Thursday, 28 February 2013

Suatu Perbuatan Ajaib di Mata Kita


Kej. 37:3-4,12-13a,17b-28;
Mzm. 105:16-21;
Mat. 21:33-43,45-46

Setiap jumat pertama kita merayakan Ekaristi untuk mengalami belas kasih dari Hati Yesus yang Mahakudus. Kehadiran kita dalam misa ini adalah suatu perbuatan ajaib yang dibuat oleh Tuhan di mata kita. Namun sering kali kita tidak menyadarinya dalam keseharian hidup kita. 

Keajaiban terbesarnya adalah Tuhan akan mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus yang akan kita sambut menjadi santapan bagi kita. Dengan menyantap Tubuh dan Darah Kristus ini, diharapkan kita bisa mempunyai hati seperti Yesus, yang mudah tergerak hatinya oleh belas kasihan.

Keajaiban berikutnya yang sudah sulit untuk kita sadari adalah apa yang terjadi pada diri kita, bahwa kita masih bisa bernapas, bisa bangun lagi pada hari ini, semua panca indra kita masih berfungsi dengan normal sehingga bisa hadir di tempat ini untuk merayakan Ekaristi adalah suatu perbuatan ajaib di mata kita. 

Perayaan Ekaristi ini menjadi kesempatan yang indah untuk bersyukur atas segala rahmat Tuhan yang sudah dan sedang kita terima dalam kehidupan kita. Sering kita menganggap mujizat itu kalau ada orang sakit parah lalu sembuh, tapi sebetulnya keadaan tetap sehat itu adalah mujizat yang lebih besar, hanya kita jarang mampu menyadari dan mensyukurinya.

Dalam bacaan hari ini kita mendengarkan Sabda Tuhan yang berbicara tentang keajaiban yang terjadi dalam kehidupan manusia. Bacaan pertama kisah tentang Yusuf dan saudara-saudara yang menjualnya merupakan tindakan tragis yang mereka buat, tetapi Tuhan mampu mengubahnya menjadi awal dari keselamatan hidup mereka dari bahaya kelaparan, sehingga kita bisa mengulang sabda Yesus:  ”Hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita”.  

Yesus menyampaikan sabda itu sebetulanya untuk mengecam imam-imam kepala dan orang parisi yang tidak mynyadari dan mensyukuri rahmat Tuhan. Mereka yang sebtulnya terpilih justru menolak rahmat itu.

Hari-hari ini kita dalam masa prapaskah saat yang tepat untuk menjalankan pembaharuan dalam hidup kita. Kalau hidup kita kurang bersyukur saat ini marilah kita mulai untuk bersyukur. Jika tadinya mudah untuk berbuat kesalahan dan dosa dan mengalihkan tangggungjawab pada orang lain marilah kita perbaiki. Berani mengakui kesalahan kita dangan rendah hati supaya bisa mengalami keajaiban belas kasih Tuhan. Dan akan menjadi semakin ajaib lagi kalau kita orang berdosa ini bisa menjadi pembawa kasih Allah bagi sesama kita dalam kehidupan sehari-hari.

Ajakan dalam tema prapaskah “Makin beriman, makin bersaudara, makin berbelarasa”. Akan membantu kita untuk menyadari, mengalami, merasakan secara nyata dalam hidup kita “Hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita”. Beriman, bersaudara dan berbelarasa itu hanya akan bisa kita alami kalau kita menyerahkan hidup kita dalam tangan kasih Tuhan. Bersama Tuhan kita berani berkata “hai masalah aku mempunyai Tuhan yang Mahabesar” yang selalu siap membuat keajaiban.(by F.Matius Sudiantoro, SDB)

0 comments:

Post a Comment