Monday 18 March 2013

Mercifull Father

Prapaskah IV


Judul yang sangat tepat dalam dua kata untuk menjelaskan kisah anak yang hilang dalam injil hari  ini: Mercifull Father. Bapa yang penuh belas kasih; yang sangat mudah tergerak hatinya oleh belas kasihan. Dalam kisah ini tentu belas kasih kepada kedua anaknya yang punya dua sikap yang berbeda. Dua anak ini dengan sangat tepat menjelaskan keberadaan manusia yang ada secara real: anak bungsu sangat materialis, konsumeris, hedonis  berfoya-foya yang mau menikmati apa saja saat ini dengan minta warisan yang sebetulnya belum menjadi hak-nya karena ayahnya masih hidup. Hal ini semacam korupsi yang terjadi dengan sangat dahysat di negeri kita, banyak sekali orang mengambil dengan berani yang bukan haknya tanpa merasa berdosa seperti anak bungsu itu.

Anak sulung menjelaskan manusia lebih pelik lagi karena bisa menyembunyikan segala keburukannya dengan ketaatan kepada orang tua. Dalam dunia nyata kita banyak sekali orang yang tampaknya taat beragama namun sebetulnya menyimpan kebencian, irihati dendam dan kemarahan seperti anak sulung. Bisa jadi tiap hari Minggu ke Gereja atau ke tempat ibadat yang lain supaya kelihatan baik-baik saja. Ternyata mereka ini justru orang yang tak pernah tergerak hatinya oleh belas kasihan. Bahkan menyengsarakan orang lain dengan sangat kejam meskipun itu saudara sendiri seperti si bungsu dalam kisah ini tidak diakuinya sebagai saudara tetapi sebagai penjahat yang berfoya-foya. Orang yang selalu merasa paling benar ini menurut St. Yohanes justru orang paling berdosa. Karena tak ada kesadaran untuk bertobat dan memperbaiki diri.

Sang Ayah yang tergerak hatinya oleh belas kasih itu ketika melihat anaknya datang langsung berlari memeluk dan mencium anak bungsunya yang kembali. Bahkan anaknya belum selesai menyatakan pertobatannya, sang ayah sudah menyuruh menyiapkan pesta sangat besar untuk anak yang dikasihi dengan bentuk memotong anak lembu tambun. 

Anak sulung mendapat sambutan yang sama yaitu sang ayah keluar dan menjelaskan duduk perkaranya serta mengajak anak sulung-nya ini untuk turut bersukacita dalam pesta ini. Tapi si sulung tidak menerima sambutan itu. Si Sulung mengungkapkan kemarahannya kepada ayah-nya yang berbelaskasih, berharap menghukum adiknya sendiri yang diangggapnya sebagai orang berdosa dan jahat. Untung kisah anak sulung ini berakhir terbuka; keputusan belum diambil sehingga ada dua pilihan bisa terjadi: pertama dia tetap marah dan pergi lagi dengan kemarahan dendam serta rasa irihatinya. Kedua dia bisa menerima penjelasan ayahnya dan ikut bergembira bersama dalam pesta yang penuh sukacita ini.

Dalam kisah ini sangat jelas ada niat pertobatan dari kedua anaknya yang dinyatakan dengan kata PULANG. Mereka ingin kembali kepada ayahnya yang kita sebut dalam judul tadi sebagai Mercifull Father. 

Belas kasihnya itu menjadi nyata dengan tindakan yang menyambut dia keluar dan berbicara dangan kedua anaknya dengan penuh kesabaran dan cintakasih; baik terhadap anak bungsu yang melakukan kesalahan besar maupun terhadap anak sulungnya yang sedang marah besar kepadanya. Pemberiannya juga tidak berbeda anak bungsu disambut dengan pesta penuh sukacita, anak sulung diberi penjelasan segala yang kumiliki adalah milikmu. Situasi anak sulung memang lebih menyedihkan meski di dalam rumah dia tidak merasa memiliki apa yang ada di rumah itu. Ini masalah tanggungjawab kadang kita juga melakukan halitu untuk melepaskan diri dari beban tanggungjawab. Dengan mudah menyalahkan orang lain seperti si sulung yang menyebut kesalahan adiknya dan merasa diri benar.

Dari kisah ini kita semua dalam kenyataan hidup sehari-hari sering berlaku seperti kedua anak ini baik sikap si sulung maupun si bungsu. Kadang bergantian muncul dalam diri kita bersikap seperti si bungsu dengan segala keserakahanya merebut segala sesuatu yang seharusnya bukan miliknya, tapi kadang tampil munafik seperti si sulung yang kelihatan baik tapi menyimpan irihati benci dan dendam yang sangat kejam terhadap saudara sendiri. Itulah kenyataan diri kita yang harus mencoba berani dengan rendah hati menerima kenyataan itu dihadapan Bapa kita yang penuh belaskasih kepada anak-anaknya. Mengakui kesalahan ini menjadi awala pertobatan supaya sikap hidup kita tidak menjadi sperti kedua anak ini, tetapi kita bertumbuh dan berkembang menjadi seperti sang ayah, yang mudah tergerak hatinya oleh belas kasihan, karena itulah kita sebut sebagai Mercifull Father. Yang selalu siap menyambut siapapun yang datang kepadanya.

Kita sedang berada dalam masa tobat, persiapan untuk menyambut Paskah hari kebangkitan Tuhan. Ini merupakan waktu berahmat yang Tuhan berikan supaya kita menjalan tobat kita dalam tiga bentuk yaitu: berdo, berpantang dan puasa  serta tindakan amal kasih.Kita juga diajak untuk merenungi dan bertumbuh bersama dengan menghayati secara nyata tema APP kita tahun ini: Makin beriman, makin bersaudara dan makin berbelarasa. Dalam kisah ini berimanitu ditunjukan oleh si bungsu yang mempunyai kepercayaan akan Bapanya yang penuh belas kasih yang pasti akan tetap menyambutnya meskipun telah berbuat dosa: Pengakuan imannya dinyatakan dalam ungkapan yang sangat rendah hati:”Bapa aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa, aku tidak layak lagiu disebut anak Bapa, jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan Bapa”. 

Makin bersaudara dinyatakan dalam tindakan yang sebaliknya yang dilakukan oleh anak sulung:” telah bertahun-tahu akau melayani Bapa, dan belum pernah aku melanggar perintah Bapa, tetapi kepadaku Bapa belum pernah memberikan seekor anak kambingpun untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. Tetapi datang anak Bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa dengan pelacur-pelacur, maka Bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia”. Di sini si sulung menolak persaudaaraan antara dia dengan adiknya, bahkan juga ada penolakn terhadap sang Bapa yang tampaknya hanya memperhatikan si bungsu dalam cara pandang anak sulung.

Jawaban sang ayah menunjukan secara nyata untuk semakin bersaduara dan wujud nyata belarasa yang total dalm kehidupan bersama sebagai keluarga”: Anakku engkau selalu bersama-sama dengan aku, segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bergembira dan bersukacita karena adikmu telah mati dan dan menjadi hidup kembali, dia telah hilang dan didapat kembali”. Kata adikmu itu ajakan untuk menerima sebagai saudara. Inilah ajakan untuk mewujudkan makin bersadara dalam kehidupan kita sehari-hari. Makin berbelarasa sangat jelas dengan perkataan:’kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan di dapat kembali”. 

Bergembira karena semangat belarasa dengan hati yang tergerak oleh belas kasihan. Kita diajak untuk menjadi seperti sang ayah yang menjadi MERCIFULL FATHER. Maka ajakan: ”makin beriman, makin bersaudara, makin berbelarasa”. Terwujud secara nyata dalam diri sang ayah yang menjadi model bagi kita semua. Harapannya kita juga bisa menjadi MERCIFULL SON  yang mudah tergerak hatinya oleh belas kasihan kepada sesama. Terutama yang lemah, miskin, tersingkir menderita, sakit dan cacat baik fisik maupun mental. Itulah yang harus kita wujudkan dalam kehidupan kita sehari-hari bersama dengan sesama kita.(by F.Matius Sudiantoro, SDB)

(copyright: foto www.freebibleimage.org)

0 comments:

Post a Comment