PERJALANAN MENUJU KEBANGKITAN DALAM
LITURGI PEKAN SUCI
Perayaan jumat Agung secara
istimewa dinyanyikan kisah sengsara Yesus yang terpanjang dari injil Yohanes.
Secara gamblang kita melihat mendengar begitu dahyat penderitaan Yesus, mulai
dari dikianati oleh muridnya sendiri sampai tak diakui oleh murid kepercayaanNya
sebanyak tiga kali. Yesus diserahkan oleh muridnya kepada Kayafas imam kepala,
Kayafas lalu menyerahkan Yesus kepada Pilatus, Pilatus menyerahkan Yesus kepada
para algojo untuk dihukum mati dengan cara yang paling tidak manusiawi dalam
tradisi romawi yaitu disalibkan. Tapi semua dijalankan Yesus dengan penuh
cinta.
Dalam penderitaanya Yesus
masih sempat berbuat kasih yakni menyembuhkan orang yang telinganya dipotong
oleh Petrus. Bahkan di atas kayu salib masih sempat berdoa untuk para algojo
yang menyalibkannya supaya Bapanya mengampuni mereka, karena mereka tidak
mengerti apa yang mereka perbuat. Lalu juga masih memberi perhatian kepada
ibunya yang diserahkan kepada Yohanes, tapi terlebih Dia menyerahkan Yohanes
kepada ibunya supaya Yohanes juga mengalami keibuan Maria sebagai bunda yang
penuh cinta. Di sini Yohanes mewakili kita semua diserahkan kepada pemeliharaan
Bunda Maria.
Sengsara Yesus yang akhirnya
membawanya pada kematian di kayu salib dijalaninya dengan cinta yang penuh antusiasme.
Yesus tidak mengeluh sedikitpun karena penderitaanya, karena Dia tahu itulah
pengobanan yang harus dijalaninya untuk menyelamatkan manusia. Tak ada kasih
yang lebih besar dari pada seorang yang memberikan nyawa untuk orang yang
dicintainya, itulah yang dijalankan Yesus dalam sengsaranya sampai wafat di
kayu salib. Karena cintakasih yang tanpa batas salib yang menjadi simbol
kehinaan menjadi tanda kemenangan Kristus. Sengsara yang dijalaninya mengantar
pada kemuliaan terutama bagi keselamatan manusia. Kemuliaan Allah bila manusia
diselamatkan dan itulah yang diwujudkan dalam sengsara dan wafat Yesus yang
kita rayakan dalam Jumat Agung ini.
Keselamatan ini ditawarkan
kepada semua orang termasuk kita semua yang hadir dalam perayaan ini. Kehadiran
kita menjadi seperti orng yang berteriak salibkan Dia atau kita hadir untuk
menyambut keselamatan yang ditawarkan dalam Yesus. Pilihan ada pada kita
masing-masing. Kita mengingat sudah menjadi muridnya tapi tidak otomatis sudah
menerimanya dengan terbuka. Karena ada murid Yesus yang akhirnya menolaknya.
Meskipun Yesus telah mengajarnya secara langsung dan mengalami bagaimana
dicintai Yesus dalam hidupnya yaitu Yudas Iskariot. Tapi ada juga murid yang
dengan setia menemaninya dalam segala suka dukanya yang muncul dalam diri
Yohanes.
Marilah kita membuka diri
kita untuk memberikan tempat kepada Tuhan yang datang untuk menebus kita lewat
sengsara dan salibnya. Artinya hendaknya kita berani juga menghadapi kesulitan
dan penderitaan. Siap untuk menderita demi keselamatan sesama kita. Memang
perlu pengorbanan bila kita ingin mewujudkan kasih kita kepadaNya. Yesus sudah
secara nyata bersaudara dengan kita manusia dan menyatakan belarasanya kepada
manusia dengan mengalami sendiri sengsara dan wafat di kayu salib untuk
keselamatan manusia.(by.F.Matius Sudiantoro, SDB)
0 comments:
Post a Comment