Saturday, 23 February 2013

Berdirilah Dengan Teguh Dalam Tuhan



Prapaskah II

Kata-kata dari St, Paulus ini sangat cocok untuk menjadi nasehat bagi kita dalam menjalani masa prapaskah dengan laku tobat dalam keseharian hidup kita. Memang hanya dalam Tuhan kita akan dapat berdiri teguh dan kuat menghadapi berbagai kesulitan dan masalah dalam kehidupan kita. Ada nasehat bijak untuk berkata ”Hai masalah aku mempunyai Tuhan yang mahabesar” bukan “ Ya Tuhan masalahku terlalu besar”. Dalam kalimat pertama kita akan dimampukan karena Tuhan yang mahabesar bersama kita. Sedang dalam kalimat kedua kita terlalu memperbesar masalah di hadapan Tuhan.  
“Aku percaya kepada-Mu Tuhanlah pengharapanku”  seruan dalam  refren mazmur hari ini, menyatakan kesungguhan kita untuk mengikuti nasehat St. Paulus “berdirilah dengan teguh dalam Tuhan”. 
Artinya kita mempercayakan seluruh pengharapan kita kepada Tuhan yang kita percaya karena sungguh mengasihi kita; dengan memberikan Yesus kristus, “Sang Penyelamat yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini menjadi serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, sesuai dengan kuasa-Nya yang dapat menaklukan segala sesuatu kepada diriNya”. Kepercayaan kepada Tuhan akan memampukan kita untuk berdiri teguh dalam Tuhan yang membuat kita mampu terus berjuang. 
Dalam masa tobat ini kita diajak untuk menghayati hidup bersama yang “makin beriman, makin bersaudara, makin berbelarasa”. Jadi seluruh kehidupan kita jalani dalam Tuhan yang kita imani, artinya segala suka-duka hidup ini kita pasrahkan dalam kehendakNya seraya berjuang untuk mewujudkan persaudaraan dalam kehidupan bersama, serta membangun semangat belarasa bagi mereka yang lemah, kecil, tersingkir, miskin, difabel/penyandang cacat. 
Cintakasih kepada mereka ini akan menjadi sempurna bila bersumber pada Tuhan yang adalah cinta. Bapa Suci Benedictus XVI menulis ensiklik pertamanya dengan judul “ Deus caritas est”. Allah adalah kasih yang dikutip dari pernyataan St. Yohanes Rasul yang mengalami itu dalam seluruh hidupnya, sehingga sering menyebut dirinya sebagai murid yang dikasihi Tuhan.
Firman Allah Bapa yang kita dengarkan hari ini: “Inilah AnakKu yang kupilih, dengarkanlah Dia”. 
Firman ini mengundang kita untuk mengalami kasih-Nya dalam diri Yesus Putera-Nya. Untuk itu kita tidak boleh tertidur seperti tiga rasul itu yang setelahnya ingin membangun kemah atau kemapanan dalam hidup. Meski tampaknya usul Petrus sangat penuh kasih yaitu bermaksud membuat kemah untuk Yesus, Musa dan Elia. Yesus tidak membiarkan itu maka Dia mengajak mereka turun untuk menghadapi kanyataan bahwa mengasihi itu perlu pengorbanan.

Dan semangat pengorbanan untuk mengasihi yang lemah, miskin, tersingkir, kecil dan difabel hanya akan tetap berlanjut kalau kita berdiri dengan teguh dalam Tuhan. Marilah kita beriman seperti Abraham dengan berseru bersama pemazmur ”Aku percaya kepada-Mu Tuhanlah pengharapanku”. 
Itulah perjuangan hidup kita untuk menjadi pembawa kasih Tuhan bagi sesama kita sekarang dan selamanya. Amin.
(by F.Matius Sudiantoro, SDB)

0 comments:

Post a Comment