Pesan seperti ini sering kita terima dalam kehidupan
sehari-hari, sampai-sampai kadang kita menganggapnya sebagai angin lalu atau tidak
penting. St. Paulus menegaskan ini dalam bacaan kedua secara lengkap “sebab itu
siapa menyangka bahwa dirinya teguh berdiri, hati-hatilah supaya jangan
jatuh!”. Agak aneh pesan ini justru orang yang merasa teguh berdiri diminta
untuk berhati-hati supaya tidak jatuh. Sebetulnya dalam kenyataan hidup manusia
memang paradoks dimana letak kekuatannya disitulah letak titik paling lemah
dari dirinya. Santo Paulus mengerti benar akan hal ini sehingga memberikan
nasehat itu kepada kita semua yang mau mendengarkan dan melaksanakannya.
Sekarang kita dalam masa tobat yang didahului dengan
Rabu Abu, saat menerima abu dikatakan oleh imam yang mengoleskan abu di dahi
kita: “bertobatlah dan percayalah kepada injil”. Kalimat ini mengajak kita
untuk dengan rendah hati mengakui kelemahan dan dosa kita dengan bertobat. Kita
akan bisa bertobat kalau percaya kepada injil yaitu kabar gembira keselamatan
yang dibawa oleh Kristus. Sudah seharusnya pertobatan itu membawa kegembiraan
bagi yang bertobat sendiri dan bagi orang-orang yang ada di sekitaranya.
Kalau
tidak muncul sukacita dalam pertobatan tentu ada yang salah. Yesus pernah
bersabda “akan ada sukacita besar di surga atas atas satu orang berdosa yang
bertobat daripada 99 orang yang tidak perlu bertobat”. Kalimat itu sangat cocok untuk kita yang
memang orang berdosa yang perlu selalu bertobat. Pesan St. Paulus “hati-hatilah
supaya jangan jatuh” juga sangat pas bagi kita dalam menjalani masa tobat ini.
Dalam bacaan pertama pertobatan yang diminta Tuhan
pada nabi Musa dinyatakan dalam Firman:”Tanggalkanlah kasut dari kakimu, sebab
tempat dimana engkau berdiri itu adalah tanah kudus”. Itulah permintaan Tuhan
pada Musa sebelum menerima perutusan untuk membebaskan bangsa Israel dari
perbudakan di Mesir. Dalam injil pertobatan ini dinyatakan dalam permintaan
hamba “Aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberinya pupuk kepadanya.
Mungkin tahun depan akan berbuah”. Ini merupakan kesempatan yang Tuhan berikan
kepada kita untuk mengalami kasihnya melalui pengampunan yang dilimpahakan
kepada kita yang mau bertobat.
“Hati-hatilah supaya jangan jatuh!” merupakan ajakan
terus menerus untuk menjalani hidup kita dalam pertobatan. Supaya kita bisa
mengalami secara nyata yang kita serukan dalam refren mazmur :” Pada Tuhan ada
kasih setia dan penebusan berlimpah”. Artinya kita akan mamapu merasakan dan
mengalami kasih setia Tuhan dan penebusannya kalau kita bertobat. Dengan
mengakui dosa dan kesalahan kita dihadapan Tuhan, secara lebih nyata kita
wujudkan dengan menerima sakramen pengampuna dosa. Pesan St. Paulus menjadi
sangat relevan supaya kita tidak jatuh lagi dalam dosa dan kesalahan yang sama.
Marilah kita laksanakan pesan ini dengan setia: “hati-hatilah supaya jangan
jatuh!”. (by F.Matius Sudiantoro, SDB)
0 comments:
Post a Comment