Kiss of an Angel

That you are young is enough to make me love you very much.

There can be no virtue without obedience.

We must, each of us, be willing to sacrifice our own will, even at a heavy cost...The sacrifice that is needed is the sacrifice of the will.

Everyone invited

"If we do not give them something to think about their minds will turn to unwholesome thoughts."

"Act today in such a way that you need not blush tomorrow."

"Direct every action to the Lord by saying, “Lord, I offer You this work, please bless it.”"

"If you wish to fly high, start from the bottom.

I would like to stress good health, good moral conduct and serious studies. Health is a precious gift; take good care of it..

Friday 10 May 2013

Tuhan, Tunjukkanlah Kami Bapa



Inilah permintaan Pilipus kepada Yesus, supaya kami menjadi puas. Sering kali dalam kehidupan kita kalau berdoa atau bebrbuat sesuatu supaya menjadi puas. Maksudnya apa bila yang kita terpenuhi seolah kita merasa Tuhan itu Maha baik. Kalau Tuhan tidak memberikan apa yang kita minta Tuhan tidak baik lagi. Itulah yang kita alami dalam kesaharian hidup kita.

Yesus dalam sabdanya yang kita dengar hari ini menyatakan kesatuan yang sempurna Dia dengan Bapanya dan kalau kita melihat Yesus kita sudah melihat Bapa. Tapi Pilipus merasa belom melihat Bapa. Maka dia minta “ Tuhan, tunjukanlah kepada kami Bapa, dan kami akan menjadi puas”. Biasanya kita minta keberhasilan, kesembuhan dan seterusnya. Tapi Tuhan lebih tahu yang terbaik untuk kita masing-masing, Jadi kalau doa belum dikabulkan Tuah akan memberikan yang terbaik.

Persatuan yang paling nyata kita alami dengan Kristus adalah dalam Perayaan EKARISTI maka ada bagian sanagat penting komuni. Dipersatukan dengan Tuhan dan sesama dalam perjamuan suci dimana Kristus sendiri menjadi santapan bagi kita. Apakah kita sungguh melihat dan mengalami kehadiran Tuhan secara nyata dalam perayaan ini? Atau kita masih seperti Pilipus yang minta tunjukanlah kepada kami supaya kami mejadi puas?

Seharusnya kita sudah bisa bersyukur atas segala rahmat yang Tuhan limpahkan kepada kita semua. Tuhan sudah memberikan semua untuk manusia, bahkan Tuhan kita adalah satu-satunya Tuhan yang mau berkorban untuk umatnya. Dalam agama-agama lain apapun biasanya manusia harus mempersembahakan korban bagi Tuhan.Baik agama kuno maupun yang modern manusia harus membuat korban bagi Tuhan mereka.


Dalam agama kita Kristus sekaligus menjadi imam altar dan korban untuk keselamatan umat manusia. Kalau orang masih mau pindah agama sebetulnya keterlaluan, tapai nyatanya masih ada juga yang mau pindah. Kita yang adalah mahkluk ciptaanNya diangakat menjadi putera dan puterinya. Itu terjadi semata karena cintanya kepada manusia yang tanpa nbatas apapun. Seharusnya kita yang mengalami dicintai ini perlu membagikan kasih ini kepada sesama. Yakni membawa kabar keselamata kepada sesama kita, dimanapun mereka berada.

Seperti kita dengarkan dalam bacaan pertama hari ini, para rasul menjadi berani untuk mewartakan kabar gembira setelah mereka melihat Tuhan atau bertemu dengan Tuhan. Kita pun harus menjadi pewarta kabar gembira itu bagi sesama, melalui kehidupan kita supaya orng bisa mengerti dan mau diselamatkan melalui Yesus Kristus yang telah rela menderita sengsara, wafat dan bangkit kembali dalam kasihNYa. Marilah kita satukan hidup kita sperti dinyatakan oleh Kristus” Aku dan Bapa adalah satu”. Kita masuk dalam persatuan dengan Allah Tritunggal itu sebagai anak-anak  Allaah. Rahmat menjadi anak Allah inilah yang harus kita wartkan kepada sesama kita dimanapun kita hidup dan berada. Marilah kita satukan persembahan diri kita dengan persembahan Kristus. Sekarang dan selamamya. (by F.Matius Sudiantoro, SDB)

Pakailah Perlengkapan Rohani



Kita di sini berkumpul untuk merayakan Ekaristi yaitu Perjamuan Suci untuk memohon berkat bagi kalian yang akan menghadapi ujian akhir maupun ujian semester. Dalam bacaan hari ini kita mendengar dari santo Paulus mendapat nasehat supay kita memakai perlengkapan rohani. Tentu saja kalian yang akan ujian juga perlu perlengkapan untuk menghadaoi ujian sekalian mempersiapkan diri dengan belajar.

Yang oleh santo Paulus disarankan untuk dipake adalah:

  • -          Berikat pinggang kebenaran
  • -          Berbaju zirah keadilan
  • -          Berkasut kerelaan untuk memberitakan injil damea sejahtera
  • -          Pergunakanlah perisai iman untuk memadamkan panah apai si jahat
  • -          Terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah dan doamu.

Untuk persiapan ujian harus : belajar dengan rajin, tidak boleh mencontek, mengerjakan dengan kesungguhan pada saat ujian. Sebelumnya tentu perlu mempersiapkan segala peraltan yan diperlukan untuk mengerjakan soal ujian. Itulah pakean yang harus kalaian gunakan untuk menghadapi ujian. Tapi jangan lupa juga untuk berdoa selalu.


Dalam injil hari ini kita mendengarkan kisah tentang orang yang membangun rumahnya. Yang satu membangun di atas pasir sehingga bangunan tidak kuat ketika dilanda hujan dan badai hancur berantakan. Yang lain membangun rumahnya di atas batu sehingga kokoh meskipun diterpa hujan badai tetap kokoh dan berdiri tegak bangunannya. Perumaan ini adalah gambaran dari diri kita masing-masing. Termasuk dimanakah kita yang membangun di atas pasir atau membangun di atas batu.

Kalau kita melakukan kehendak Tuhan berarti kita membangun di atas batu, tapai kalau kita melakukan kehendak sendiri kita membangun di atas pasir. Kalau anak sekolah yang tidak mau belajar itu sedang membangun rumahnya atau dirinya di atas pasir nanti akan roboh karena pengetahuan tidak bertambah. Sedangkan yang rajin belajar seperti orang yang membangun rumahnya di atas batu karena akan bertambah pengetahuanya sehingga akan berguna untuk membentuk masa depanya.

Sekarang terserah kepada adik-adik mau memilih yang mana bangunan yang akan kalian buat untuk masa depan kalian. Saya berharap kalian memilih untuk membangun rumah yang dasarnya batu sehingga akan lebih kuat bangunannya. Caranya dengan menggunakan pakean yang tadi sudah ditunjukan oleh St. Paulus. (by F.Matius Sudiantorpo SDB)

Supaya Mereka Menjadi Satu



Minggu paskah VII

Hari ini kita merayakan hari komunikasi sedunia, tujuan komunikasi seperti isi doa Yesus yang kita dengarakan hari ini dalam injil:”supaya mereka bersatu”. Namun kita melihat betapa banyak perpecahan yang terjadi dalam dunia kita sekarang ini. Peperangan antar negara masih berjalan terus, konflik antar suku di negeri kita juga terus berlanjut, lingkup yang lebih kecil perpecahan dalam keluarga semakin merajalela bisa dilihat betapa banyak percerian suami isteri. Dan ini terjadi di tengah berkembangnya berbagai macam sarana komunikasi yang sangat pesat dengan harapan semakin membuat manusia semakin mudah berkomunikasi supaya mereka bersatu.

Kalau masing-masing mau jujur bukan perlengkapan dan sarana komunikasi yang salah tetapi manusia yang menggunakannya, bukan untuk menjalin persatuan sebagai tujuan berkomunikasi. sebaliknya sarana ini justru digunakan untuk menyebarkan berbagai macam isu yang menyebabkan perselisihan dalam hidup manusia. Itulah realitas hidup manusia dengan berbagai sarana komunikasi yang semakin canggih. Sebetulnya yang diperlukan adalah pertobatan terus menerus untuk menjalin persatuan dalam hidup bersama. Seharusnya berbagai macam sarana komunikasi itu membantu untuk mempersatukan manusia. Bisa belajar dari sapu lidi kalau kita bersatu sungguh sangat kuat. Tidak ada orang yang mampu mematahkan sapu lidi yang menjadi satu ikatan. Tapi orang bisa dengan sangat mudah mematahkan lidi yang terpisah satu-satu.  Marilah kita mencontoh sapu lidi dengan membangun persatuan lewat komunikasi dengan berbagai macam sarana yang sekarang kita miliki di zaman kita seklarang. Ini berarti mewujudkan doa Yesus “ supaya mereka bersatu”

Doa Yesus dalam injil “ Bapa yang kudus. Bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang yang percaya kepadKu orelh pemberitaan mereka, supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa di dalam Aku, dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam kita, supaya dunia percaya bahwa Engkaulah yang mengutus Aku. Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan yang Engkau berikan kepadaKu, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku, supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu bahwa Engkaulah yang mengutus Aku, dan bahwa Engkau mengasihi mereka seperti Engkau mengasihi Aku”

Dalam doa ini ada komunikasi Yesus dengan Allah Bapa yang hendak mewujudkan persatuan dalam cintaksih yang sempurna antara Allah dan manusia dalam diri Yesus Kristus yang menjadi utusan Bapa.

Gereja menunjukan inti panggilan hidup sebagai orang beriman yaitu kita semua diundang untuk mencapi persatuan dengan Tuhan dalam kasih yang sempurna. Kita harus berusaha mewujudakan kesatuan itu dalam hidup bersama mulai dari lingkup terkecil dalam keluarga dan komunitas kita. Kebersatuan yang kita wujudkan bukan yang meniadakan perbedaan, tetapi persatuan yang bermula dari kasih dan kemuliaan Yesus. Demi kasihNya kita mau berkoraban bagi sesama dan demi kemuliaanya kita mau berdoa bagi sesama sekalipun mereka sudah menyakiti dan melukai diri kita. Mari kita jauhkan perpecahan, pertengkaran, yang terjadi karena ego, amarah, fitnah dan ketidakjujuran. Mari kita berjuang untuk mengusahakan kesatuan berdasarkan kasih Yesus yang bangkit dan selalu menanti dan mengharapakn kita semua untk mengalami dan menikmati kesatuan sempurna dalam kuasa cintaksih Allah Trintunggal. (by F.Matius Sudiantoro SDB)

Wednesday 1 May 2013

Perintah Baru




Dalam injil hari ini Yesus memberikan perintah baru yaitu: “Supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu, demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang tahu, bahwa kamu adalah muridku, yaitu jika kamu saling mengasihi”. Perintah baru ini jelas untuk menggantikan perintah lama yang berisi mata ganti mata dan gigi ganti gigi yang kurang lebih maknanya saling membalas dendam dengan penuh kebencian. Mencintai atau mengasihi ini tidak bisa sepihak karena dalam perintah Yesus berkata hendaklah kamu saling mengasihi. Artinya ada saling memberi dan menerima menyambut dan disambut. Begitulah Kasih akan bermakna kalau ada saling mengasihi. Ada usaha dari kedua belah pihak untuk mewujudkan kasih itu menjadi nyata.

Hidup  saling mengasihi ini harus menjadi KTP kita sebagai murid Kristus, sehingga orang mengenal kita murid Kristus karena hidup saling mengasihi. Kalimat saling mengasihi ini sangat mudah diucapkan tapi sangat sulit untuk dilaksanakan. Mengasihi selalu menuntut pengorbanan atau pemberian diri bagi orang yang kita kasih. Harus siap juga mengalami penolakan dari orang yang kita kasihi. Memang permintaan Yesus untuk saling mengasihi seharusnya bersifat reciprokal, sehingga memang ada saling membahagiakan orang yang dikasihi. Berani mengorbankan diri untuk orang yang dikasihi bahkan memberikan nyawanya seperti Yesus:”hendaklah kamu saling mengasihi seperti Aku mengasihi kamu”. Bagaimana Yesus mengasihi kita yaitu dengan rela mati di kayu salib demi keselamatan manusia. Beranikah kita menjadi seperti Yesus yang rela mati demi orang yang kita cintai.

cinta mengalahkan segalanya
Maka bisa kita lihat perbedaan sikap antara orang baik dan orang jahat hanya dalam hal berikut ini orang jahat mengorbankan orang lain untuk kepentingan dirinya sendiri, sedangkan orang baik berani mengorbankan dirinya untuk orang lain yang dikasihinya. Kalau perintah Yesus itu kita laksanakan dalam hidup maka tak akan ada pertengkaran dan peperangan di dunia ini. Sekarang pilihan ada pada kita masing-masing, akan menjadi orang baik atau orang jahat. Itulah kelebihan kita manusia dibandingkan dengan makluk lain yaitu kita mempunyai kebebasan untuk menentukan arah hidup kita. Yesus memberikan perintah baru tapi kita bisa tetap memilih untuk melakukan perintah itu atau menolaknya. Setiap pilihan selalu ada resiko yang harus diterima oleh si pemilih untuk manjadi orang baik atau orang jahat. Itulah kehidupan kita sebagai murid Yesus tentu akan memilih yang baik.

Paus Fransiskus menyatakan kasih Allah pada narapidana
Sebagai murid Kristus seharusnya kita melaksanakan perintah baru ini. Karena hidup saling mengasihi menjadi kartu identitas kita sebagai murid Kristus. Semoga kahadiran kita bisa menjadi pembawa kasih Kristus bagi sesama, sehingga orang bisa mengalami kasih Allah karena kehadiran kita bersama mereka. kita bisa menjadi pembawa damai dan pembawa cintakasih bagi sesama. Mari kita ingat dan lakasnakan kalimat dalam bahasa latini ini Amorem Dei ferens yang artinya menjadi pembawa kasih Tuhan atau dalam bahasa Italia Strumento dell’Amore. Sebagai murid Kristus hendaknnya kita bisa mewujudakan hal ini dalam kehidupan kita sehari-hari. (by. F.Matius Sudiantoro,SDB)

Mereka Mengikuti Aku



Minggu Paskah IV
Hari Minggu Panggilan
Para Imam Salesian
Hari ini bersama seluruh Gereja kita merayakan hari minggu panggilan. Sebagai umat beriman kita semua dipanggil oleh Allah untuk menuju kekudusan. Dalam Gereja kita mengenal adanya panggilan khusus yaitu orang yang terpanggil untuk menjadi imam dan menjalani hidup bakti sebagai biarawan biarawati. Dan munculnya panggilan khusus ini biasanya terwujud dalam keluarga yang menghayati imanya dengan kesungguhan hati. Meski selalu ada kekecualian misalnya ada orang yang menjadi imam meski orang tuanya masih muslim. Ada yang menjadi suster meski orang tuanya masih beragama protestan. Karena bagi Tuhan tiada yang mustahil.

Para Novis: calon suster FMA - don Bosco
Panggilan khusus ini sangat butuh dukungan dari keluarga dimana sang terpanggil menjalani hidupnya bersama keluarga. Banyak orang tua yang tidak mengerti bagaimana hidup berimannya sehingga sering tidak mengijinkan putera-puterinya untuk menjawab panggilan Tuhan secara khusus ini. Banyak juga anak muda yang tak bisa dengan mudah memastikan pilihan hidupnya karena terlalu banyak tawaran yang muncul dalam dunia sekarang ini, sehingga sering waktu mereka sudah habis sebelum sempat memilih.  Hal ini membuat banyak kaum muda tak tau ke mana arah hidupnya. Banyak kali bila ditanya cita-citamu akan menjadi apa? Kebanyakan dari mereka akan menjawab tidak tahu. Itu sekelumit pengalaman ketika berkecimpung dalam mendidik anak-anak muda di BLK Don Bosco Tigaraksa selama 4 tahun, untuk membantu mereka memiliki ketrampilan dalam hidup, setelah tamat SMA mereka belum tahu apa yang akan dicapai dalam hidupnya.

F.Matius berkarya di BLK: Suasana BLK Tangerang
Dalam injil hari ini Yesus bersabda:”Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka”. Kalimat ini sangat tepat dihayati oleh mereka yang hidup mengikuti panggilan khusus yaitu untuk diberi hidup yang kekal. Tapi kita sadar juga bahwa bila seorang dipanggil biasanya karena akan mendapat tugas dari yang memanggil. Itulah yang terjadi dengan mereka yang menghayati hidup dalam panggilan khusus. Bapa Suci Benedektus menuliskan dalam suratnya untuk minggu panggilan:”Panggilan imamat dan hidup bakti sumber harapan bagi dunia”. Mereka ini diutus untuk mewartakan hidup yang kekal yang telah diterimanya dari Yesus dalam seluruh hidupnya. Harapan akan hidup kekal inilah yang diwartakan dalam hidup bakti biarawan biarawati dan hidup para imam.

Kenyataan Gereja saat ini mengalami kekurangan dalam panggilan khusus, meski berbagai cara ditempuh untuk promosi panggilan tapi tidak seperti iklan yang menawarkan, barang di media sosial elektronik. Orang tertarik untuk mengikuti hidup relegius atau imamat tidak bisa sekedar karena iklan dan promosi panggilan dari berbagai tarekat. Tapi perlu mengalami dan melihat bahwa hidup sebagai seorang iman dan hidup bakti itu sesuatu yang membahagiakan. Sangat disayangkan banyak orang tua tidak merelakan anaknya untuk menjawab panggilan khusus ini karena kawatir anaknya tidak akan bahagia, karena dalam biara ada banyak aturan dan tidak boleh memiliki barang-barang seperti orang biasa. Inilah hidup panggilan yang harus menjadi tanda nyata Allah mengasihi manusia dalam segala kelemahan dan kekuranganya. Tapi Tuhan selalu memberikan rahmat dan berkatnya yang melimpah kepada kita. 

Para suster FMA dengan senyum ceria membawa Kabar Baik
Cinta Tuhan ini bisa terangkum dalam mazmur :” Tuhanlah gembalaku tak kan kekurangan aku”.  Dalam Tuhan semua kebutuhan kita akan terpenuhi, dan itu sungguh nyata dalam kehidupan seorang imam yang tidak pernah bekerja untuk mencari sesuap nasi, tetapi segala kebutuhan hidupnya terpenuhi. Begitu pula kehidupan para biarawan-biarawati mewujudkan secara nyata kasih Tuhan yang berlimpah bagi umat manusia. Sekaranga dan selamanya. AMIN (by.F.Matius Sudiantoro, SDB)

Monday 22 April 2013

Marilah dan Sarapanlah



 Minggu paskah III

Sebagai Romo sering mengalami hal ini bila merayakan misa di susteran. Biasanya para suster misa pagi sekali karena mereka harus segera pergi ke tempat tugasnya masing-masing. Mereka selalu mengundang Romo yang merayakan Ekaristi untuk makan bersama mereka kadang sampai ada yang tersinggung kalau saya menolak untuk ikut sarapan, karena memang ada kegiatan lain yang harus saya lakukan. Yesus mengundang para rasulnya dengan ajakan “Marilah dan sarapanlah”. Ajakan para suster dari berbagai komunitas itu sama dengan ajakan Yesus untuk mengalami Ekaristi yang lebih nyata berbagi santapan yang kadang disertai berbagi pengalaman hidup yang saling memperkaya untuk menghayati Ekaristi secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam Ekaristi dirayakan setiap pagi kita sungguh mengalami seperti para rasul yang mendapat ajakan dari Yesus :”Marilah sarapanlah”. Hebatnya santapan yang kita terima tiada duanya, adalah Tubuh dan Darah Yesus sendiri yangat jelas tujuanya yaitu biasanya diulang dalam doa konsekrasi:“Makanlah inilah Tubuhku yang diserahkan bagimu”. Lalu dilanjutkan:”Minumlah inilah Darahku darah perjanjian baru dan kekal yang diserahkan bagimu untuk pengampunan dosa. Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Daku”. Inilah inti dan makna setiap perayaan Ekaristi kita diundang untuk menyantap Tubuh dan Darah Kristus.. Santapan ini memberi kekuatan yang menyelamatkan bagi kita. Seperti undangan Yesus :” Marilah dan sarapanlah” kepada para rasul yang kelelahan karena semalaman bekerja keras menangkap ikan, kita sering kelelahan menjalani kesibukan hidup kita sehari-hari mendapat undangan yang sama.

Ajakan Yesus ini kita dengarkan dalam masa Paskah, saat kita merayakan hari raya kebangkitan. Undangan istimewa ini dikatakan oleh Yesus yang sudah bangkit, artinya kita diajak merasa dan mengalami kebangkitan bersama Kristus. Maka kebangkitan Kristus juga menjadi jaminan bagi kita, bukan karena kita orang baik sehingga pantas menerima ajakan itu. Ajakan Kristus melulu anugerah dan rahmat Tuhan bagi kita semua. Tawaran ini menjadi lebih jelas lagi dalam ajakan sebelum kita menyambut komuni. “ Inilah anak domba Allah yang menghapus dosa dunia, berbahagialah kita yang diundang ke perjamuanya”, kemudian umat menjawab:”Ya Tuhan saya tidak pantas Tuhan datang pada saya, tetapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh”. Menjadi sangat jelas ajakan ini merupakan anugerah yang Tuhan berikan kepada kita semua untuk mengalami kesembuhan dalam hidup.  Terutama kesembuhan dari dosa “ diserahkan bagimu demi pengampunan dosa”.

Undangan Yesus dalam injil hari ini: “Marilah dan sarapanlah” merupakan contoh kemurahan hati kepada orang lain yang membutuhkan. Dalam kisah injil para rasul sedang kelaparan dan perlu makanan, maka Yesus dengan murah hati mengajak mereka untuk bersarapan. Maka pantas juga kita memiliki keberanian untuk memberikan diri kita, milik kita, kemampuan kita bagi orang lain yang membutuhkannya. Di dalam keluarga kita, di komunitas kita, di tempat kerja kita tapi juga dalam lingkungan masyarakat kita. Marilah kita wujudkan dalam kehidupan kita untuk saling mengasihi satu sama lain dengan penuh kemurahan hati seperti Hati Kudus Yesus yang penuh cintakasih kepada manusia. Seperti para rasul yang menawarakn keselamatan dalam pewartaan mereka “ Dialah yang ditinggikan Allah sendiri dengan tangan kanannya menjadi pemimpin dan penyelamat, supaya Isrel bertobat dan menerima pengampunan dosa”. Dengan begitu kita bisa berseru dengan pemazmur:”aku henadak memuji namaMu ya Tuhan selama-lamanya”. Karena kita menyambut undangan Yesus “marilah dan sarapanlah”. (by F.Matius Sudiantoro, SDB)

Ya Tuhanku dan Allahku



 Minggu Paskah II

Ini merupakan ungkapan Thomas untuk menyatakan imannya setelah Yesus menampakan diri kepadanya bersama rasul lainya. Yesus menambahkan” Berbahagialah orang yang tidak melihat namun percaya”. Kalimat ini lebih untuk kita semua, karena memang tidak pernah melihat Yesus secara langsung seperti Thomas yang bisa menyentuh bekas luka dalam diri Yesus. Tapi kita bisa percaya kepada Yesus yang telah bangkit untuk keselamatan kita manusia yang percaya kepadaNya. Memang syarat untuk bisa diselamatkan oleh Yesus adalah kita harus percaya kepadaNYa. Maka pernyataan iman Thomas ini seharusnya juga menjadi pernyataan iman kita seutuhnya. Yang percaya kepada Yesus yang telah bangkit sumber keselamatan kita.

Dalam kalimat “Ya Tuhanku dan Allahku” terkandung iman yang sangat dalam, yaitu ada penyerahan diri secara total kepada Tuhan Allah yang kita percayai akan memberikan keselamatan dan kebahagiaan dalam hidup kita. Kebahagiaan itu akan terwujud hanya kalau kita sungguh menyadari dan mengalami seperti yang kita nyanyikan dalam mazmur hari ini: “Bersyukurlah kepada Tuhan, karena baiklah Dia”. Orang akan bisa bahagia ketika mereka bisa bersyukur atas anugerah hidup yang diberikan kepadanya dalam segala suka-dukanya. Ini perlu belajar tahap demi tahap: pertama, bersyukur atas segala yang baik yang telah diterima dalam hidupnya. Kedua, bersyukur atas segala yang baik yang diterima orang lain dan ini lebih sulit karena kadang bisa muncul iri hati. Ketiga, ini sangat sulit untuk bisa bersyukur atas segala hal yang kurang baik bahakn yang tidak baik yang terjadi dalam dirinya. Harus belajar dalam proses hidup cukup lama. Mungkin bisa kita membandingkan dengan obat yang tidak enak rasanya tapi itu untuk kesehatan kita.


“Ya Tuhanku dan Allahku” juga menjadi pernyataan kita baik dalam hati atau diungkapkan dalam perayaan Ekaristi pada saat konsekrasi. Karena pada saat itu roti dan anggur diubah menjadi Tubuh dan Darah kristus sehingga sudah seharusnya kita mengalami seperti Thomas yang berlutut dan berseru “Ya Tuhanku dan Allahku”. Inilah mujizat terbesar yang bisa kita alami setiap merayakan Ekaristi. Mujizat ini terjadi melalui kata-kata yang diucapkan oleh orang berdosa seperti yang lainya tapi mendapat anugerah kuasa yang tiada terkira besarnya yaitu seorang imam yang menerima tahbisan imamat. Kuasa untuk mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus tidak Tuhan berikan kepada para malaikat di surga. Bahkan Bunda Maria yang suci dan tak bernoda tidak dianugerahi kuasa ini. Hanya dengan iman seperti Thomas kita bisa percaya akan mujizat Tuhan.

Tahun ini sebagai Gereja universal kita masih menjalankan Tahun Iman. Maka pantaslah pernyataan St. Thomas ini menjadi pedoman bagi kita untuk bertumbuh dan berkembang dalam iman. Gereja KAJ sudah mulai mau mewujudkan iman itu secara nyata dalam kehidupan sehingga sudah memulai Tahun ini sebagai Tahun Persaudaraan. Karena di dalam Yesus yang telah bangkit itu kita semua sebagai saudara. Ini terungkap dalam bacaan pertama “semua orang beriman selalu berkumpul dalam serambi Salomo dalam persekutuan yang erat”. Inilah persaudaraan yang hendak kita wujudkan sebagai bentuk nyata kita beriman kepada Kristus yang telah bangkit. Maka tema APP kita “ makin beriman, makin bersaudara, makain berbelarasa” seharusnya tidak selesai setelah perayaan Paskah, tetapi terus berlanjut dalam seluruh kehidupan kita. Supaya sabda Yesus “ Orang akan mengenal kamu sebagai muridku jika kamu hidup saling mengasihi satu sama lain”. Ini merupakan perwujudan nyata iman st Thomas “ Ya Tuhanku dan Allahku” yang akan terus kita hayati dalam keseluruhan hidup kita sekarang dan selamanya. Amin. (by F.Matius Sudiantoro, SDB)

Mari Kita Rayakan Dengan gembira


                                                                                                       PERJALANAN MENUJU KEBANGKITAN DALAM LITURGI PEKAN SUCI

Pada hari ini Tuhan bertindak. Mari kita rayakan dengan gembira. Inilah bunyi refren mazmur antar bacaan yang kita nyanyikan hari ini. Kita diajak untuk merayakan kebangkitan Kristus dengan gembira. Dalam kisah para rasul para murid memberikan kesaksian akan Kristus yang telah bangkit. Mereka mendapat berbagai macam ancaman tapi tidak  lagi mengalami ketakutan karena mereka percaya kepada Kristus yang telah bangkit. Maka pantaslah kita merayakan hari ini dengan gembira dan penuh sukacita. Para murid berani mewartakan kristus yang telah bangkit yang menjadi sumber kegembiraan dan sukacita.

Paskah dari bahasa ibrani Pessah artinya lewat. Dalam perjanjian lama bangsa Israel melewati berbagai rintangan dalam perjalanan menuju tanah terjanji, terutama ketika mereka bisa melewati laut merah yang terbelah oleh tongkat Musa. Bagi kita paskah adalah lewat dari kematian menuju kebangkitan, dan yang membuka jalan menuju kebangkitan adalah Kristus yang telah bangkit. Dialah yang menjadi jaminan bagi kebangkitan kita. Maka kita bisa bergembira samabil menyanyi bersama pemazmur” Pada hari ini Tuhan bertindak. Mari kita rayakan dengan gembira”. Dan juga membawa kegembiraan itu bagi sesama kita dimanapun kita berada.

Kebangkitan Kristus adalah hari raya kebebasan, manusia dibebaskan dari kuasa dosa, iblis dan kematian. Kebebasan biasanya memang menggembirakan dan membuat kita bersukacita. Maka kabar ini sering kita sebut sebagai injil artinya kabar gembira. Kebangkitan Kristus ini adalah kabar gembira yang harus kita wartakan. Dan inilah inti iman kita ada dalam kebangkitan Kristus dari alam maut. Sehingga ajakan dalam tema APP kita sangat relevan: makin beriman, makin bersaudara, makin berbela rasa. Kita beriman pada kebangkitan Kristus, dan iman yang benar akan membawa kita pada persaudaraan sejati. Kita semua adalah saudara dalam Yesus Kristus, Dia adalah Putera sulung dan dalam Yesus kita semua adalah anak-anak Allah. Sebagai saudara tentu kita juga akan memiliki belarasa maka kita mau mebagikan kabar sukacita ini bagi sesama kita.


Mari kita rayakan dengan gembira dalam kehidupan kita upaya kita untuk semakin beriman, makin bersaudara dan makin berbelarasa. Dengan semangat Kristus yang kasihNya tanap batas marilah kita membagikan kasihnya yang sudah kita terima dalam hidup kita. Seperti para murid yang menjadi saksi kebangkitan diminta mewartakannya samap ke ujung bumi, sekarang ini menjadi tugas kita, menjadi pewarta injil kabar gembira. Kabar gembira ini harus kita wartakan dalam keseharian hidup kita. Artinya setiap kali kita hadir harusnya membuat orang bersukacita. Karena kehadiran kita menjadi berkat bagi sesama. Dalam sengsara dan kebangkitannya kita tidak bisa melupakan keberadaan Bunda Maria. Yang dalam doa setiap hari kita serukan “ salam Maria penuh rahmat” marilah kita juga berseru dan mohon supaya kita masing masing menjadi penuh rahmat, supaya kita bisa menjadi rahmat dan berkat bagi sesama dalam seluruh kehidupan kita. Sehingga sekali lagi kita bisa berseru:” Mari kita rayakan dengan gembira”. 
(by.F. Matius Sudiantoro, SDB)

Saturday 30 March 2013

Kristus Bangkit, Alleluia!



 PERJALANAN MENUJU KEBANGKITAN DALAM LITURGI PEKAN SUCI



Puncak perayaan terbesar adalah Hari Raya Kebangkitan Kristus. Malam Paskah dirayakan dengan sangat meriah, bila semua dibacakan kita akan mendengarkan 9 bacaan dari Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Mulai dari kisah penciptaan sampai puncaknya adalah kebangkitan Kristus. Perayaan Paskah ini diawali dengan Pekan Suci dan dilanjutkan dengan oktaf Paskah. Maka secara meriah dalam Gereja dirayakan selama dua minggu perayaan paskah ini. Pada malam Paskah ini lagu Alleluia mulai dinyanyikan kembali setelah dihentikan sejak rabu abu dalam masa tobat. Artinya malam ini pada hari raya kebangkitan Kristus kita boleh bersukacita memuji Tuhan, bukan hanya boleh tetapi ada keawajiban bagi kita untuk memuji Tuhan yang telah bangkit dengan lagu Alleluia.

Lagu mazmur pertama setelah kisah penciptaan adalah “ Aku wartakan karya agungMu Tuhan karya agungmu karya keselamatan”.  Kebangkitan Kristus adalah jaminan keselamatan bagi kita. Santo Paulus menyebut Yesus sebagai buah sulung dan kita akan mengikutinya.   Kita juga diminta untuk mewartakan kabar keselamatan ini bagi sesama kita. Perayaan malam Paskah diawali dengan menyalakan lilin Paskah yang menjadi simbol bahwa Kristus adalah sang terang yang telah mengalahkan kegelapan hidup umat manusia. Sekarang terang Kristus sudah menyala dalam kehidupan manusia. Sebelum mendengarkan injil tentang kebangkitan kita akan bersama-sama menyanyikan lagu Alleluia dengan sangat meriah. Allelui merupakan lagu pujian untuk memuliakan Allah yang telah bangkit.


Kebangkitan Kristus ini merupakan kemenangan cintaksih yang begitu besar terhadap kuasa dosa, iblis dan kematian. Yang selalu menebar ancaman dan ketakutan pada manusia, tetapi kebangkitannya membuat manusia mempunyai jaminan dalam kehidupannya yang penuh berkat dan cintaksih Tuhan. Karya keselamatan dalam kebangkitan inilah yang harus kita wartakan kepada sesama kita supaya bisa menerima keselamtan dari Kristus. Tanda nyata ada keselamatan biasanya juga ada pembatisan dalam perayaan ini, kalau tidak ada pembabtisan kita akan membaharui janji babtis kita untuk menegaskan kembali bahwa kita sudah menerima keselamatan dari Kristus yang telah bangkit dari mati.

Kata-kata malaikat” Mengapa kamu mencari yang hidup di antara orang mati? Dia tidak ada di sini, Dia sudah bangkit. Ingatlah perkataanya yang telah disampaikanya kepadamu: Putera manusia harus diserahakan ke tangan orang berdosa, disalibkan dan bangkit dari mati”. Itulah kenyataan kebangkitan yang diwartakan oleh para malaikat kepada para murid Yesus yang mencarinya. Dan kebangkitan ini merupakan jaminan keselamatan kita sehinga kita mempunyai alasan untuk bergembira dan bersukacita karena mengalami kasih Allah yang begitu besar. Karya keselamatan itu kita rayakan pada malam ini. Sengasara wafat dan kebangkitan Yesus selalu dihadirkan kembali dalam setiap perayaan Ekaristi yaitu Yesus yang memberikan diriNya untuk keselamatan umat manusia. Malam Paskah ini kita merayakannya dengan sangat meriah kemenangan Kristus untuk menyelamatkan kita. (by. F. Matius Sudiantoto,SDB)

Pasio Antusiasme Cinta Dalam Sengsara Menuju Kemuliaan

PERJALANAN MENUJU KEBANGKITAN DALAM LITURGI PEKAN SUCI
 
Perayaan jumat Agung secara istimewa dinyanyikan kisah sengsara Yesus yang terpanjang dari injil Yohanes. Secara gamblang kita melihat mendengar begitu dahyat penderitaan Yesus, mulai dari dikianati oleh muridnya sendiri sampai tak diakui oleh murid kepercayaanNya sebanyak tiga kali. Yesus diserahkan oleh muridnya kepada Kayafas imam kepala, Kayafas lalu menyerahkan Yesus kepada Pilatus, Pilatus menyerahkan Yesus kepada para algojo untuk dihukum mati dengan cara yang paling tidak manusiawi dalam tradisi romawi yaitu disalibkan. Tapi semua dijalankan Yesus dengan penuh cinta.

Dalam penderitaanya Yesus masih sempat berbuat kasih yakni menyembuhkan orang yang telinganya dipotong oleh Petrus. Bahkan di atas kayu salib masih sempat berdoa untuk para algojo yang menyalibkannya supaya Bapanya mengampuni mereka, karena mereka tidak mengerti apa yang mereka perbuat. Lalu juga masih memberi perhatian kepada ibunya yang diserahkan kepada Yohanes, tapi terlebih Dia menyerahkan Yohanes kepada ibunya supaya Yohanes juga mengalami keibuan Maria sebagai bunda yang penuh cinta. Di sini Yohanes mewakili kita semua diserahkan kepada pemeliharaan Bunda Maria. 

Sengsara Yesus yang akhirnya membawanya pada kematian di kayu salib dijalaninya dengan cinta yang penuh antusiasme. Yesus tidak mengeluh sedikitpun karena penderitaanya, karena Dia tahu itulah pengobanan yang harus dijalaninya untuk menyelamatkan manusia. Tak ada kasih yang lebih besar dari pada seorang yang memberikan nyawa untuk orang yang dicintainya, itulah yang dijalankan Yesus dalam sengsaranya sampai wafat di kayu salib. Karena cintakasih yang tanpa batas salib yang menjadi simbol kehinaan menjadi tanda kemenangan Kristus. Sengsara yang dijalaninya mengantar pada kemuliaan terutama bagi keselamatan manusia. Kemuliaan Allah bila manusia diselamatkan dan itulah yang diwujudkan dalam sengsara dan wafat Yesus yang kita rayakan dalam Jumat Agung ini.


Keselamatan ini ditawarkan kepada semua orang termasuk kita semua yang hadir dalam perayaan ini. Kehadiran kita menjadi seperti orng yang berteriak salibkan Dia atau kita hadir untuk menyambut keselamatan yang ditawarkan dalam Yesus. Pilihan ada pada kita masing-masing. Kita mengingat sudah menjadi muridnya tapi tidak otomatis sudah menerimanya dengan terbuka. Karena ada murid Yesus yang akhirnya menolaknya. Meskipun Yesus telah mengajarnya secara langsung dan mengalami bagaimana dicintai Yesus dalam hidupnya yaitu Yudas Iskariot. Tapi ada juga murid yang dengan setia menemaninya dalam segala suka dukanya yang muncul dalam diri Yohanes.

Marilah kita membuka diri kita untuk memberikan tempat kepada Tuhan yang datang untuk menebus kita lewat sengsara dan salibnya. Artinya hendaknya kita berani juga menghadapi kesulitan dan penderitaan. Siap untuk menderita demi keselamatan sesama kita. Memang perlu pengorbanan bila kita ingin mewujudkan kasih kita kepadaNya. Yesus sudah secara nyata bersaudara dengan kita manusia dan menyatakan belarasanya kepada manusia dengan mengalami sendiri sengsara dan wafat di kayu salib untuk keselamatan manusia.(by.F.Matius Sudiantoro, SDB)

Pembasuhan Kaki dan Korban Ekaristi

PERJALANAN MENUJU KEBANGKITAN DALAM LITURGI PEKAN SUCI



Paus Fransiskus memcuci kaki tahanan remaja: Kamis Putih
Malam ini kita akan diajak merenungkan betapa Yesus sungguh mencintai manusia sampai bersedia membasuh kaki murid-muridnya. Ini bukan hanya sekedar pelayanan bahwa Yesus mau merendahkan diri. Tetapi ada makna penebusan yaitu manusia dibersihkan dari segala dosa. Dan ini merupakan yang terpenting bahwa kita mengalami penebusan oleh Kristus, yang setelah pembasuhan kaki ini Dia akan mengorbankan diriNya untuk keselamatan umat manusia seluruhnya tanpa kecuali. Hanya manusia memiliki kebebasan untuk menerima penebusan ini atau menolaknnya. Bahkan diantara para muridnya ada yang menolaknya yaitu Yudas Iskariot yang mengkianati Dia.

Pengorbanan Kristus menjadi semakin nyata dalam perjamuan Ekaristi yang pertama dirayakanNya bersama para rasul. Perayaan ini bisa disebut sebagai perjamuan cintakasih. Disini Yesus menyatakan cinta sehabis-habisnya. Dia memberikan diriNya untuk menjadi santapan bagi umat manusia supaya memang bisa sungguh bersatu dengan manusia yang dicintainya secara total. Yesus tidak menyisakan sesuatu bagi dirinya. Semua diberikan sebagai perwujudan cintakasihNya yang tanpa batas kepada manusia. Semoga manusia mau terbuka untuk menerima cintaNya, tapi bisa juga sebaliknya menjadi seperti Yudas yang setelah perjamuan ini justru mengkhianati Yesus dan menjualnya untuk mendapat uang 25 keping perak. Jangan sampai kita juga menjual Yesus dalam kehidupan kita.

Sabda Yesus yang dicatat santo Paulus dalam suratnya yang kita dengarakn dalam bacaan kedua, selalu kita ulang dalam doa konsekrasi setiap kali kita merayakan Ekaristi”Inilah tubuhku yang diserahkan bagimu”. “ Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan dalam darahKu. Setiap kali kamu meminumnya, perbuatlah ini untuk mengenangkan daku”. Saat diulang sabda Yesus ini merupakan peristiwa terpenting dalam perayaan Ekaristi, karena di sinilah roti dan anggur diubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus yang akan menjadi santapan bagi kita. Mujizat terbesar yang boleh kita alami sebagai anugerah Allah dalam iman kepada Kristus. Dan peristiwa ini sungguh hanya bisa dimengerti dalam iman, memang untuk terjadinya mujizat perlu iman dari kita.

Para Imam saat menerima Sakramen Imamat
Dalam Ekaristi kita mengenang dua sakramen sebagai anugerah terbesar Allah kepada manusia meski sebetulnya tidak pantas menerimanya. Yaitu Sakramen Imamat dan Sakramen Ekaristi yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Ekaristi bisa dihadirkan kembali oleh seorang yang menerima pentahbisan imamat. Hanya seorang imam mendapat anugerah kuasa yang begitu besar diberi kemampuan untuk mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Kuasa yang para malaikat bahkan Bunda Maria yang suci dan tak bernoda tidak diberi kuasa ini. Itu semua Tuhan anugerahkan hanya karena satu alasan, Dia mau mencintai manusia. Bahkan mau hadir dalam rupa roti yang sangat sederhana untuk menjadi sumber keselamatan kita. Di sinilah pembasuhan kaki menemukan maknanya dalam karya penebusan yang penuh kasih yang terwujud secara nyata dalam Ekaristi yang menjadi santapan keselamatan kita manusia. (by.F.Matius Sudiantoro, SDB)

Seruan Hosana Putera Daun dan Salibkan Dia


PERJALANAN MENUJU KEBANGKITAN DALAM LITURGI PEKAN SUCI



Minggu Palma adalah perayaan meriah. Ini merupakan satu-satunya liturgi yang membacakan dua bacaan dari injil, yang mana isinya sangat kontradiktif. Orang yang sama bisa berubah sikap hanya dalam sepekan terhadap seseorang. Yesus yang dipuja dengan berbagai macam lambaian tangan yang bersorak gembira dengan seruan” Hosana Putera Daud, terpujilah yang datang dalam nama Tuhan”. Diserukan sebagai raja damai oleh bangsa israel dengan mengendarai keledai, mereka melambaikan daun zaitun memang merupakan simbol perdamaian pada saat itu. 

Tapi siapa menyangka rakyat yang sama akan berseru terhadap orang yang sama dengan penuh kebencian dengan berteriak: “salibkan Dia”. Dan benar orang yang mereka puja ini sungguh disalibkan. Memang menjadi raja damai perlu pengorbanan dan itulah yang telah dilakukan Yesus, yang kita dengarkan dan renungkan dalam kisah injil dalam minggu Palma. Hendaknya kita merenungkan dan meresapinya dalam kehidupan kita supaya makin mencintai Juruselamat kita.

Sering kali kita memperlakukan orang lain seperti kelakuan orang Yahudi memuji-muji teman kita pada  saat kita membutuhkan dia, tetapi kemudian bisa berteriak salibkan dia setelah kita tidak perlu dengan orang tersebut. Atau sebaliknya justru kita yang mengalami seperti Yesus mendapat berbagia pujian dan akhirnya merasa dan mengalami seperti disalibkan. Kalau anda mengalami bersyukurlah karena kita murid Kristus akan mengalami hal yang kurang lebih sama dengan sang Guru kita. Pengalaman seperti ini sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari meski tidak sedahsyat yang dialami oleh Yesus sendiri. Demi cintanya yang total kepada kita manusia yang sreing tidak mengerti juga bahwa kita ini dicintai dengan cinta yang tanpa batas.

anak yaim piatu di Thailand sedang membuang sampah
Dengan sengaja atau tidak kita juga sering berlaku seperti orang Yahudi dalam memperlakukan sesama. Wujud nyata pertobatan kita dengan merenungkan tema APP: “makin beriman, makin bersaudara, makin berbela rasa”. Seharusnya membantu kita untuk tidak berlaku seperti itu. Memuji orang setinggi langit ketika sedang butuh dan mencampakannya seperti kita berteriak salibkan dia jika orang itu sudah tidak kita butuhkan. Problemnya kita sering melakukan ini tanpa sadar karena sudah menjadi kebiasaan buruk dalam kehidupan. Inilah yang harus kita coba tanpa henti untuk menghilangkannya.

Semoga pekan Suci ini menjadi kesempatan bagi kita untuk retret dalam masa yang penuh rahmat dan bisa membaharui diri dan hidup kita. Supaya kita diberi keberanian dan kerelaan hati untuk bertindak seperti Yesus yang tetap bisa mencintai meskipun Dia sendiri dalam pnderitaan dan penghinaan yang sangat parah. Dia tetap bisa menghibur para wanita yerusalem, menyembuhkan orang yang telinganya dipotong oleh Petrus, mendokan orang yang menyalibkan Dia. Kita biasanya kalau sudah menderita sedikit, merasa sudah seperti akhir zaman tak bisa menolong sesama lagi. Seolah kita adalah orang yang paling sengsara dalam kehidupan kita. (by.F.Matius Sudiantoro, SDB)

Monday 18 March 2013

Pergilah dan Jangan Berbuat Dosa Lagi, Mulai Sekarang

Minggu Prapaskah V


Inilah pesan yang disampaikan Yesus kepada seorang pendosa yang telah diampuninya. Jujur saja kita semua adalah orang berdosa, maka pesan ini sangat cocok untuk kita masing-masing: “ Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai sekarang”. Perintahnya jelas dan tegas, kita disuruh pergi sekarang tapi bukan untuk berbuat dosa melainkan untuk berbuat kasih yang terangkum dalam tema APP kita” makin beriman, makin bersaudara, makin berbela rasa”.

Yesus tidak mau kita diam saja tinggal di sini, tapi menyuruh kita pergi, artinya disuruh melakukan sesuatu sekarang juga dan inilah perutusan kita. Karena kalau di sini saja kita memang tidak akan berbuat dosa. Satu kesalahan yang bisa dibuat tidur saat mendengar kotbah Pastur. Kita diberi tugas untuk berbuat baik dan benar kepada sesama kita sekarang, setelah kita mendapat rahmat pengampunan seperti wanita pendosa yang sudah diampuni oleh Yesus. Dalam perayaan Ekaristi kita bukan hanya mengalami pengampunan tapi sekaligus pembekalan penuh dengan menerima kekuatan dari Kristus sendiri yang menjadi santapan bagi kita. Yang kita samabut dalam komuni.

Dalam kisah ini kita diberi contoh oleh Yesus untuk tidak mudah menghakimi atau menyalahkan orang lain dan menghukumnya. Kita diajak untuk mudah mengampuni sesama tetapi juga perlu keberaniam untuk mengampuni diri sendiri yang kadang tidak mudah. Kita diminta untuk tidak berbuat dosa artinya diminta untuk bertobat. Tidak mengulangi dosa dan kesalahan yang sama yang sudah kita lakukan dalam kehidupan, tetapi melakukan semuanya kecuali berbuat dosa. Inilah yang diminta Yesus kepada kita masing-masing hari ini. “Jangan berbuat dosa lagi mulai sekarang”. Permintaan yang tidak boleh ditunda karena sekarang harus dilakukan. Itulah arti pertobatan.

Beberapa hari yang lalu saya sempat bernostalgia berkunjung ke tempat saya menajalani masa novisiat dan sudah 13 tahun saya tidak berkunjung ke tempat itu. Saya senang bisa mendengar kisahnya bagaimana tempat itu mulai dibangun langsung dari yang membuatnya, seorang misionaris yang bernama Padre Joao’ de Deus Pires. Saat itu beliau masih muda umur 33 tahun sebagai superior untuk para SDB di Timor Leste, diminta provinsialnya  membangun sebuah rumah untuk para SDB supaya mempunyai komunitas. Setiap kali dia lewat tempat yang sekarang bernama Fatumaca ini beliau mendengar suara “ disanalah” dengan jantung berdegup keras. Itu terjadi berulang kali setiap melewati tempat itu. Akhirnya dia memberanikan diri berbicara kepada para pemimpin di situ dan menyatakan bahwa ingin membuat sebuah rumah tinggal. 

Ternyata dengan sukarela mereka mau memberikan tanah bahkan bantuan tenaga untuk membangun tempat itu. Berkat penyelenggaraan ilahi melalui berbagai orang yang dijumpai Padre Joao’ sebuah rumah berhasil dibangun dan mulai sekolah dasar dan sekolah pertanian yang saat itu memang diperlukan oleh umat di situ. Dan sekarang tempat ini akan merayakan pesta emasnya dan sudah menjadi pusat pendidikan teknik tarbaik di Timor leste.  Semua itu bisa terwujud karena P. Joao’ mendengarkan suara Tuhan “ pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai sekarang’” membuat hal yang baik yang berguna bagi sesama. 

Saya  sendiri mengalami tempat itu sebagai rahmat karena di sanalah sebagian dari hidupku dibentuk meski hanya setahun di tempat itu. Tapi merupakan saat terpenting dalam hidupku yaitu masa novisiat, artinya disitulah aku dilahirkan sebagai seorang Salesian Don Bosco.  Dan itu juga berarti panggilan dan sekaligus perutusan untuk berkarya bagi kaum muda. Meski setelah dari sana tugasku bukan merasul tetapi menjalni  studi.  Tapi pesan injil hari ini juga cocok untukku: Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai sekarang. Ini mirip dengan pesan Don Bosco untuk anak-anaknya yang sangat cocok dengan pesan Yesus hari ini:” Berlompatlah, berlarilah, berteriaklah, bernyanyilah, menarilah asal jangan berbuat dosa”. 

Perintah Yesus: “Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang” ini dilaksanakan dan ditegaskan oleh Santo Paulus dalam sharingnya:”Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang dihadapanku, dan berlari lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus”.  Santo Paulus meninggalkan dosanya dan mengejar kesempurnaan dalam Yesus Kristus dengan tanpa mengenal lelah. Yesus sudah memberikan contoh bagaimana dia menghadapi cobaan orang parisi itu sehingga tidak jatuh dalam perselisihan meski Dia sebetulnya mendapat ancaman. Marilah kita laksanakan pesan Yesus ini dalam hidup kita mulai sekarang, tanpa menundanya lagi : “Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai sekarang”. (by F.Matius Sudiantoro, SDB)

Mercifull Father

Prapaskah IV

Judul yang sangat tepat dalam dua kata untuk menjelaskan kisah anak yang hilang dalam injil hari  ini: Mercifull Father. Bapa yang penuh belas kasih; yang sangat mudah tergerak hatinya oleh belas kasihan. Dalam kisah ini tentu belas kasih kepada kedua anaknya yang punya dua sikap yang berbeda. Dua anak ini dengan sangat tepat menjelaskan keberadaan manusia yang ada secara real: anak bungsu sangat materialis, konsumeris, hedonis  berfoya-foya yang mau menikmati apa saja saat ini dengan minta warisan yang sebetulnya belum menjadi hak-nya karena ayahnya masih hidup. Hal ini semacam korupsi yang terjadi dengan sangat dahysat di negeri kita, banyak sekali orang mengambil dengan berani yang bukan haknya tanpa merasa berdosa seperti anak bungsu itu.

Anak sulung menjelaskan manusia lebih pelik lagi karena bisa menyembunyikan segala keburukannya dengan ketaatan kepada orang tua. Dalam dunia nyata kita banyak sekali orang yang tampaknya taat beragama namun sebetulnya menyimpan kebencian, irihati dendam dan kemarahan seperti anak sulung. Bisa jadi tiap hari Minggu ke Gereja atau ke tempat ibadat yang lain supaya kelihatan baik-baik saja. Ternyata mereka ini justru orang yang tak pernah tergerak hatinya oleh belas kasihan. Bahkan menyengsarakan orang lain dengan sangat kejam meskipun itu saudara sendiri seperti si bungsu dalam kisah ini tidak diakuinya sebagai saudara tetapi sebagai penjahat yang berfoya-foya. Orang yang selalu merasa paling benar ini menurut St. Yohanes justru orang paling berdosa. Karena tak ada kesadaran untuk bertobat dan memperbaiki diri.

Sang Ayah yang tergerak hatinya oleh belas kasih itu ketika melihat anaknya datang langsung berlari memeluk dan mencium anak bungsunya yang kembali. Bahkan anaknya belum selesai menyatakan pertobatannya, sang ayah sudah menyuruh menyiapkan pesta sangat besar untuk anak yang dikasihi dengan bentuk memotong anak lembu tambun. 

Anak sulung mendapat sambutan yang sama yaitu sang ayah keluar dan menjelaskan duduk perkaranya serta mengajak anak sulung-nya ini untuk turut bersukacita dalam pesta ini. Tapi si sulung tidak menerima sambutan itu. Si Sulung mengungkapkan kemarahannya kepada ayah-nya yang berbelaskasih, berharap menghukum adiknya sendiri yang diangggapnya sebagai orang berdosa dan jahat. Untung kisah anak sulung ini berakhir terbuka; keputusan belum diambil sehingga ada dua pilihan bisa terjadi: pertama dia tetap marah dan pergi lagi dengan kemarahan dendam serta rasa irihatinya. Kedua dia bisa menerima penjelasan ayahnya dan ikut bergembira bersama dalam pesta yang penuh sukacita ini.

Dalam kisah ini sangat jelas ada niat pertobatan dari kedua anaknya yang dinyatakan dengan kata PULANG. Mereka ingin kembali kepada ayahnya yang kita sebut dalam judul tadi sebagai Mercifull Father. 

Belas kasihnya itu menjadi nyata dengan tindakan yang menyambut dia keluar dan berbicara dangan kedua anaknya dengan penuh kesabaran dan cintakasih; baik terhadap anak bungsu yang melakukan kesalahan besar maupun terhadap anak sulungnya yang sedang marah besar kepadanya. Pemberiannya juga tidak berbeda anak bungsu disambut dengan pesta penuh sukacita, anak sulung diberi penjelasan segala yang kumiliki adalah milikmu. Situasi anak sulung memang lebih menyedihkan meski di dalam rumah dia tidak merasa memiliki apa yang ada di rumah itu. Ini masalah tanggungjawab kadang kita juga melakukan halitu untuk melepaskan diri dari beban tanggungjawab. Dengan mudah menyalahkan orang lain seperti si sulung yang menyebut kesalahan adiknya dan merasa diri benar.

Dari kisah ini kita semua dalam kenyataan hidup sehari-hari sering berlaku seperti kedua anak ini baik sikap si sulung maupun si bungsu. Kadang bergantian muncul dalam diri kita bersikap seperti si bungsu dengan segala keserakahanya merebut segala sesuatu yang seharusnya bukan miliknya, tapi kadang tampil munafik seperti si sulung yang kelihatan baik tapi menyimpan irihati benci dan dendam yang sangat kejam terhadap saudara sendiri. Itulah kenyataan diri kita yang harus mencoba berani dengan rendah hati menerima kenyataan itu dihadapan Bapa kita yang penuh belaskasih kepada anak-anaknya. Mengakui kesalahan ini menjadi awala pertobatan supaya sikap hidup kita tidak menjadi sperti kedua anak ini, tetapi kita bertumbuh dan berkembang menjadi seperti sang ayah, yang mudah tergerak hatinya oleh belas kasihan, karena itulah kita sebut sebagai Mercifull Father. Yang selalu siap menyambut siapapun yang datang kepadanya.

Kita sedang berada dalam masa tobat, persiapan untuk menyambut Paskah hari kebangkitan Tuhan. Ini merupakan waktu berahmat yang Tuhan berikan supaya kita menjalan tobat kita dalam tiga bentuk yaitu: berdo, berpantang dan puasa  serta tindakan amal kasih.Kita juga diajak untuk merenungi dan bertumbuh bersama dengan menghayati secara nyata tema APP kita tahun ini: Makin beriman, makin bersaudara dan makin berbelarasa. Dalam kisah ini berimanitu ditunjukan oleh si bungsu yang mempunyai kepercayaan akan Bapanya yang penuh belas kasih yang pasti akan tetap menyambutnya meskipun telah berbuat dosa: Pengakuan imannya dinyatakan dalam ungkapan yang sangat rendah hati:”Bapa aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa, aku tidak layak lagiu disebut anak Bapa, jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan Bapa”. 

Makin bersaudara dinyatakan dalam tindakan yang sebaliknya yang dilakukan oleh anak sulung:” telah bertahun-tahu akau melayani Bapa, dan belum pernah aku melanggar perintah Bapa, tetapi kepadaku Bapa belum pernah memberikan seekor anak kambingpun untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. Tetapi datang anak Bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa dengan pelacur-pelacur, maka Bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia”. Di sini si sulung menolak persaudaaraan antara dia dengan adiknya, bahkan juga ada penolakn terhadap sang Bapa yang tampaknya hanya memperhatikan si bungsu dalam cara pandang anak sulung.

Jawaban sang ayah menunjukan secara nyata untuk semakin bersaduara dan wujud nyata belarasa yang total dalm kehidupan bersama sebagai keluarga”: Anakku engkau selalu bersama-sama dengan aku, segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bergembira dan bersukacita karena adikmu telah mati dan dan menjadi hidup kembali, dia telah hilang dan didapat kembali”. Kata adikmu itu ajakan untuk menerima sebagai saudara. Inilah ajakan untuk mewujudkan makin bersadara dalam kehidupan kita sehari-hari. Makin berbelarasa sangat jelas dengan perkataan:’kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan di dapat kembali”. 

Bergembira karena semangat belarasa dengan hati yang tergerak oleh belas kasihan. Kita diajak untuk menjadi seperti sang ayah yang menjadi MERCIFULL FATHER. Maka ajakan: ”makin beriman, makin bersaudara, makin berbelarasa”. Terwujud secara nyata dalam diri sang ayah yang menjadi model bagi kita semua. Harapannya kita juga bisa menjadi MERCIFULL SON  yang mudah tergerak hatinya oleh belas kasihan kepada sesama. Terutama yang lemah, miskin, tersingkir menderita, sakit dan cacat baik fisik maupun mental. Itulah yang harus kita wujudkan dalam kehidupan kita sehari-hari bersama dengan sesama kita.(by F.Matius Sudiantoro, SDB)

(copyright: foto www.freebibleimage.org)