Saturday 15 September 2012

Engkau Adalah Mesias

Dalam injil hari ini kita mendengarkan pengakuan Petrus tentang siapakah Yesus itu, baginya.
 “Engkau adalah mesias”. Tapi ada pengertian yang berbeda antara mesias yang dipikirkan Yesus dan yang dipikirkan oleh Petrus. Untuk itu,  Yesus memberikan penjelasan setelah pengakuan dari Petrus bahwa Mesias yang disebut Petrus itu adalah juga adalah anak manusia yang “harus menanggung banyak penderitaan. Ia akan ditolak oleh imam kepala, tua-tua dan ahli taurat lalu dibunuh, dan bangkit sesudah tiga hari”.

Pengertian ini semakin dipertajam pada bagian berikut dari bacaan Injil; dimana Petrus yang mempunyai pengertian seperti orang israel lainya bahwa mesias itu adalah tokoh seperti raja Daud dan akan memerintah serta membebaskan mereka dari penjajahan Romawi. Dimana Petrus menegur Yesus karena Yesus mengungkapkan bahwa diriNya akan menderita.

Apa reaksi Yesus pada Petrus? Yesus malah balik menegur Petrus dengan keras “enyahlah iblis! Engkau tidak memikirkan yang dipikirkan Allah tetapi yang dipikirkan manusia”. 

Setelah itu Yesus memberikan tiga syarat untuk mengikuti Dia: 
Pertama, bersedia untuk menyangkal diri, 
kedua, rela memanggul salibnya dan 
ketiga, mau mengikuti Yesus. 

Inilah mesias yang diikuti oleh Petrus yaitu pribadi yang siap menderita sengsara. Mesias berarti yang terurapi. Biasanya adalah saat raja israel di nobatka -- ingat Saul dan Daud -- maka mereka diurapi oleh nabi yaitu Samuel sebelum menjadi raja israel. 

Yesus adalah yang terurapi, Dialah anak Allah yang menderita untuk menyelamatkan manusia. Untuk itu Yesus memilih jalan penderitaan dan pengurbanan diri.  Dalam kenyataan hidup,  kita pada dasarnya tidak pernah mau menderita demi keselamatan orang lain. Kita sering tidak rela menderita. Padahal penderitaan dan kurban Yesus telah menyelamatkan kita. Kita sering protes kepada Tuhan saat mengalami penderitaan dan kesulitan; tapi tidak ada seorangpun yang protes dan marah kepada Tuhan saat mengalami kegembiraan.

Contoh hidup yang paling nyata adalah pengorbanan seorang ibu yang akan melahirkan anaknya. Dia rela menderita demi kelahiran sang anak tercinta. Kita semua sebagai manusia tak luput dari hal ini. Karena kita ada di dunia ini dilahirkan oleh seorang ibu yang pada saat kita lahir dia rela berkorban bagi kelahiran kita dan itu sangat menderita. Namun derita itu terasa hilang ketika kita sudah lahir sebagai bayi yang bisa dipeluknya. Lalu apakah kenyataan ini membuat kita otomatis menghargai ibu kita? tidak juga.  Kita melihat banyak orang yang tidak dapat menghargai ibunya. Bahkan kadang membuat ibunya sangat menderita dalam hidupnya.

Yesus mau mengorbankan hidupnya supaya manusia dilahirkan kembali sebagai manusia baru. Dia harus mati demi kehidupan kita. manusia. Lalu bagaimana sikap kita pada Yesus? Kita sering tidak mengerti dan menghargai betapa besar pengurbanan Yesus untuk keselamatan kita. Sering kita berbuat seperti mereka yang tidak tahu berterimaksih pada ibunya. Betapa sering kita tidak mau menerima pengorbanan Kristus yang menyelamatkan kita. Tidak jarang kita menjadi seperti Petrus yang mau menjadikan Tuhan untuk melakukan yang kita kehendaki. 
Itu terlihat dari doa kita yang amat sering adalah permohonan, jarang sekali  kita mengucapkan syukur kepada mesias yang adalah penebus kita. Pasti derita Yesus akan berkurang ketika melihat manusia yang diselamatkan oleh kasihNya, bersikap penuh syukur. Terlebih lagi saat ucapan syukur kita muncul pada sikap dimana kita mau mewartakan kasihNya kepada sesama di manapun  diutus melalui perkataan, perbuatan dan kehidupan kita sehari-hari.
(oleh: P.Matius Sudiantoro, SDB)

0 comments:

Post a Comment