Kiss of an Angel

That you are young is enough to make me love you very much.

There can be no virtue without obedience.

We must, each of us, be willing to sacrifice our own will, even at a heavy cost...The sacrifice that is needed is the sacrifice of the will.

Everyone invited

"If we do not give them something to think about their minds will turn to unwholesome thoughts."

"Act today in such a way that you need not blush tomorrow."

"Direct every action to the Lord by saying, “Lord, I offer You this work, please bless it.”"

"If you wish to fly high, start from the bottom.

I would like to stress good health, good moral conduct and serious studies. Health is a precious gift; take good care of it..

Friday 10 May 2013

Tuhan, Tunjukkanlah Kami Bapa



Inilah permintaan Pilipus kepada Yesus, supaya kami menjadi puas. Sering kali dalam kehidupan kita kalau berdoa atau bebrbuat sesuatu supaya menjadi puas. Maksudnya apa bila yang kita terpenuhi seolah kita merasa Tuhan itu Maha baik. Kalau Tuhan tidak memberikan apa yang kita minta Tuhan tidak baik lagi. Itulah yang kita alami dalam kesaharian hidup kita.

Yesus dalam sabdanya yang kita dengar hari ini menyatakan kesatuan yang sempurna Dia dengan Bapanya dan kalau kita melihat Yesus kita sudah melihat Bapa. Tapi Pilipus merasa belom melihat Bapa. Maka dia minta “ Tuhan, tunjukanlah kepada kami Bapa, dan kami akan menjadi puas”. Biasanya kita minta keberhasilan, kesembuhan dan seterusnya. Tapi Tuhan lebih tahu yang terbaik untuk kita masing-masing, Jadi kalau doa belum dikabulkan Tuah akan memberikan yang terbaik.

Persatuan yang paling nyata kita alami dengan Kristus adalah dalam Perayaan EKARISTI maka ada bagian sanagat penting komuni. Dipersatukan dengan Tuhan dan sesama dalam perjamuan suci dimana Kristus sendiri menjadi santapan bagi kita. Apakah kita sungguh melihat dan mengalami kehadiran Tuhan secara nyata dalam perayaan ini? Atau kita masih seperti Pilipus yang minta tunjukanlah kepada kami supaya kami mejadi puas?

Seharusnya kita sudah bisa bersyukur atas segala rahmat yang Tuhan limpahkan kepada kita semua. Tuhan sudah memberikan semua untuk manusia, bahkan Tuhan kita adalah satu-satunya Tuhan yang mau berkorban untuk umatnya. Dalam agama-agama lain apapun biasanya manusia harus mempersembahakan korban bagi Tuhan.Baik agama kuno maupun yang modern manusia harus membuat korban bagi Tuhan mereka.


Dalam agama kita Kristus sekaligus menjadi imam altar dan korban untuk keselamatan umat manusia. Kalau orang masih mau pindah agama sebetulnya keterlaluan, tapai nyatanya masih ada juga yang mau pindah. Kita yang adalah mahkluk ciptaanNya diangakat menjadi putera dan puterinya. Itu terjadi semata karena cintanya kepada manusia yang tanpa nbatas apapun. Seharusnya kita yang mengalami dicintai ini perlu membagikan kasih ini kepada sesama. Yakni membawa kabar keselamata kepada sesama kita, dimanapun mereka berada.

Seperti kita dengarkan dalam bacaan pertama hari ini, para rasul menjadi berani untuk mewartakan kabar gembira setelah mereka melihat Tuhan atau bertemu dengan Tuhan. Kita pun harus menjadi pewarta kabar gembira itu bagi sesama, melalui kehidupan kita supaya orng bisa mengerti dan mau diselamatkan melalui Yesus Kristus yang telah rela menderita sengsara, wafat dan bangkit kembali dalam kasihNYa. Marilah kita satukan hidup kita sperti dinyatakan oleh Kristus” Aku dan Bapa adalah satu”. Kita masuk dalam persatuan dengan Allah Tritunggal itu sebagai anak-anak  Allaah. Rahmat menjadi anak Allah inilah yang harus kita wartkan kepada sesama kita dimanapun kita hidup dan berada. Marilah kita satukan persembahan diri kita dengan persembahan Kristus. Sekarang dan selamamya. (by F.Matius Sudiantoro, SDB)

Pakailah Perlengkapan Rohani



Kita di sini berkumpul untuk merayakan Ekaristi yaitu Perjamuan Suci untuk memohon berkat bagi kalian yang akan menghadapi ujian akhir maupun ujian semester. Dalam bacaan hari ini kita mendengar dari santo Paulus mendapat nasehat supay kita memakai perlengkapan rohani. Tentu saja kalian yang akan ujian juga perlu perlengkapan untuk menghadaoi ujian sekalian mempersiapkan diri dengan belajar.

Yang oleh santo Paulus disarankan untuk dipake adalah:

  • -          Berikat pinggang kebenaran
  • -          Berbaju zirah keadilan
  • -          Berkasut kerelaan untuk memberitakan injil damea sejahtera
  • -          Pergunakanlah perisai iman untuk memadamkan panah apai si jahat
  • -          Terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah dan doamu.

Untuk persiapan ujian harus : belajar dengan rajin, tidak boleh mencontek, mengerjakan dengan kesungguhan pada saat ujian. Sebelumnya tentu perlu mempersiapkan segala peraltan yan diperlukan untuk mengerjakan soal ujian. Itulah pakean yang harus kalaian gunakan untuk menghadapi ujian. Tapi jangan lupa juga untuk berdoa selalu.


Dalam injil hari ini kita mendengarkan kisah tentang orang yang membangun rumahnya. Yang satu membangun di atas pasir sehingga bangunan tidak kuat ketika dilanda hujan dan badai hancur berantakan. Yang lain membangun rumahnya di atas batu sehingga kokoh meskipun diterpa hujan badai tetap kokoh dan berdiri tegak bangunannya. Perumaan ini adalah gambaran dari diri kita masing-masing. Termasuk dimanakah kita yang membangun di atas pasir atau membangun di atas batu.

Kalau kita melakukan kehendak Tuhan berarti kita membangun di atas batu, tapai kalau kita melakukan kehendak sendiri kita membangun di atas pasir. Kalau anak sekolah yang tidak mau belajar itu sedang membangun rumahnya atau dirinya di atas pasir nanti akan roboh karena pengetahuan tidak bertambah. Sedangkan yang rajin belajar seperti orang yang membangun rumahnya di atas batu karena akan bertambah pengetahuanya sehingga akan berguna untuk membentuk masa depanya.

Sekarang terserah kepada adik-adik mau memilih yang mana bangunan yang akan kalian buat untuk masa depan kalian. Saya berharap kalian memilih untuk membangun rumah yang dasarnya batu sehingga akan lebih kuat bangunannya. Caranya dengan menggunakan pakean yang tadi sudah ditunjukan oleh St. Paulus. (by F.Matius Sudiantorpo SDB)

Supaya Mereka Menjadi Satu



Minggu paskah VII

Hari ini kita merayakan hari komunikasi sedunia, tujuan komunikasi seperti isi doa Yesus yang kita dengarakan hari ini dalam injil:”supaya mereka bersatu”. Namun kita melihat betapa banyak perpecahan yang terjadi dalam dunia kita sekarang ini. Peperangan antar negara masih berjalan terus, konflik antar suku di negeri kita juga terus berlanjut, lingkup yang lebih kecil perpecahan dalam keluarga semakin merajalela bisa dilihat betapa banyak percerian suami isteri. Dan ini terjadi di tengah berkembangnya berbagai macam sarana komunikasi yang sangat pesat dengan harapan semakin membuat manusia semakin mudah berkomunikasi supaya mereka bersatu.

Kalau masing-masing mau jujur bukan perlengkapan dan sarana komunikasi yang salah tetapi manusia yang menggunakannya, bukan untuk menjalin persatuan sebagai tujuan berkomunikasi. sebaliknya sarana ini justru digunakan untuk menyebarkan berbagai macam isu yang menyebabkan perselisihan dalam hidup manusia. Itulah realitas hidup manusia dengan berbagai sarana komunikasi yang semakin canggih. Sebetulnya yang diperlukan adalah pertobatan terus menerus untuk menjalin persatuan dalam hidup bersama. Seharusnya berbagai macam sarana komunikasi itu membantu untuk mempersatukan manusia. Bisa belajar dari sapu lidi kalau kita bersatu sungguh sangat kuat. Tidak ada orang yang mampu mematahkan sapu lidi yang menjadi satu ikatan. Tapi orang bisa dengan sangat mudah mematahkan lidi yang terpisah satu-satu.  Marilah kita mencontoh sapu lidi dengan membangun persatuan lewat komunikasi dengan berbagai macam sarana yang sekarang kita miliki di zaman kita seklarang. Ini berarti mewujudkan doa Yesus “ supaya mereka bersatu”

Doa Yesus dalam injil “ Bapa yang kudus. Bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang yang percaya kepadKu orelh pemberitaan mereka, supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa di dalam Aku, dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam kita, supaya dunia percaya bahwa Engkaulah yang mengutus Aku. Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan yang Engkau berikan kepadaKu, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku, supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu bahwa Engkaulah yang mengutus Aku, dan bahwa Engkau mengasihi mereka seperti Engkau mengasihi Aku”

Dalam doa ini ada komunikasi Yesus dengan Allah Bapa yang hendak mewujudkan persatuan dalam cintaksih yang sempurna antara Allah dan manusia dalam diri Yesus Kristus yang menjadi utusan Bapa.

Gereja menunjukan inti panggilan hidup sebagai orang beriman yaitu kita semua diundang untuk mencapi persatuan dengan Tuhan dalam kasih yang sempurna. Kita harus berusaha mewujudakan kesatuan itu dalam hidup bersama mulai dari lingkup terkecil dalam keluarga dan komunitas kita. Kebersatuan yang kita wujudkan bukan yang meniadakan perbedaan, tetapi persatuan yang bermula dari kasih dan kemuliaan Yesus. Demi kasihNya kita mau berkoraban bagi sesama dan demi kemuliaanya kita mau berdoa bagi sesama sekalipun mereka sudah menyakiti dan melukai diri kita. Mari kita jauhkan perpecahan, pertengkaran, yang terjadi karena ego, amarah, fitnah dan ketidakjujuran. Mari kita berjuang untuk mengusahakan kesatuan berdasarkan kasih Yesus yang bangkit dan selalu menanti dan mengharapakn kita semua untk mengalami dan menikmati kesatuan sempurna dalam kuasa cintaksih Allah Trintunggal. (by F.Matius Sudiantoro SDB)

Wednesday 1 May 2013

Perintah Baru




Dalam injil hari ini Yesus memberikan perintah baru yaitu: “Supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu, demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang tahu, bahwa kamu adalah muridku, yaitu jika kamu saling mengasihi”. Perintah baru ini jelas untuk menggantikan perintah lama yang berisi mata ganti mata dan gigi ganti gigi yang kurang lebih maknanya saling membalas dendam dengan penuh kebencian. Mencintai atau mengasihi ini tidak bisa sepihak karena dalam perintah Yesus berkata hendaklah kamu saling mengasihi. Artinya ada saling memberi dan menerima menyambut dan disambut. Begitulah Kasih akan bermakna kalau ada saling mengasihi. Ada usaha dari kedua belah pihak untuk mewujudkan kasih itu menjadi nyata.

Hidup  saling mengasihi ini harus menjadi KTP kita sebagai murid Kristus, sehingga orang mengenal kita murid Kristus karena hidup saling mengasihi. Kalimat saling mengasihi ini sangat mudah diucapkan tapi sangat sulit untuk dilaksanakan. Mengasihi selalu menuntut pengorbanan atau pemberian diri bagi orang yang kita kasih. Harus siap juga mengalami penolakan dari orang yang kita kasihi. Memang permintaan Yesus untuk saling mengasihi seharusnya bersifat reciprokal, sehingga memang ada saling membahagiakan orang yang dikasihi. Berani mengorbankan diri untuk orang yang dikasihi bahkan memberikan nyawanya seperti Yesus:”hendaklah kamu saling mengasihi seperti Aku mengasihi kamu”. Bagaimana Yesus mengasihi kita yaitu dengan rela mati di kayu salib demi keselamatan manusia. Beranikah kita menjadi seperti Yesus yang rela mati demi orang yang kita cintai.

cinta mengalahkan segalanya
Maka bisa kita lihat perbedaan sikap antara orang baik dan orang jahat hanya dalam hal berikut ini orang jahat mengorbankan orang lain untuk kepentingan dirinya sendiri, sedangkan orang baik berani mengorbankan dirinya untuk orang lain yang dikasihinya. Kalau perintah Yesus itu kita laksanakan dalam hidup maka tak akan ada pertengkaran dan peperangan di dunia ini. Sekarang pilihan ada pada kita masing-masing, akan menjadi orang baik atau orang jahat. Itulah kelebihan kita manusia dibandingkan dengan makluk lain yaitu kita mempunyai kebebasan untuk menentukan arah hidup kita. Yesus memberikan perintah baru tapi kita bisa tetap memilih untuk melakukan perintah itu atau menolaknya. Setiap pilihan selalu ada resiko yang harus diterima oleh si pemilih untuk manjadi orang baik atau orang jahat. Itulah kehidupan kita sebagai murid Yesus tentu akan memilih yang baik.

Paus Fransiskus menyatakan kasih Allah pada narapidana
Sebagai murid Kristus seharusnya kita melaksanakan perintah baru ini. Karena hidup saling mengasihi menjadi kartu identitas kita sebagai murid Kristus. Semoga kahadiran kita bisa menjadi pembawa kasih Kristus bagi sesama, sehingga orang bisa mengalami kasih Allah karena kehadiran kita bersama mereka. kita bisa menjadi pembawa damai dan pembawa cintakasih bagi sesama. Mari kita ingat dan lakasnakan kalimat dalam bahasa latini ini Amorem Dei ferens yang artinya menjadi pembawa kasih Tuhan atau dalam bahasa Italia Strumento dell’Amore. Sebagai murid Kristus hendaknnya kita bisa mewujudakan hal ini dalam kehidupan kita sehari-hari. (by. F.Matius Sudiantoro,SDB)

Mereka Mengikuti Aku



Minggu Paskah IV
Hari Minggu Panggilan
Para Imam Salesian
Hari ini bersama seluruh Gereja kita merayakan hari minggu panggilan. Sebagai umat beriman kita semua dipanggil oleh Allah untuk menuju kekudusan. Dalam Gereja kita mengenal adanya panggilan khusus yaitu orang yang terpanggil untuk menjadi imam dan menjalani hidup bakti sebagai biarawan biarawati. Dan munculnya panggilan khusus ini biasanya terwujud dalam keluarga yang menghayati imanya dengan kesungguhan hati. Meski selalu ada kekecualian misalnya ada orang yang menjadi imam meski orang tuanya masih muslim. Ada yang menjadi suster meski orang tuanya masih beragama protestan. Karena bagi Tuhan tiada yang mustahil.

Para Novis: calon suster FMA - don Bosco
Panggilan khusus ini sangat butuh dukungan dari keluarga dimana sang terpanggil menjalani hidupnya bersama keluarga. Banyak orang tua yang tidak mengerti bagaimana hidup berimannya sehingga sering tidak mengijinkan putera-puterinya untuk menjawab panggilan Tuhan secara khusus ini. Banyak juga anak muda yang tak bisa dengan mudah memastikan pilihan hidupnya karena terlalu banyak tawaran yang muncul dalam dunia sekarang ini, sehingga sering waktu mereka sudah habis sebelum sempat memilih.  Hal ini membuat banyak kaum muda tak tau ke mana arah hidupnya. Banyak kali bila ditanya cita-citamu akan menjadi apa? Kebanyakan dari mereka akan menjawab tidak tahu. Itu sekelumit pengalaman ketika berkecimpung dalam mendidik anak-anak muda di BLK Don Bosco Tigaraksa selama 4 tahun, untuk membantu mereka memiliki ketrampilan dalam hidup, setelah tamat SMA mereka belum tahu apa yang akan dicapai dalam hidupnya.

F.Matius berkarya di BLK: Suasana BLK Tangerang
Dalam injil hari ini Yesus bersabda:”Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka”. Kalimat ini sangat tepat dihayati oleh mereka yang hidup mengikuti panggilan khusus yaitu untuk diberi hidup yang kekal. Tapi kita sadar juga bahwa bila seorang dipanggil biasanya karena akan mendapat tugas dari yang memanggil. Itulah yang terjadi dengan mereka yang menghayati hidup dalam panggilan khusus. Bapa Suci Benedektus menuliskan dalam suratnya untuk minggu panggilan:”Panggilan imamat dan hidup bakti sumber harapan bagi dunia”. Mereka ini diutus untuk mewartakan hidup yang kekal yang telah diterimanya dari Yesus dalam seluruh hidupnya. Harapan akan hidup kekal inilah yang diwartakan dalam hidup bakti biarawan biarawati dan hidup para imam.

Kenyataan Gereja saat ini mengalami kekurangan dalam panggilan khusus, meski berbagai cara ditempuh untuk promosi panggilan tapi tidak seperti iklan yang menawarkan, barang di media sosial elektronik. Orang tertarik untuk mengikuti hidup relegius atau imamat tidak bisa sekedar karena iklan dan promosi panggilan dari berbagai tarekat. Tapi perlu mengalami dan melihat bahwa hidup sebagai seorang iman dan hidup bakti itu sesuatu yang membahagiakan. Sangat disayangkan banyak orang tua tidak merelakan anaknya untuk menjawab panggilan khusus ini karena kawatir anaknya tidak akan bahagia, karena dalam biara ada banyak aturan dan tidak boleh memiliki barang-barang seperti orang biasa. Inilah hidup panggilan yang harus menjadi tanda nyata Allah mengasihi manusia dalam segala kelemahan dan kekuranganya. Tapi Tuhan selalu memberikan rahmat dan berkatnya yang melimpah kepada kita. 

Para suster FMA dengan senyum ceria membawa Kabar Baik
Cinta Tuhan ini bisa terangkum dalam mazmur :” Tuhanlah gembalaku tak kan kekurangan aku”.  Dalam Tuhan semua kebutuhan kita akan terpenuhi, dan itu sungguh nyata dalam kehidupan seorang imam yang tidak pernah bekerja untuk mencari sesuap nasi, tetapi segala kebutuhan hidupnya terpenuhi. Begitu pula kehidupan para biarawan-biarawati mewujudkan secara nyata kasih Tuhan yang berlimpah bagi umat manusia. Sekaranga dan selamanya. AMIN (by.F.Matius Sudiantoro, SDB)