Friday 7 September 2012

Amorem Dei Ferens



Judul dalam bahasa latin ini dipilih oleh seorang yang hari ini berulang tahunnya yang ke41. Artinya tanda dan pembawa kasih Tuhan. Dalam seluruh hidupnya, dia berusaha menjadi pembawa kasih Tuhan bagi sesamanya. Maka blog ini menjadi hadiah ulang tahun baginya; sekaligus menjadi hadiah bagi siapapun yang tertarik untuk membacanya. Semoga, blog ini mampu menjadi sarana untuk meluaskan kasih Allah sehingga kasihNya itu semakin dirasakan dan dialami oleh banyak orang.

Sekarang, sebagai seorang suster, ia tentu lebih banyak dialami  dan mengalami cinta kasih yang dihadirkan dalam hidupnya melalui banyak orang; baik bagi komunitas dimana dia tinggal maupun bagi mereka yang kepadanya dia menjalankan tugas perutusan. Karena dengan menjadi anggota tarekat yang berkecimpung dalam pendidikan maka para anak didik-nya-lah yang mengalami hadirnya kasih Tuhan lewat diri suster yang hari ini berulang tahun.

Bukan kebetulan hari ini merupakan peringatan ke 9 pengikraran kaul kekal yang membuat renungan ini. Sebagai moto hidupnya” menjadi tanda dan pembawa kasih Tuhan” supaya tetap setia dalam menjawab panggilanNya. Kesetiaan ini perlu diperjuangkan hari demi hari. Tuhan sudah memberikan rahmat melimpah bagi setiap orang, tapi perlu juga rahmat kerjasama dari orangnya untuk bisa setia dalam hidup sehari-hari.  Kesetiaan ini yang mewujudkan kasih Allah menjadi nyata bisa dirasakan dan dialami semua orang yang berjumpa dengannya.

Allah adalah kasih ( I Yoh 4; 7-21) dituliskan dengan sangat jelas oleh St. Yohanes sebagai murid yang dikasihi Tuhan. Kita semua adalah anak-anak Allah mempunyai tugas dan kewajiban dalam hidup kita untuk menjadi tanda dan pembawa kasihNya. Artinya di mana saja kita hadir orang bisa mengalami dikasihi oleh Allah dalam hidupnya.

Dalam buku Ruah tanggal 7 september 2012 ada kutipan dari St. Fransisikus Sales yang adalah Doktor Cintakasih “Kasih adalah ratu dari segala kebajikan”. Seharusnya kasih itulah yang berkuasa dalam kehidupan kita sebagai anak-anak Allah. Agar kita mampu menjadi pembawa kasih Allah, kita sendiri harus sudah mengalami kasihNya yang mengalir tiada henti. Dengan mengalami aliran kasih, maka kita mampu  mengalirkan kasih Tuhan itu dalam kehidupan kita sehari-hari.

Pengalaman nyata bahwa kita menjadi pembawa kasih Allah itu terwujud ketika kami para peserta kursus formator para suster, bruder dan romo dari berbagai tarekat berkumpul dan hidup dalam satu komunitas selama sebulan. Masing-masing orang mewujudkan secara nyata kasih Allah bagi sesamanya dengan kehadiranya. Kesaksian hidup dalam kasih itu sungguh terlami dan dirasakan oleh semua peserta. Maka saat evaluasi akhir muncul kerinduan untuk bisa bertemu kembali dalam pembinaan lanjutan, karena memang sungguh mengalami hidup dalam rahmat kasihNya.

Semoga kita masing-masing sungguh bisa menjadi tanda dan pembawa kasih Allah dalam hidup kita. AMOREM DEI FERENS.

0 comments:

Post a Comment