sehingga ada dua pilihan bisa terjadi:
pertama dia tetap marah dan pergi lagi dengan kemarahan dendam serta rasa
irihatinya. Kedua dia bisa menerima penjelasan ayahnya dan ikut bergembira
bersama dalam pesta yang penuh sukacita ini.
Dalam kisah ini
sangat jelas ada niat pertobatan dari kedua anaknya yang dinyatakan dengan kata
PULANG. Mereka ingin kembali kepada ayahnya yang kita sebut dalam judul tadi
sebagai Mercifull Father.
Belas kasihnya itu menjadi nyata dengan tindakan yang
menyambut dia keluar dan berbicara dangan kedua anaknya dengan penuh kesabaran
dan cintakasih; baik terhadap anak bungsu yang melakukan kesalahan besar maupun
terhadap anak sulungnya yang sedang marah besar kepadanya. Pemberiannya juga
tidak berbeda anak bungsu disambut dengan pesta penuh sukacita, anak sulung
diberi penjelasan segala yang kumiliki adalah milikmu. Situasi anak sulung memang
lebih menyedihkan meski di dalam rumah dia tidak merasa memiliki apa yang ada
di rumah itu. Ini masalah tanggungjawab kadang kita juga melakukan halitu untuk
melepaskan diri dari beban tanggungjawab. Dengan mudah menyalahkan orang lain
seperti si sulung yang menyebut kesalahan adiknya dan merasa diri benar.
Dari kisah ini kita
semua dalam kenyataan hidup sehari-hari sering berlaku seperti kedua anak ini
baik sikap si sulung maupun si bungsu. Kadang bergantian muncul dalam diri kita
bersikap seperti si bungsu dengan segala keserakahanya merebut segala sesuatu
yang seharusnya bukan miliknya, tapi kadang tampil munafik seperti si sulung
yang kelihatan baik tapi menyimpan irihati benci dan dendam yang sangat kejam
terhadap saudara sendiri. Itulah kenyataan diri kita yang harus mencoba berani
dengan rendah hati menerima kenyataan itu dihadapan Bapa kita yang penuh
belaskasih kepada anak-anaknya. Mengakui kesalahan ini menjadi awala pertobatan
supaya sikap hidup kita tidak menjadi sperti kedua anak ini, tetapi kita
bertumbuh dan berkembang menjadi seperti sang ayah, yang mudah tergerak hatinya
oleh belas kasihan, karena itulah kita sebut sebagai Mercifull Father. Yang selalu siap menyambut siapapun yang datang
kepadanya.
Kita sedang berada
dalam masa tobat, persiapan untuk menyambut Paskah hari kebangkitan Tuhan. Ini
merupakan waktu berahmat yang Tuhan berikan supaya kita menjalan tobat kita
dalam tiga bentuk yaitu: berdo, berpantang dan puasa serta tindakan amal kasih.Kita juga diajak
untuk merenungi dan bertumbuh bersama dengan menghayati secara nyata tema APP
kita tahun ini: Makin beriman, makin bersaudara dan makin berbelarasa. Dalam
kisah ini berimanitu ditunjukan oleh si bungsu yang mempunyai kepercayaan akan
Bapanya yang penuh belas kasih yang pasti akan tetap menyambutnya meskipun
telah berbuat dosa: Pengakuan imannya dinyatakan dalam ungkapan yang sangat
rendah hati:”Bapa aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa, aku tidak
layak lagiu disebut anak Bapa, jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan Bapa”.
Makin bersaudara
dinyatakan dalam tindakan yang sebaliknya yang dilakukan oleh anak sulung:”
telah bertahun-tahu akau melayani Bapa, dan belum pernah aku melanggar perintah
Bapa, tetapi kepadaku Bapa belum pernah memberikan seekor anak kambingpun untuk
bersukacita dengan sahabat-sahabatku. Tetapi datang anak Bapa yang telah
memboroskan harta kekayaan bapa dengan pelacur-pelacur, maka Bapa menyembelih
anak lembu tambun itu untuk dia”. Di sini si sulung menolak persaudaaraan
antara dia dengan adiknya, bahkan juga ada penolakn terhadap sang Bapa yang
tampaknya hanya memperhatikan si bungsu dalam cara pandang anak sulung.
Jawaban sang ayah
menunjukan secara nyata untuk semakin bersaduara dan wujud nyata belarasa yang
total dalm kehidupan bersama sebagai keluarga”: Anakku engkau selalu
bersama-sama dengan aku, segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut
bergembira dan bersukacita karena adikmu telah mati dan dan menjadi hidup
kembali, dia telah hilang dan didapat kembali”. Kata adikmu itu ajakan untuk
menerima sebagai saudara. Inilah ajakan untuk mewujudkan makin bersadara dalam
kehidupan kita sehari-hari. Makin berbelarasa sangat jelas dengan
perkataan:’kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan
menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan di dapat kembali”.
Bergembira karena
semangat belarasa dengan hati yang tergerak oleh belas kasihan. Kita diajak
untuk menjadi seperti sang ayah yang menjadi MERCIFULL FATHER. Maka
ajakan: ”makin beriman, makin bersaudara, makin berbelarasa”. Terwujud secara
nyata dalam diri sang ayah yang menjadi model bagi kita semua. Harapannya kita
juga bisa menjadi MERCIFULL SON yang
mudah tergerak hatinya oleh belas kasihan kepada sesama. Terutama yang lemah,
miskin, tersingkir menderita, sakit dan cacat baik fisik maupun mental. Itulah
yang harus kita wujudkan dalam kehidupan kita sehari-hari bersama dengan sesama
kita.(by F.Matius Sudiantoro, SDB)
(copyright: foto www.freebibleimage.org)
0 comments:
Post a Comment