Saturday 30 March 2013

Seruan Hosana Putera Daun dan Salibkan Dia


PERJALANAN MENUJU KEBANGKITAN DALAM LITURGI PEKAN SUCI



Minggu Palma adalah perayaan meriah. Ini merupakan satu-satunya liturgi yang membacakan dua bacaan dari injil, yang mana isinya sangat kontradiktif. Orang yang sama bisa berubah sikap hanya dalam sepekan terhadap seseorang. Yesus yang dipuja dengan berbagai macam lambaian tangan yang bersorak gembira dengan seruan” Hosana Putera Daud, terpujilah yang datang dalam nama Tuhan”. Diserukan sebagai raja damai oleh bangsa israel dengan mengendarai keledai, mereka melambaikan daun zaitun memang merupakan simbol perdamaian pada saat itu. 

Tapi siapa menyangka rakyat yang sama akan berseru terhadap orang yang sama dengan penuh kebencian dengan berteriak: “salibkan Dia”. Dan benar orang yang mereka puja ini sungguh disalibkan. Memang menjadi raja damai perlu pengorbanan dan itulah yang telah dilakukan Yesus, yang kita dengarkan dan renungkan dalam kisah injil dalam minggu Palma. Hendaknya kita merenungkan dan meresapinya dalam kehidupan kita supaya makin mencintai Juruselamat kita.

Sering kali kita memperlakukan orang lain seperti kelakuan orang Yahudi memuji-muji teman kita pada  saat kita membutuhkan dia, tetapi kemudian bisa berteriak salibkan dia setelah kita tidak perlu dengan orang tersebut. Atau sebaliknya justru kita yang mengalami seperti Yesus mendapat berbagia pujian dan akhirnya merasa dan mengalami seperti disalibkan. Kalau anda mengalami bersyukurlah karena kita murid Kristus akan mengalami hal yang kurang lebih sama dengan sang Guru kita. Pengalaman seperti ini sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari meski tidak sedahsyat yang dialami oleh Yesus sendiri. Demi cintanya yang total kepada kita manusia yang sreing tidak mengerti juga bahwa kita ini dicintai dengan cinta yang tanpa batas.

anak yaim piatu di Thailand sedang membuang sampah
Dengan sengaja atau tidak kita juga sering berlaku seperti orang Yahudi dalam memperlakukan sesama. Wujud nyata pertobatan kita dengan merenungkan tema APP: “makin beriman, makin bersaudara, makin berbela rasa”. Seharusnya membantu kita untuk tidak berlaku seperti itu. Memuji orang setinggi langit ketika sedang butuh dan mencampakannya seperti kita berteriak salibkan dia jika orang itu sudah tidak kita butuhkan. Problemnya kita sering melakukan ini tanpa sadar karena sudah menjadi kebiasaan buruk dalam kehidupan. Inilah yang harus kita coba tanpa henti untuk menghilangkannya.

Semoga pekan Suci ini menjadi kesempatan bagi kita untuk retret dalam masa yang penuh rahmat dan bisa membaharui diri dan hidup kita. Supaya kita diberi keberanian dan kerelaan hati untuk bertindak seperti Yesus yang tetap bisa mencintai meskipun Dia sendiri dalam pnderitaan dan penghinaan yang sangat parah. Dia tetap bisa menghibur para wanita yerusalem, menyembuhkan orang yang telinganya dipotong oleh Petrus, mendokan orang yang menyalibkan Dia. Kita biasanya kalau sudah menderita sedikit, merasa sudah seperti akhir zaman tak bisa menolong sesama lagi. Seolah kita adalah orang yang paling sengsara dalam kehidupan kita. (by.F.Matius Sudiantoro, SDB)

0 comments:

Post a Comment