Kiss of an Angel

That you are young is enough to make me love you very much.

There can be no virtue without obedience.

We must, each of us, be willing to sacrifice our own will, even at a heavy cost...The sacrifice that is needed is the sacrifice of the will.

Everyone invited

"If we do not give them something to think about their minds will turn to unwholesome thoughts."

"Act today in such a way that you need not blush tomorrow."

"Direct every action to the Lord by saying, “Lord, I offer You this work, please bless it.”"

"If you wish to fly high, start from the bottom.

I would like to stress good health, good moral conduct and serious studies. Health is a precious gift; take good care of it..

Saturday 30 March 2013

Kristus Bangkit, Alleluia!



 PERJALANAN MENUJU KEBANGKITAN DALAM LITURGI PEKAN SUCI



Puncak perayaan terbesar adalah Hari Raya Kebangkitan Kristus. Malam Paskah dirayakan dengan sangat meriah, bila semua dibacakan kita akan mendengarkan 9 bacaan dari Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Mulai dari kisah penciptaan sampai puncaknya adalah kebangkitan Kristus. Perayaan Paskah ini diawali dengan Pekan Suci dan dilanjutkan dengan oktaf Paskah. Maka secara meriah dalam Gereja dirayakan selama dua minggu perayaan paskah ini. Pada malam Paskah ini lagu Alleluia mulai dinyanyikan kembali setelah dihentikan sejak rabu abu dalam masa tobat. Artinya malam ini pada hari raya kebangkitan Kristus kita boleh bersukacita memuji Tuhan, bukan hanya boleh tetapi ada keawajiban bagi kita untuk memuji Tuhan yang telah bangkit dengan lagu Alleluia.

Lagu mazmur pertama setelah kisah penciptaan adalah “ Aku wartakan karya agungMu Tuhan karya agungmu karya keselamatan”.  Kebangkitan Kristus adalah jaminan keselamatan bagi kita. Santo Paulus menyebut Yesus sebagai buah sulung dan kita akan mengikutinya.   Kita juga diminta untuk mewartakan kabar keselamatan ini bagi sesama kita. Perayaan malam Paskah diawali dengan menyalakan lilin Paskah yang menjadi simbol bahwa Kristus adalah sang terang yang telah mengalahkan kegelapan hidup umat manusia. Sekarang terang Kristus sudah menyala dalam kehidupan manusia. Sebelum mendengarkan injil tentang kebangkitan kita akan bersama-sama menyanyikan lagu Alleluia dengan sangat meriah. Allelui merupakan lagu pujian untuk memuliakan Allah yang telah bangkit.


Kebangkitan Kristus ini merupakan kemenangan cintaksih yang begitu besar terhadap kuasa dosa, iblis dan kematian. Yang selalu menebar ancaman dan ketakutan pada manusia, tetapi kebangkitannya membuat manusia mempunyai jaminan dalam kehidupannya yang penuh berkat dan cintaksih Tuhan. Karya keselamatan dalam kebangkitan inilah yang harus kita wartakan kepada sesama kita supaya bisa menerima keselamtan dari Kristus. Tanda nyata ada keselamatan biasanya juga ada pembatisan dalam perayaan ini, kalau tidak ada pembabtisan kita akan membaharui janji babtis kita untuk menegaskan kembali bahwa kita sudah menerima keselamatan dari Kristus yang telah bangkit dari mati.

Kata-kata malaikat” Mengapa kamu mencari yang hidup di antara orang mati? Dia tidak ada di sini, Dia sudah bangkit. Ingatlah perkataanya yang telah disampaikanya kepadamu: Putera manusia harus diserahakan ke tangan orang berdosa, disalibkan dan bangkit dari mati”. Itulah kenyataan kebangkitan yang diwartakan oleh para malaikat kepada para murid Yesus yang mencarinya. Dan kebangkitan ini merupakan jaminan keselamatan kita sehinga kita mempunyai alasan untuk bergembira dan bersukacita karena mengalami kasih Allah yang begitu besar. Karya keselamatan itu kita rayakan pada malam ini. Sengasara wafat dan kebangkitan Yesus selalu dihadirkan kembali dalam setiap perayaan Ekaristi yaitu Yesus yang memberikan diriNya untuk keselamatan umat manusia. Malam Paskah ini kita merayakannya dengan sangat meriah kemenangan Kristus untuk menyelamatkan kita. (by. F. Matius Sudiantoto,SDB)

Pasio Antusiasme Cinta Dalam Sengsara Menuju Kemuliaan

PERJALANAN MENUJU KEBANGKITAN DALAM LITURGI PEKAN SUCI
 
Perayaan jumat Agung secara istimewa dinyanyikan kisah sengsara Yesus yang terpanjang dari injil Yohanes. Secara gamblang kita melihat mendengar begitu dahyat penderitaan Yesus, mulai dari dikianati oleh muridnya sendiri sampai tak diakui oleh murid kepercayaanNya sebanyak tiga kali. Yesus diserahkan oleh muridnya kepada Kayafas imam kepala, Kayafas lalu menyerahkan Yesus kepada Pilatus, Pilatus menyerahkan Yesus kepada para algojo untuk dihukum mati dengan cara yang paling tidak manusiawi dalam tradisi romawi yaitu disalibkan. Tapi semua dijalankan Yesus dengan penuh cinta.

Dalam penderitaanya Yesus masih sempat berbuat kasih yakni menyembuhkan orang yang telinganya dipotong oleh Petrus. Bahkan di atas kayu salib masih sempat berdoa untuk para algojo yang menyalibkannya supaya Bapanya mengampuni mereka, karena mereka tidak mengerti apa yang mereka perbuat. Lalu juga masih memberi perhatian kepada ibunya yang diserahkan kepada Yohanes, tapi terlebih Dia menyerahkan Yohanes kepada ibunya supaya Yohanes juga mengalami keibuan Maria sebagai bunda yang penuh cinta. Di sini Yohanes mewakili kita semua diserahkan kepada pemeliharaan Bunda Maria. 

Sengsara Yesus yang akhirnya membawanya pada kematian di kayu salib dijalaninya dengan cinta yang penuh antusiasme. Yesus tidak mengeluh sedikitpun karena penderitaanya, karena Dia tahu itulah pengobanan yang harus dijalaninya untuk menyelamatkan manusia. Tak ada kasih yang lebih besar dari pada seorang yang memberikan nyawa untuk orang yang dicintainya, itulah yang dijalankan Yesus dalam sengsaranya sampai wafat di kayu salib. Karena cintakasih yang tanpa batas salib yang menjadi simbol kehinaan menjadi tanda kemenangan Kristus. Sengsara yang dijalaninya mengantar pada kemuliaan terutama bagi keselamatan manusia. Kemuliaan Allah bila manusia diselamatkan dan itulah yang diwujudkan dalam sengsara dan wafat Yesus yang kita rayakan dalam Jumat Agung ini.


Keselamatan ini ditawarkan kepada semua orang termasuk kita semua yang hadir dalam perayaan ini. Kehadiran kita menjadi seperti orng yang berteriak salibkan Dia atau kita hadir untuk menyambut keselamatan yang ditawarkan dalam Yesus. Pilihan ada pada kita masing-masing. Kita mengingat sudah menjadi muridnya tapi tidak otomatis sudah menerimanya dengan terbuka. Karena ada murid Yesus yang akhirnya menolaknya. Meskipun Yesus telah mengajarnya secara langsung dan mengalami bagaimana dicintai Yesus dalam hidupnya yaitu Yudas Iskariot. Tapi ada juga murid yang dengan setia menemaninya dalam segala suka dukanya yang muncul dalam diri Yohanes.

Marilah kita membuka diri kita untuk memberikan tempat kepada Tuhan yang datang untuk menebus kita lewat sengsara dan salibnya. Artinya hendaknya kita berani juga menghadapi kesulitan dan penderitaan. Siap untuk menderita demi keselamatan sesama kita. Memang perlu pengorbanan bila kita ingin mewujudkan kasih kita kepadaNya. Yesus sudah secara nyata bersaudara dengan kita manusia dan menyatakan belarasanya kepada manusia dengan mengalami sendiri sengsara dan wafat di kayu salib untuk keselamatan manusia.(by.F.Matius Sudiantoro, SDB)

Pembasuhan Kaki dan Korban Ekaristi

PERJALANAN MENUJU KEBANGKITAN DALAM LITURGI PEKAN SUCI



Paus Fransiskus memcuci kaki tahanan remaja: Kamis Putih
Malam ini kita akan diajak merenungkan betapa Yesus sungguh mencintai manusia sampai bersedia membasuh kaki murid-muridnya. Ini bukan hanya sekedar pelayanan bahwa Yesus mau merendahkan diri. Tetapi ada makna penebusan yaitu manusia dibersihkan dari segala dosa. Dan ini merupakan yang terpenting bahwa kita mengalami penebusan oleh Kristus, yang setelah pembasuhan kaki ini Dia akan mengorbankan diriNya untuk keselamatan umat manusia seluruhnya tanpa kecuali. Hanya manusia memiliki kebebasan untuk menerima penebusan ini atau menolaknnya. Bahkan diantara para muridnya ada yang menolaknya yaitu Yudas Iskariot yang mengkianati Dia.

Pengorbanan Kristus menjadi semakin nyata dalam perjamuan Ekaristi yang pertama dirayakanNya bersama para rasul. Perayaan ini bisa disebut sebagai perjamuan cintakasih. Disini Yesus menyatakan cinta sehabis-habisnya. Dia memberikan diriNya untuk menjadi santapan bagi umat manusia supaya memang bisa sungguh bersatu dengan manusia yang dicintainya secara total. Yesus tidak menyisakan sesuatu bagi dirinya. Semua diberikan sebagai perwujudan cintakasihNya yang tanpa batas kepada manusia. Semoga manusia mau terbuka untuk menerima cintaNya, tapi bisa juga sebaliknya menjadi seperti Yudas yang setelah perjamuan ini justru mengkhianati Yesus dan menjualnya untuk mendapat uang 25 keping perak. Jangan sampai kita juga menjual Yesus dalam kehidupan kita.

Sabda Yesus yang dicatat santo Paulus dalam suratnya yang kita dengarakn dalam bacaan kedua, selalu kita ulang dalam doa konsekrasi setiap kali kita merayakan Ekaristi”Inilah tubuhku yang diserahkan bagimu”. “ Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan dalam darahKu. Setiap kali kamu meminumnya, perbuatlah ini untuk mengenangkan daku”. Saat diulang sabda Yesus ini merupakan peristiwa terpenting dalam perayaan Ekaristi, karena di sinilah roti dan anggur diubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus yang akan menjadi santapan bagi kita. Mujizat terbesar yang boleh kita alami sebagai anugerah Allah dalam iman kepada Kristus. Dan peristiwa ini sungguh hanya bisa dimengerti dalam iman, memang untuk terjadinya mujizat perlu iman dari kita.

Para Imam saat menerima Sakramen Imamat
Dalam Ekaristi kita mengenang dua sakramen sebagai anugerah terbesar Allah kepada manusia meski sebetulnya tidak pantas menerimanya. Yaitu Sakramen Imamat dan Sakramen Ekaristi yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Ekaristi bisa dihadirkan kembali oleh seorang yang menerima pentahbisan imamat. Hanya seorang imam mendapat anugerah kuasa yang begitu besar diberi kemampuan untuk mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Kuasa yang para malaikat bahkan Bunda Maria yang suci dan tak bernoda tidak diberi kuasa ini. Itu semua Tuhan anugerahkan hanya karena satu alasan, Dia mau mencintai manusia. Bahkan mau hadir dalam rupa roti yang sangat sederhana untuk menjadi sumber keselamatan kita. Di sinilah pembasuhan kaki menemukan maknanya dalam karya penebusan yang penuh kasih yang terwujud secara nyata dalam Ekaristi yang menjadi santapan keselamatan kita manusia. (by.F.Matius Sudiantoro, SDB)

Seruan Hosana Putera Daun dan Salibkan Dia


PERJALANAN MENUJU KEBANGKITAN DALAM LITURGI PEKAN SUCI



Minggu Palma adalah perayaan meriah. Ini merupakan satu-satunya liturgi yang membacakan dua bacaan dari injil, yang mana isinya sangat kontradiktif. Orang yang sama bisa berubah sikap hanya dalam sepekan terhadap seseorang. Yesus yang dipuja dengan berbagai macam lambaian tangan yang bersorak gembira dengan seruan” Hosana Putera Daud, terpujilah yang datang dalam nama Tuhan”. Diserukan sebagai raja damai oleh bangsa israel dengan mengendarai keledai, mereka melambaikan daun zaitun memang merupakan simbol perdamaian pada saat itu. 

Tapi siapa menyangka rakyat yang sama akan berseru terhadap orang yang sama dengan penuh kebencian dengan berteriak: “salibkan Dia”. Dan benar orang yang mereka puja ini sungguh disalibkan. Memang menjadi raja damai perlu pengorbanan dan itulah yang telah dilakukan Yesus, yang kita dengarkan dan renungkan dalam kisah injil dalam minggu Palma. Hendaknya kita merenungkan dan meresapinya dalam kehidupan kita supaya makin mencintai Juruselamat kita.

Sering kali kita memperlakukan orang lain seperti kelakuan orang Yahudi memuji-muji teman kita pada  saat kita membutuhkan dia, tetapi kemudian bisa berteriak salibkan dia setelah kita tidak perlu dengan orang tersebut. Atau sebaliknya justru kita yang mengalami seperti Yesus mendapat berbagia pujian dan akhirnya merasa dan mengalami seperti disalibkan. Kalau anda mengalami bersyukurlah karena kita murid Kristus akan mengalami hal yang kurang lebih sama dengan sang Guru kita. Pengalaman seperti ini sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari meski tidak sedahsyat yang dialami oleh Yesus sendiri. Demi cintanya yang total kepada kita manusia yang sreing tidak mengerti juga bahwa kita ini dicintai dengan cinta yang tanpa batas.

anak yaim piatu di Thailand sedang membuang sampah
Dengan sengaja atau tidak kita juga sering berlaku seperti orang Yahudi dalam memperlakukan sesama. Wujud nyata pertobatan kita dengan merenungkan tema APP: “makin beriman, makin bersaudara, makin berbela rasa”. Seharusnya membantu kita untuk tidak berlaku seperti itu. Memuji orang setinggi langit ketika sedang butuh dan mencampakannya seperti kita berteriak salibkan dia jika orang itu sudah tidak kita butuhkan. Problemnya kita sering melakukan ini tanpa sadar karena sudah menjadi kebiasaan buruk dalam kehidupan. Inilah yang harus kita coba tanpa henti untuk menghilangkannya.

Semoga pekan Suci ini menjadi kesempatan bagi kita untuk retret dalam masa yang penuh rahmat dan bisa membaharui diri dan hidup kita. Supaya kita diberi keberanian dan kerelaan hati untuk bertindak seperti Yesus yang tetap bisa mencintai meskipun Dia sendiri dalam pnderitaan dan penghinaan yang sangat parah. Dia tetap bisa menghibur para wanita yerusalem, menyembuhkan orang yang telinganya dipotong oleh Petrus, mendokan orang yang menyalibkan Dia. Kita biasanya kalau sudah menderita sedikit, merasa sudah seperti akhir zaman tak bisa menolong sesama lagi. Seolah kita adalah orang yang paling sengsara dalam kehidupan kita. (by.F.Matius Sudiantoro, SDB)

Monday 18 March 2013

Pergilah dan Jangan Berbuat Dosa Lagi, Mulai Sekarang

Minggu Prapaskah V


Inilah pesan yang disampaikan Yesus kepada seorang pendosa yang telah diampuninya. Jujur saja kita semua adalah orang berdosa, maka pesan ini sangat cocok untuk kita masing-masing: “ Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai sekarang”. Perintahnya jelas dan tegas, kita disuruh pergi sekarang tapi bukan untuk berbuat dosa melainkan untuk berbuat kasih yang terangkum dalam tema APP kita” makin beriman, makin bersaudara, makin berbela rasa”.

Yesus tidak mau kita diam saja tinggal di sini, tapi menyuruh kita pergi, artinya disuruh melakukan sesuatu sekarang juga dan inilah perutusan kita. Karena kalau di sini saja kita memang tidak akan berbuat dosa. Satu kesalahan yang bisa dibuat tidur saat mendengar kotbah Pastur. Kita diberi tugas untuk berbuat baik dan benar kepada sesama kita sekarang, setelah kita mendapat rahmat pengampunan seperti wanita pendosa yang sudah diampuni oleh Yesus. Dalam perayaan Ekaristi kita bukan hanya mengalami pengampunan tapi sekaligus pembekalan penuh dengan menerima kekuatan dari Kristus sendiri yang menjadi santapan bagi kita. Yang kita samabut dalam komuni.

Dalam kisah ini kita diberi contoh oleh Yesus untuk tidak mudah menghakimi atau menyalahkan orang lain dan menghukumnya. Kita diajak untuk mudah mengampuni sesama tetapi juga perlu keberaniam untuk mengampuni diri sendiri yang kadang tidak mudah. Kita diminta untuk tidak berbuat dosa artinya diminta untuk bertobat. Tidak mengulangi dosa dan kesalahan yang sama yang sudah kita lakukan dalam kehidupan, tetapi melakukan semuanya kecuali berbuat dosa. Inilah yang diminta Yesus kepada kita masing-masing hari ini. “Jangan berbuat dosa lagi mulai sekarang”. Permintaan yang tidak boleh ditunda karena sekarang harus dilakukan. Itulah arti pertobatan.

Beberapa hari yang lalu saya sempat bernostalgia berkunjung ke tempat saya menajalani masa novisiat dan sudah 13 tahun saya tidak berkunjung ke tempat itu. Saya senang bisa mendengar kisahnya bagaimana tempat itu mulai dibangun langsung dari yang membuatnya, seorang misionaris yang bernama Padre Joao’ de Deus Pires. Saat itu beliau masih muda umur 33 tahun sebagai superior untuk para SDB di Timor Leste, diminta provinsialnya  membangun sebuah rumah untuk para SDB supaya mempunyai komunitas. Setiap kali dia lewat tempat yang sekarang bernama Fatumaca ini beliau mendengar suara “ disanalah” dengan jantung berdegup keras. Itu terjadi berulang kali setiap melewati tempat itu. Akhirnya dia memberanikan diri berbicara kepada para pemimpin di situ dan menyatakan bahwa ingin membuat sebuah rumah tinggal. 

Ternyata dengan sukarela mereka mau memberikan tanah bahkan bantuan tenaga untuk membangun tempat itu. Berkat penyelenggaraan ilahi melalui berbagai orang yang dijumpai Padre Joao’ sebuah rumah berhasil dibangun dan mulai sekolah dasar dan sekolah pertanian yang saat itu memang diperlukan oleh umat di situ. Dan sekarang tempat ini akan merayakan pesta emasnya dan sudah menjadi pusat pendidikan teknik tarbaik di Timor leste.  Semua itu bisa terwujud karena P. Joao’ mendengarkan suara Tuhan “ pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai sekarang’” membuat hal yang baik yang berguna bagi sesama. 

Saya  sendiri mengalami tempat itu sebagai rahmat karena di sanalah sebagian dari hidupku dibentuk meski hanya setahun di tempat itu. Tapi merupakan saat terpenting dalam hidupku yaitu masa novisiat, artinya disitulah aku dilahirkan sebagai seorang Salesian Don Bosco.  Dan itu juga berarti panggilan dan sekaligus perutusan untuk berkarya bagi kaum muda. Meski setelah dari sana tugasku bukan merasul tetapi menjalni  studi.  Tapi pesan injil hari ini juga cocok untukku: Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai sekarang. Ini mirip dengan pesan Don Bosco untuk anak-anaknya yang sangat cocok dengan pesan Yesus hari ini:” Berlompatlah, berlarilah, berteriaklah, bernyanyilah, menarilah asal jangan berbuat dosa”. 

Perintah Yesus: “Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang” ini dilaksanakan dan ditegaskan oleh Santo Paulus dalam sharingnya:”Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang dihadapanku, dan berlari lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus”.  Santo Paulus meninggalkan dosanya dan mengejar kesempurnaan dalam Yesus Kristus dengan tanpa mengenal lelah. Yesus sudah memberikan contoh bagaimana dia menghadapi cobaan orang parisi itu sehingga tidak jatuh dalam perselisihan meski Dia sebetulnya mendapat ancaman. Marilah kita laksanakan pesan Yesus ini dalam hidup kita mulai sekarang, tanpa menundanya lagi : “Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai sekarang”. (by F.Matius Sudiantoro, SDB)

Mercifull Father

Prapaskah IV

Judul yang sangat tepat dalam dua kata untuk menjelaskan kisah anak yang hilang dalam injil hari  ini: Mercifull Father. Bapa yang penuh belas kasih; yang sangat mudah tergerak hatinya oleh belas kasihan. Dalam kisah ini tentu belas kasih kepada kedua anaknya yang punya dua sikap yang berbeda. Dua anak ini dengan sangat tepat menjelaskan keberadaan manusia yang ada secara real: anak bungsu sangat materialis, konsumeris, hedonis  berfoya-foya yang mau menikmati apa saja saat ini dengan minta warisan yang sebetulnya belum menjadi hak-nya karena ayahnya masih hidup. Hal ini semacam korupsi yang terjadi dengan sangat dahysat di negeri kita, banyak sekali orang mengambil dengan berani yang bukan haknya tanpa merasa berdosa seperti anak bungsu itu.

Anak sulung menjelaskan manusia lebih pelik lagi karena bisa menyembunyikan segala keburukannya dengan ketaatan kepada orang tua. Dalam dunia nyata kita banyak sekali orang yang tampaknya taat beragama namun sebetulnya menyimpan kebencian, irihati dendam dan kemarahan seperti anak sulung. Bisa jadi tiap hari Minggu ke Gereja atau ke tempat ibadat yang lain supaya kelihatan baik-baik saja. Ternyata mereka ini justru orang yang tak pernah tergerak hatinya oleh belas kasihan. Bahkan menyengsarakan orang lain dengan sangat kejam meskipun itu saudara sendiri seperti si bungsu dalam kisah ini tidak diakuinya sebagai saudara tetapi sebagai penjahat yang berfoya-foya. Orang yang selalu merasa paling benar ini menurut St. Yohanes justru orang paling berdosa. Karena tak ada kesadaran untuk bertobat dan memperbaiki diri.

Sang Ayah yang tergerak hatinya oleh belas kasih itu ketika melihat anaknya datang langsung berlari memeluk dan mencium anak bungsunya yang kembali. Bahkan anaknya belum selesai menyatakan pertobatannya, sang ayah sudah menyuruh menyiapkan pesta sangat besar untuk anak yang dikasihi dengan bentuk memotong anak lembu tambun. 

Anak sulung mendapat sambutan yang sama yaitu sang ayah keluar dan menjelaskan duduk perkaranya serta mengajak anak sulung-nya ini untuk turut bersukacita dalam pesta ini. Tapi si sulung tidak menerima sambutan itu. Si Sulung mengungkapkan kemarahannya kepada ayah-nya yang berbelaskasih, berharap menghukum adiknya sendiri yang diangggapnya sebagai orang berdosa dan jahat. Untung kisah anak sulung ini berakhir terbuka; keputusan belum diambil sehingga ada dua pilihan bisa terjadi: pertama dia tetap marah dan pergi lagi dengan kemarahan dendam serta rasa irihatinya. Kedua dia bisa menerima penjelasan ayahnya dan ikut bergembira bersama dalam pesta yang penuh sukacita ini.

Dalam kisah ini sangat jelas ada niat pertobatan dari kedua anaknya yang dinyatakan dengan kata PULANG. Mereka ingin kembali kepada ayahnya yang kita sebut dalam judul tadi sebagai Mercifull Father. 

Belas kasihnya itu menjadi nyata dengan tindakan yang menyambut dia keluar dan berbicara dangan kedua anaknya dengan penuh kesabaran dan cintakasih; baik terhadap anak bungsu yang melakukan kesalahan besar maupun terhadap anak sulungnya yang sedang marah besar kepadanya. Pemberiannya juga tidak berbeda anak bungsu disambut dengan pesta penuh sukacita, anak sulung diberi penjelasan segala yang kumiliki adalah milikmu. Situasi anak sulung memang lebih menyedihkan meski di dalam rumah dia tidak merasa memiliki apa yang ada di rumah itu. Ini masalah tanggungjawab kadang kita juga melakukan halitu untuk melepaskan diri dari beban tanggungjawab. Dengan mudah menyalahkan orang lain seperti si sulung yang menyebut kesalahan adiknya dan merasa diri benar.

Dari kisah ini kita semua dalam kenyataan hidup sehari-hari sering berlaku seperti kedua anak ini baik sikap si sulung maupun si bungsu. Kadang bergantian muncul dalam diri kita bersikap seperti si bungsu dengan segala keserakahanya merebut segala sesuatu yang seharusnya bukan miliknya, tapi kadang tampil munafik seperti si sulung yang kelihatan baik tapi menyimpan irihati benci dan dendam yang sangat kejam terhadap saudara sendiri. Itulah kenyataan diri kita yang harus mencoba berani dengan rendah hati menerima kenyataan itu dihadapan Bapa kita yang penuh belaskasih kepada anak-anaknya. Mengakui kesalahan ini menjadi awala pertobatan supaya sikap hidup kita tidak menjadi sperti kedua anak ini, tetapi kita bertumbuh dan berkembang menjadi seperti sang ayah, yang mudah tergerak hatinya oleh belas kasihan, karena itulah kita sebut sebagai Mercifull Father. Yang selalu siap menyambut siapapun yang datang kepadanya.

Kita sedang berada dalam masa tobat, persiapan untuk menyambut Paskah hari kebangkitan Tuhan. Ini merupakan waktu berahmat yang Tuhan berikan supaya kita menjalan tobat kita dalam tiga bentuk yaitu: berdo, berpantang dan puasa  serta tindakan amal kasih.Kita juga diajak untuk merenungi dan bertumbuh bersama dengan menghayati secara nyata tema APP kita tahun ini: Makin beriman, makin bersaudara dan makin berbelarasa. Dalam kisah ini berimanitu ditunjukan oleh si bungsu yang mempunyai kepercayaan akan Bapanya yang penuh belas kasih yang pasti akan tetap menyambutnya meskipun telah berbuat dosa: Pengakuan imannya dinyatakan dalam ungkapan yang sangat rendah hati:”Bapa aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa, aku tidak layak lagiu disebut anak Bapa, jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan Bapa”. 

Makin bersaudara dinyatakan dalam tindakan yang sebaliknya yang dilakukan oleh anak sulung:” telah bertahun-tahu akau melayani Bapa, dan belum pernah aku melanggar perintah Bapa, tetapi kepadaku Bapa belum pernah memberikan seekor anak kambingpun untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. Tetapi datang anak Bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa dengan pelacur-pelacur, maka Bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia”. Di sini si sulung menolak persaudaaraan antara dia dengan adiknya, bahkan juga ada penolakn terhadap sang Bapa yang tampaknya hanya memperhatikan si bungsu dalam cara pandang anak sulung.

Jawaban sang ayah menunjukan secara nyata untuk semakin bersaduara dan wujud nyata belarasa yang total dalm kehidupan bersama sebagai keluarga”: Anakku engkau selalu bersama-sama dengan aku, segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bergembira dan bersukacita karena adikmu telah mati dan dan menjadi hidup kembali, dia telah hilang dan didapat kembali”. Kata adikmu itu ajakan untuk menerima sebagai saudara. Inilah ajakan untuk mewujudkan makin bersadara dalam kehidupan kita sehari-hari. Makin berbelarasa sangat jelas dengan perkataan:’kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan di dapat kembali”. 

Bergembira karena semangat belarasa dengan hati yang tergerak oleh belas kasihan. Kita diajak untuk menjadi seperti sang ayah yang menjadi MERCIFULL FATHER. Maka ajakan: ”makin beriman, makin bersaudara, makin berbelarasa”. Terwujud secara nyata dalam diri sang ayah yang menjadi model bagi kita semua. Harapannya kita juga bisa menjadi MERCIFULL SON  yang mudah tergerak hatinya oleh belas kasihan kepada sesama. Terutama yang lemah, miskin, tersingkir menderita, sakit dan cacat baik fisik maupun mental. Itulah yang harus kita wujudkan dalam kehidupan kita sehari-hari bersama dengan sesama kita.(by F.Matius Sudiantoro, SDB)

(copyright: foto www.freebibleimage.org)

Saturday 2 March 2013

Hati-Hatilah, Agar Tidak Jatuh!



Pesan seperti ini sering kita terima dalam kehidupan sehari-hari, sampai-sampai kadang kita menganggapnya sebagai angin lalu atau tidak penting. St. Paulus menegaskan ini dalam bacaan kedua secara lengkap “sebab itu siapa menyangka bahwa dirinya teguh berdiri, hati-hatilah supaya jangan jatuh!”. Agak aneh pesan ini justru orang yang merasa teguh berdiri diminta untuk berhati-hati supaya tidak jatuh. Sebetulnya dalam kenyataan hidup manusia memang paradoks dimana letak kekuatannya disitulah letak titik paling lemah dari dirinya. Santo Paulus mengerti benar akan hal ini sehingga memberikan nasehat itu kepada kita semua yang mau mendengarkan dan melaksanakannya.

Sekarang kita dalam masa tobat yang didahului dengan Rabu Abu, saat menerima abu dikatakan oleh imam yang mengoleskan abu di dahi kita: “bertobatlah dan percayalah kepada injil”. Kalimat ini mengajak kita untuk dengan rendah hati mengakui kelemahan dan dosa kita dengan bertobat. Kita akan bisa bertobat kalau percaya kepada injil yaitu kabar gembira keselamatan yang dibawa oleh Kristus. Sudah seharusnya pertobatan itu membawa kegembiraan bagi yang bertobat sendiri dan bagi orang-orang yang ada di sekitaranya. 

Kalau tidak muncul sukacita dalam pertobatan tentu ada yang salah. Yesus pernah bersabda “akan ada sukacita besar di surga atas atas satu orang berdosa yang bertobat daripada 99 orang yang tidak perlu bertobat”.  Kalimat itu sangat cocok untuk kita yang memang orang berdosa yang perlu selalu bertobat. Pesan St. Paulus “hati-hatilah supaya jangan jatuh” juga sangat pas bagi kita dalam menjalani masa tobat ini.

Dalam bacaan pertama pertobatan yang diminta Tuhan pada nabi Musa dinyatakan dalam Firman:”Tanggalkanlah kasut dari kakimu, sebab tempat dimana engkau berdiri itu adalah tanah kudus”. Itulah permintaan Tuhan pada Musa sebelum menerima perutusan untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Dalam injil pertobatan ini dinyatakan dalam permintaan hamba “Aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberinya pupuk kepadanya. Mungkin tahun depan akan berbuah”. Ini merupakan kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita untuk mengalami kasihnya melalui pengampunan yang dilimpahakan kepada kita yang mau bertobat.

“Hati-hatilah supaya jangan jatuh!” merupakan ajakan terus menerus untuk menjalani hidup kita dalam pertobatan. Supaya kita bisa mengalami secara nyata yang kita serukan dalam refren mazmur :” Pada Tuhan ada kasih setia dan penebusan berlimpah”. Artinya kita akan mamapu merasakan dan mengalami kasih setia Tuhan dan penebusannya kalau kita bertobat. Dengan mengakui dosa dan kesalahan kita dihadapan Tuhan, secara lebih nyata kita wujudkan dengan menerima sakramen pengampuna dosa. Pesan St. Paulus menjadi sangat relevan supaya kita tidak jatuh lagi dalam dosa dan kesalahan yang sama. Marilah kita laksanakan pesan ini dengan setia: “hati-hatilah supaya jangan jatuh!”. (by F.Matius Sudiantoro, SDB)

Doa Seorang Imam



Syukur bagiMu Allah Bapa, 
dengan segala kelimpahan rahmatMu 
yang mengalir tiada henti, 

Engkau memilih dan mengambilku 
untuk menjadi tanda 
dan pembawa kasih-Mu

Kini kupasrahkan diriku 
dalam tangan kasihMu, 
untuk melakukan kehendakMu 
dengan rela 
dan gembira. 

Aku harus selalu tersambung dengan-Mu 
dalam keheningan, 
agar kasihMu yang mendalam 
terpancar melalui hidupku, 
menggema luas 
lewat kehadiranku.

Aku tetap menggarap sawah ladang hidupku 
secara utuh, 
dalam berkat dan rahmatMu,
supaya pas untuk dipakai, 
lentur, 
lembut, 
tidak mudah patah dan 
nyaman bagi siapapun yang ku jumpai 
dalam hidupku.

Bapa, 
inilah aku, 
jadilah kehendakMu. 
Untuk menjadikan aku 
tanda dan pembawa kasihMu 
dalam melayani dengan gembira 
dimanapun Engkau mengutus aku 
sekarang dan selamanya. 
Amin.