Kiss of an Angel

That you are young is enough to make me love you very much.

There can be no virtue without obedience.

We must, each of us, be willing to sacrifice our own will, even at a heavy cost...The sacrifice that is needed is the sacrifice of the will.

Everyone invited

"If we do not give them something to think about their minds will turn to unwholesome thoughts."

"Act today in such a way that you need not blush tomorrow."

"Direct every action to the Lord by saying, “Lord, I offer You this work, please bless it.”"

"If you wish to fly high, start from the bottom.

I would like to stress good health, good moral conduct and serious studies. Health is a precious gift; take good care of it..

Thursday, 28 February 2013

Suatu Perbuatan Ajaib di Mata Kita


Kej. 37:3-4,12-13a,17b-28;
Mzm. 105:16-21;
Mat. 21:33-43,45-46

Setiap jumat pertama kita merayakan Ekaristi untuk mengalami belas kasih dari Hati Yesus yang Mahakudus. Kehadiran kita dalam misa ini adalah suatu perbuatan ajaib yang dibuat oleh Tuhan di mata kita. Namun sering kali kita tidak menyadarinya dalam keseharian hidup kita. 

Keajaiban terbesarnya adalah Tuhan akan mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus yang akan kita sambut menjadi santapan bagi kita. Dengan menyantap Tubuh dan Darah Kristus ini, diharapkan kita bisa mempunyai hati seperti Yesus, yang mudah tergerak hatinya oleh belas kasihan.

Keajaiban berikutnya yang sudah sulit untuk kita sadari adalah apa yang terjadi pada diri kita, bahwa kita masih bisa bernapas, bisa bangun lagi pada hari ini, semua panca indra kita masih berfungsi dengan normal sehingga bisa hadir di tempat ini untuk merayakan Ekaristi adalah suatu perbuatan ajaib di mata kita. 

Perayaan Ekaristi ini menjadi kesempatan yang indah untuk bersyukur atas segala rahmat Tuhan yang sudah dan sedang kita terima dalam kehidupan kita. Sering kita menganggap mujizat itu kalau ada orang sakit parah lalu sembuh, tapi sebetulnya keadaan tetap sehat itu adalah mujizat yang lebih besar, hanya kita jarang mampu menyadari dan mensyukurinya.

Dalam bacaan hari ini kita mendengarkan Sabda Tuhan yang berbicara tentang keajaiban yang terjadi dalam kehidupan manusia. Bacaan pertama kisah tentang Yusuf dan saudara-saudara yang menjualnya merupakan tindakan tragis yang mereka buat, tetapi Tuhan mampu mengubahnya menjadi awal dari keselamatan hidup mereka dari bahaya kelaparan, sehingga kita bisa mengulang sabda Yesus:  ”Hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita”.  

Yesus menyampaikan sabda itu sebetulanya untuk mengecam imam-imam kepala dan orang parisi yang tidak mynyadari dan mensyukuri rahmat Tuhan. Mereka yang sebtulnya terpilih justru menolak rahmat itu.

Hari-hari ini kita dalam masa prapaskah saat yang tepat untuk menjalankan pembaharuan dalam hidup kita. Kalau hidup kita kurang bersyukur saat ini marilah kita mulai untuk bersyukur. Jika tadinya mudah untuk berbuat kesalahan dan dosa dan mengalihkan tangggungjawab pada orang lain marilah kita perbaiki. Berani mengakui kesalahan kita dangan rendah hati supaya bisa mengalami keajaiban belas kasih Tuhan. Dan akan menjadi semakin ajaib lagi kalau kita orang berdosa ini bisa menjadi pembawa kasih Allah bagi sesama kita dalam kehidupan sehari-hari.

Ajakan dalam tema prapaskah “Makin beriman, makin bersaudara, makin berbelarasa”. Akan membantu kita untuk menyadari, mengalami, merasakan secara nyata dalam hidup kita “Hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita”. Beriman, bersaudara dan berbelarasa itu hanya akan bisa kita alami kalau kita menyerahkan hidup kita dalam tangan kasih Tuhan. Bersama Tuhan kita berani berkata “hai masalah aku mempunyai Tuhan yang Mahabesar” yang selalu siap membuat keajaiban.(by F.Matius Sudiantoro, SDB)

Saturday, 23 February 2013

Berdirilah Dengan Teguh Dalam Tuhan



Prapaskah II

Kata-kata dari St, Paulus ini sangat cocok untuk menjadi nasehat bagi kita dalam menjalani masa prapaskah dengan laku tobat dalam keseharian hidup kita. Memang hanya dalam Tuhan kita akan dapat berdiri teguh dan kuat menghadapi berbagai kesulitan dan masalah dalam kehidupan kita. Ada nasehat bijak untuk berkata ”Hai masalah aku mempunyai Tuhan yang mahabesar” bukan “ Ya Tuhan masalahku terlalu besar”. Dalam kalimat pertama kita akan dimampukan karena Tuhan yang mahabesar bersama kita. Sedang dalam kalimat kedua kita terlalu memperbesar masalah di hadapan Tuhan.  
“Aku percaya kepada-Mu Tuhanlah pengharapanku”  seruan dalam  refren mazmur hari ini, menyatakan kesungguhan kita untuk mengikuti nasehat St. Paulus “berdirilah dengan teguh dalam Tuhan”. 
Artinya kita mempercayakan seluruh pengharapan kita kepada Tuhan yang kita percaya karena sungguh mengasihi kita; dengan memberikan Yesus kristus, “Sang Penyelamat yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini menjadi serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, sesuai dengan kuasa-Nya yang dapat menaklukan segala sesuatu kepada diriNya”. Kepercayaan kepada Tuhan akan memampukan kita untuk berdiri teguh dalam Tuhan yang membuat kita mampu terus berjuang. 
Dalam masa tobat ini kita diajak untuk menghayati hidup bersama yang “makin beriman, makin bersaudara, makin berbelarasa”. Jadi seluruh kehidupan kita jalani dalam Tuhan yang kita imani, artinya segala suka-duka hidup ini kita pasrahkan dalam kehendakNya seraya berjuang untuk mewujudkan persaudaraan dalam kehidupan bersama, serta membangun semangat belarasa bagi mereka yang lemah, kecil, tersingkir, miskin, difabel/penyandang cacat. 
Cintakasih kepada mereka ini akan menjadi sempurna bila bersumber pada Tuhan yang adalah cinta. Bapa Suci Benedictus XVI menulis ensiklik pertamanya dengan judul “ Deus caritas est”. Allah adalah kasih yang dikutip dari pernyataan St. Yohanes Rasul yang mengalami itu dalam seluruh hidupnya, sehingga sering menyebut dirinya sebagai murid yang dikasihi Tuhan.
Firman Allah Bapa yang kita dengarkan hari ini: “Inilah AnakKu yang kupilih, dengarkanlah Dia”. 
Firman ini mengundang kita untuk mengalami kasih-Nya dalam diri Yesus Putera-Nya. Untuk itu kita tidak boleh tertidur seperti tiga rasul itu yang setelahnya ingin membangun kemah atau kemapanan dalam hidup. Meski tampaknya usul Petrus sangat penuh kasih yaitu bermaksud membuat kemah untuk Yesus, Musa dan Elia. Yesus tidak membiarkan itu maka Dia mengajak mereka turun untuk menghadapi kanyataan bahwa mengasihi itu perlu pengorbanan.

Dan semangat pengorbanan untuk mengasihi yang lemah, miskin, tersingkir, kecil dan difabel hanya akan tetap berlanjut kalau kita berdiri dengan teguh dalam Tuhan. Marilah kita beriman seperti Abraham dengan berseru bersama pemazmur ”Aku percaya kepada-Mu Tuhanlah pengharapanku”. 
Itulah perjuangan hidup kita untuk menjadi pembawa kasih Tuhan bagi sesama kita sekarang dan selamanya. Amin.
(by F.Matius Sudiantoro, SDB)

Friday, 15 February 2013

Ya Tuhan, lindungi kami di dalam kesesakan





Seruan dalam refren mazmur ini sangat cocok bagi kita dalam menjalani masa Prapaskah atau masa tobat.; supaya kita selalu hidup dalam lindungan kasih Tuhan. 
Masa 40 hari ini bisa kita sebut sebagai retret agung untuk memperbaharui diri yang dinyatakan dalam pertobatan dengan tindakan nyata berpuasa, berdoa dan beramal kasih. Berpuasa merupakan upaya untuk mengendalikan diri kita dari berbagai ketidak-teraturan diri. Berdoa adalah usaha kita untuk selalu tersambung dalam kasih Allah yang mengalir pada diri kita. Beramal kasih merupakan perwujudan nyata bahwa kita sungguh orang yang dikasihi oleh Tuhan. Dimana bukti nyata bahwa kita dikasihi Tuhan itu nampak pada saat kita bisa mengasihi sesama. 

Dalam injil kita mendengarkan Yesus yang mengalami pencobaan di padang gurun. Yesus mampu menghadapi tiga macam godaan yang dialami dan memenangkannya. Sampai akhirnya iblis yang menggoda-Nya menyingkir jauh. Yesus memenangkan percobaan karena selalu menyatukan diriNya dangan Allah BapaNya. Kita juga akan mampu mengatasi berbagai percobaan dan tantangan saat kita berserah diri dalam kuasa Allah. Seperti dalam seruan mazmur “ Ya Tuhan lindungi kami di dalam kesesakan”. Itulah yang harus terus kita perjuangkan dalam kehidupan kita dalam menjalani masa pertobatan ini. Dalam kepercayaan akan kasihNya kita mengalami perlindungan dalam berbagai segi hidup dengan segala suka-dukanya.

Tiga ajakan yang sangat relevan dengan kehidupan masyarakat. Makin beriman kita diajak untuk bertumbuh dalam iman kita Bapa Suci Benediktus XVI sudah menjelaskan tiga hal yang perlu kita lakukan untuk membantu kita menjadi semakin beriman yaitu pertama, dangan membaca dan mempelajari katekismus Gereja Katolik. Dengan bertambahnya pengetahuan itu, diharapkan kita juga bertumbuh dalam iman. Kedua, dengan membaca kisah hidup para orang kudus supaya kita bisa meneladani cara hidup beriman mereka; bagaimana mereka mempraktekan iman mereka. Ketiga, kita diajak untuk mewartakan iman kita dengan gembira, bahwa kita sudah diselamatkan maka harus kita bawa keselamatan itu bagi sesama. Dengan persaudaraan maka muncul perwujudan nyata iman kita. 
St. Yakobus meyebut iman tanpa perbuatan adalah mati. Maka kita sering menyebut sebagai saudara seiman, kita semua menjadi saudara dalam Kristus. Sebagai keluarga dalam Kristus, kita disebut sebagai orang Kristen dalam persekutuan yang disebut Gereja. Sayangnya, karena kesombongan manusia maka Gereja ini menjadi terpecah-pecah menjadi bermacam-macam denominasi Gereja. 

Adanya sikap berbelarasa merupakan tindakan nyata dari kita beriman. Dalam injil sering disebutkan “ Yesus tergerak hatinya oleh belaskasihan”. Segala mujizat yang dibuat oleh Yesus karena belaskasihan kepada orang yang lebih menderita yaitu orang yang lemah, kecil, miskin, tersinggkir dan disable atau cacat baik mental maupun fisik. Contoh dan teladan Gubernur kita Pak Jokowi dan Pak Ahok sangat dasyat efeknya bagi masyarakat. Mereka menciptakan susana yang mendorong adanya kepedulian masyarakat satu dengan yang lain sangat besar. Semua anggota aparat pemerintahan bertindak secara nyata untuk membantu mereka yang menjadi korban banjir. 
Memang, Gubernur dan Wakilnya tidak bisa langsung membebaskan Jakarta dari banjir dan macet, tapi ditunjukan bagaimana menghadapi persoalan secara bersama dengan saling membantu dan peduli satu sama lain. Dalam peristiwa banjir yang sangat merata sungguh terasa solidaritas sebagai sebuah masyarakat yang sebelumnya sikap ini seperti hilang dari kehidupan masyarakat khususnya Jakarta. Selamat memasuki masa penuh rahmat, masa puasa dan pantang. (by F.Matius Sudiantoro,SDB)

MAKIN BERIMAN, MAKIN BERSAUDARA, MAKIN BERBELA RASA


SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2013
(dibacakan sebagai pengganti kotbah,pada Misa Sabtu/Minggu, 9/10 Februari 2013)



Para Ibu dan Bapak,
Suster, Bruder, Frater,
Kaum muda, remaja dan anak-anak yang terkasih dalam Kristus,
1. Pertama-tama saya ingin mengucapkan Selamat Tahun Baru Imlek kepada saudari/saudara yang merayakannya. Kita semua tahu, Tahun Baru Imlek pada mulanya berkaitan dengan syukur para petani atas datangnya musim semi, musim yang indah dan menjadi lambang munculnya kembali kehidupan setelah musim dingin yang beku. Kalau pun tidak semua dari antara kita merayakan Tahun Baru Imlek, bolehlah kita semua ikut masuk ke dalam suasana sukacita dan syukur atas berseminya harapan akan masa depan baru, berkat pembaharuan hidup.

2. Sementara itu bersama dengan seluruh Gereja, pada hari Rabu yang akan datang, kita akan memasuki masa Prapaskah, dengan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan kita masing-masing sebagai pribadi, sebagai keluarga maupun sebagai komunitas. Prapaskah adalah masa penuh rahmat, ketika kita bersama-sama mengolah pengalaman-pengalaman dan mengusahakan pembaharuan hidup agar dapat semakin mantap dan setia mengikuti Yesus Kristus sampai sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Untuk kepentingan masa Prapaskah tahun ini, sudah disediakan sarana-sarana pembantu antara lain buku yang berjudul “Retret Agung Umat – Makin Beriman, Makin Bersaudara, Makin Berbelarasa”. Semoga bahan-bahan yang sudah disediakan ini, dapat membantu seluruh umat untuk membuat masa Prapaskah semakin bermakna dan berbuah.

3. Kisah panggilan Simon yang dibacakan pada hari ini (Luk 5:1-11) memberikan kepada kita contoh bagaimana kita dapat mengusahakan dan mengalami pembaharuan hidup. Pembaharuan itu ditunjukkan dalam perubahan nama yang disandang oleh Simon. Pada awal kisah, nama yang dipakai untuk menyebut dirinya adalah Simon (ay 3.4.5). Dalam perjalanan waktu nama itu berubah: ia disebut Simon Petrus (ay 8). Kita semua tahu, dalam Kitab Suci, perubahan nama adalah tanda perubahan pribadi berkat pembaharuan hidup. Pembaharuan hidup itu tampak juga dalam cara Simon menyapa Yesus : ketika ia tampil sebagai Simon, Yesus ia panggil dengan julukan Guru (ay 5). Sementara ketika ia tampil sebagai Simon Petrus, Yesus ia sebut dengan gelar Tuhan (ay 8). Artinya, pembaharuan hidupnya terjadi berkat pengalamannya akan Yesus. Yesus ia alami bukan lagi sekedar sebagai Guru yang mengajar, tetapi sebagai Tuhan yang menguasai dan menyelenggarakan kehidupan.

4. Perubahan nama itu tampaknya sederhana dan cepat. Tetapi dalam kenyataan, perubahan nama yang mencerminkan pembaharuan hidup merupakan proses yang panjang dan tidak sederhana. Pada awal kisah, kepercayaan Simon kepada Sang Guru diuji. Ternyata Simon berani mengambil risiko : meskipun sebagai nelayan ia tahu persis bahwa waktu mencari ikan sudah lewat, ia turuti perintah Gurunya. Ia berani melangkah lebih jauh daripada perhitungan-perhitungan yang aman. Ternyata langkah yang penuh risiko ini membawanya masuk ke dalam pengalaman yang menakjubkan dan yang tak terkirakan yaitu pernyataan kuasa ilahi dalam bentuk tangkapan ikan yang berlimpah. Simon masuk ke dalam pengalaman yang menentukan dalam hidupnya : pernyataan kuasa ilahi di hadapannya ini bukannya membuat dia membusungkan dada, melainkan membuatnya sadar bahwa dirinya adalah orang berdosa. Proses pembaharuan hidup pada tahap ini membawa Simon kepada kesadaran yang benar akan dirinya sebagai pendosa. Injil menceritakan, “Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia pun tersungkur di depan Yesus dan berkata, “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa” (ay 8). Simon berharap Yesus akan pergi, tetapi ternyata pada waktu itulah justru kepadanya diberikan tugas perutusan :”Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia” (ay 10). Menjadi jelaslah bahwa  kesadaran akan dosa tidak membuat Simon terpuruk atau kehilangan harga diri. Sebaliknya kesadaran inilah yang merupakan awal dari hidup baru, yang merupakan kesimpulan dari kisah ini :”Sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu lalu mengikut Yesus” (ay 11).

5. Dengan demikian kisah penangkapan ikan yang ajaib ini dapat kita mengerti sebagai undangan bagi kita semua untuk setiap kali kembali kepada pengalaman akan kuasa dan kasih ilahi yang akan membawa kita kepada kesadaran diri yang benar sebagai orang berdosa, sebagai saat yang menentukan dalam proses pembaharuan hidup. Prapaskah adalah masa khusus yang disediakan bagi kita agar kita dapat mengalami kuasa dan kasih Allah yang membaharui kehidupan kita.

Saudari-saudaraku yang terkasih,

6. Kita semua umat Katolik Keuskupan Agung Jakarta diajak untuk menggunakan masa Prapaskah ini juga untuk membaharui kehidupan : agar kita menjadi pribadi-pribadi yang makin beriman, makin bersaudara dan makin berbelarasa. Beriman berarti semakin setia mengikuti Yesus Kristus, seperti Simon Petrus. Ketika iman kita menjadi semakin sejati, dengan sendirinya kita akan semakin bersaudara. Oleh karena itu salah satu tanda yang amat penting untuk menguji kedalaman iman kita adalah apakah iman itu berbuah persaudaraan. Sementara itu persaudaraan yang benar dan sejati dengan sendirinya akan berbuah belarasa. Hidup bersama yang tidak membuahkan belarasa tidak bisa disebut persaudaraan, melainkan sekedar kelompok atau bahkan komplotan. Begitulah proses pembaharuan hidup itu terjadi dalam bentuk lingkaran yang tidak akan pernah putus, semakin lama semakin bermutu.

7. Mengakhiri surat ini,  bersama-sama dengan para imam, diakon dan semua pelayan umat, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada para Ibu/Bapak/Suster/Bruder/ adik-adik kaum muda, remaja dan anak-anak semua yang dengan satu dan lain cara ikut terlibat dalam perutusan Gereja Keuskupan Agung Jakarta, baik untuk kebaikan Gereja sendiri maupun untuk kebaikan bersama dalam masyarakat yang lebih luas. Seperti Simon Petrus dan kawan-kawannya, kita pun dengan cara yang berbeda-beda, dipanggil dan diutus untuk menjadikan siapa pun yang kita jumpai dalam hidup kita, makin beriman, makin bersaudara, makin berbelarasa. Banjir belarasa sebagai reaksi terhadap bencana banjir yang beberapa waktu yang lalu menimpa, menunjukkan bahwa semboyan yang diangkat dalam masa Prapaskah ini bukanlah semboyan kosong, melainkan cermin berjalannya pembaharuan hidup. Semoga demikianlah seterusnya. Salam dan Berkat Tuhan untuk Anda semua, keluarga dan komunitas Anda.
 

+ I. Suharyo
Uskup Keuskupan Agung Jakarta

Saturday, 9 February 2013

Selamat Tahun Baru Imlek

Semoga di Tahun Ular Air ini, bumi kita semakin basah oleh Kasih Allah
kita semakin hidup berdampingan dalam sukacita berbagi.
salam.

Bertolaklah ke Tempat Yang Lebih Dalam



Perintah ini diberikan Yesus kepada para rasulnya yang sudah kelelahan bekerja menjala ikan sepanjang malam tanpa mendapatkan apapun. “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan”. Petrus memberikan berbagai macam alasan atas ketidakberhasilan mereka tapi jawaban terakhirnya menjadi sangat penting dak bermakna bagi kita semua “Tetapi karena perintahMu, aku akan menebarkan jala juga”. Dan hasilnya mereka mendapat ikan sangat banyak sampai jala merka hampir koyak.

Kita diajak untuk selalu bekerja dalam Tuhan dan bersama Tuhan. Kalau tidak akan menjadi sia-sia seperti yang dikerjakan para rasul sepanjang malam dan tak mendapat hasil apapun. Tapi bersama Yesus kita diajak untuk bertolak ke dalam, kita harus bertolak ke dalam Hati Yesus yang penuh kasih. Sebelumnya kita perlu juga mengenal kedalaman hati kita masing-masing. Ada apakah di kedalaman hati kita? Kita akan mengenali diri kita seperti Petrus yang berkata kepada Yesus” Tuhan tinggalkanlah aku, karena aku orang berdosa”. Ungkapan yang sangat sadar kita tidak layak berada dihadapan Tuhan.

Tuhan mengerti dengan sangat baik siapa diri kita masing-masing. Dia sangat mencintai dan mengasihi kita tanpa syarat. Itulah kesempurnaan kasih Tuhan yang hari ini mengajak kita terus bertolak ke tempat yang dalam, yaitu Hatinya yang penuh berlimpah cintakasih untuk umat manusia. Supaya setelah mengalami kasih Allah ini kita juga bisa membawa orang lain kepada Allah. 
Tugas itu dinyatakan dalam sabda Yesus “ Jangan takut. Mulai sekarang engkau akan menjala manusia”. Artinya kita dipanggil bukan untuk berdiam diri saja, tetapi untuk mnjalankan tugas menjadi penjala manusia. Menangkap orang melalui kehidupan kita baik perkataan maupun perbuatan untuk dibawa kepada Tuhan. Artinya orang bisa mengalami kasih Tuhan melalui kehadiran kita bersama mereka.

Dalam bacaan pertama kita mendengarkan kisah panggilan nabi Yesaya. Setelah dia dikuduskan oleh bara api Tuhan oleh malaikat mendengar suara Tuhan berkata: “siapakah yang akan Ku utus? Dan siapakah yang akan pergi atas namaKu?” Nabi Yesaya menjawab: “inilah aku, utuslah aku”. Jawaban ini perlu kita teladani dalam kehidupan kita dalam menagagapi ajakan Tuhan untuk bertolak ke dalam. Kata inilah aku berarti menerima diri secara utuh dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Utuslah aku adalah kesiapsediaan untuk menjalankan tugas yang Tuhan berikan.

Tugas kita tercantum secara jelas dalam refren mazmur hari ini “Nama Tuhan hendak kuwartakan di tengah umat kumuliakan”. Nama Tuhan diwartakan supaya manusia mengerti bahwa mereka harus membuak diri untuk menrima keselamatan. Namun sebelum membawa keselamatan kita harus mengalami seperti nabi Yesaya yang dikuduskan atau Petrus yang merasa berdosa, namun mengalami belas kasihan Tuhan meski dia sendiri merasa tidak pantas “ Tuhan tinggalakanlah aku, sebab aku orang berdosa”.  Jawaban Yesus merupakan peneguhan “jangan takut. Mulai sekarang engkau akan menjadi penjala manusia”. Artinya ikut turut serta dalam karya keselamatan dengan menjalani perutusan setelah kita bertolak semakin ke dalam.  Jelas sekali bersama Tuhan kita akan menghasilkan sesuatu yang mengagumkan. Maka  marilah berkarya dalam naungan kasih Tuhan yang mau selalu menyertai dalam kehidupan kita. (by F. Matius Sudiantoro, SDB)

Sunday, 3 February 2013

Yang Paling Besar Diantaranya adalah KASIH



Santo Paulus memberi definisi kasih dalam suratnya yang hari ini kita dengarkan bersama. “Kasih itu sabar, murah hati dan tidak cemburu. Kasih itu tidak memegahkan diri, tidak sombong, dan tidak bertindak kurang sopan. Kasih itu tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak cepat marah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Kasih tidak bersukacita karena kelaliman, tetapi atas kebenaran. Kasih menutupi segala sesuatu, percaya akan segala sesuatu, mengaharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan.” Dia akhir perikop ini santo Paulus menyebut tiga kebajikan yang harus dimiliki oleh setiap orang: iman harapan dan kasih. Dari tiga kebajikan ini yang paling besar diantaranya adalah kasih.

Santo Yohanes menyebut Allah adalah kasih. Dan kasih Allah yang terbesar itu dinyatakan dalam diri Yesus Kristus Allah yang menjelma menjadi manusia. Dalam Yesus kita adalah juga anak-anak Allah, maka sudah selayaknya kita mejadi wujud nyata kasih Allah dalam bahasa latin “ amorem Dei ferens” . menjadi tanda dan pembawa kasih Tuhan karena kita semua adalah anak-anak Tuhan. Dan kita tahu manusia tidak bisa hidup tanpa kasih dari sesamanya.Untuk keberadaannya ke dunia kita perlu orang tua. Kita semua mempunyai ayah dan ibu yang membuat kita bisa lahir ke dunia ini dan itu terjadi juga semata karena kasih Allah kita dilahirkan ke dunia. Artinya manusia tidak bisa hidup tanpa Tuhan yang menciptakannya dan mengasihinya.

Dalam kenyataan dunia sekarang banyak sekali muncul yang berlawanan dengan kasih yaitu kebencian yang menyebabkan permusuhan satu sama lain diantara manusia. Terbukti masih terjadi perang di mana-mana. Perang antar negara yang terjadi di Timor tengah tak pernah berakhir. Perang antar suku sangat sering terjadi di negeri kita yang mempunyai semboyan Bhineneka Tunggal Ika. Sungguh menyedihkan tapi semua itu terjadi karena saling membenci. Beberapa  bulan lalu terjadi peperangan anata suku yang sangat dekat kampung saya antara suku bali dan lampung dan itu trjadi karena ada kebancian yang sangat besar diantara pelakunya. Kalau saja semua mengerti dan mau mengikuti perintah Yesus kasihilah musuhmu tidak akan pernah terjadi peperangan. Kasihilah sesamamu seperti dirmu sendiri itulah perintah yang diberikan kepada kita semua.

“Yang paling besar diantaranya adalah kasih” merupakan pernyataan yang sangat realistis dari santo Paulus. Karena tanpa kasih manusia tidak bisa hidup. Saya suka menyebutnya sebagai cinta segitiga yang harus dihayati setiap orang: cinta kepada diri sendiri, cinta kepada sesama dan cinta kepada Tuhan. Ini merupakan tiga garis atau tiga sudut dalam sebuah segitiga. Ini merupakan sebuah analogi dari kasih Allah kita yaitu Allah Tritunggal Mahakudus. Dari sinilah kasih itu bersumber maka santo paulus menyebutnya  yang paling besar diantaranya adalah kasih. 

Simbol kasih itu adalah hati dan tanpa terkecuali kita semua mempunyai hati yang dianugerahkan Tuhan. Dari dalam hatilah mengalir kasih yang memang  Tuhan sendiri limpahkan kepada kita semua. Dalam injil Yesus diminta oleh orang yahudi untuk memamerkan kasihnya dengan menyembuhkan. Yesus menjalankan apa yang tadi disebut oleh Santo Paulus bahwa kasih itu sabar, tidak sombong dan lain-lain. Kalau kita mengasihi harus meneladan Yesus sang guru kita. Dia mengajarkan tapi juga memberikan  teladan bagaimana harus mengasihi sesama. Mengasihi  selalu menuntut pengorbanan dan kita bisa melihat dan mengalami sendiri kasih kristus kepada kita masing-masing. Kalau kita sudah dikasihi maka kita harus mengasihi, atau kita diberi rahmat maka kita harus menjadi rahmat dan berkat bagi sesama  dalam hidup kita.

(by F.Matius Sudiantoro, SDB)

Friday, 1 February 2013

Hendaklah Kamu Sehati Sepikir Dalam Satu Kasih




Hari ini kita merayakan pesta Don Bosco yang menjadi perwujudan nyata kasih Tuhan bagi kaum muda khususnya mereka yang tersisihkan. Don Bosco juga ingin kita semua bisa hidup dalam kasih Tuhan. Maka kalimat dari St. Paulus hendaklah kamu sehati sepikir dalam satu kasih sangat cocok menjadi pesan bagi kita semua dalam menjalani hidup ini; supaya kita bisa menjadi pembawa kasih Tuhan bagi sesama terutama yang terdekat dengan kita. Anggota komunitas dan keluarga kita masing-masing. Kita berkumpul bersama di sini untuk membentuk satu keluarga dalam kasih Tuhan.

Untuk bisa menjadi wujud kasih bagi orang lain lanjut St. Paulus setiap orang harus tidak mencari kepentingan dirinya tetapi kepentingan yang lain, dan dengan rendah hati menganggap orang lain lebih utama. Bahkan harus menjadi seperti Kristus yang rela tampil sebagai manusia lemah dan meninggalkan segala kemuliaanNya yang setara dengan Allah. Inilah seharusnya yang kita jalani dalam hidup kita seperti Yesus yang memberikan seluruh hidupnya karena kasihnya kepada umat manusia.

Dalam injil kita mendengar dari Yesus bahwa wujud kasih itu menjadi nyata dalam dalam tindakan melayani sesama. Yang terbesar hendaklah menjadi pelayan bagi semuanya. Itulah ajaran dan sekaligus teladan yang Tuhan Yesus berikan kepada kita pengikutnya. Kita disebut sebagai orang kristen dari kata Kristus, maka kita harus menjadi seperti Kristus dalam setiap tindakan dan perkataan yang kita wujudkan dalam hidup sehari-hari. Adakah semangat Kristus itu benar-benar menjiwai hidup kita yaitu menaruh pikiran dan perasaan Kristus dalam hidup kita. Kata yang biasa dipakai dalam injil : “Yesus tergerak hatinya oleh belas kasihan”.

Don Bosco dalam seluruh hidupnya menjalankan seperti yang dibuat oleh Yesus selalu tergerak hatinya oleh belas kasihan. Dalam  hal ini Don Bosco secara khusus memang memberi perhatian kepada orang muda yang miskin dan perlu perhatian. Tugas dan karya ini oleh Don bosco diwariskan kepada keluarga salesian yang nucleus memang para SDB sebagai penggerak supaya semua bertindak untuk keselamatan kaum muda. Perayaan pesta hari ini untuk meneguhkan semangat dan karya kita semakin membara dalam memberikan diri bagi kaum muda.

Kita di sini juga bersama banyak orang muda yang nantinya akan menjadi penggerak dalam gerakan besar ini, yaitu para frater dan bruder yang sedang dalam masa pembinaan. Mereka sedang mempersiapkan diri dengan menjalankan studi supaya nanti siap menjadi rasul kaum muda. Maka sangat dibutuhkan dukungan dari kita semua yang hadir di sini. Dalam ekairisti ini mari kita persembahkan diri kita bersama Don Bosco yang telah memberikan dirinya seutuhnya bagi keselamatan kaum muda. Penyerahan dirinya dinyataklan dalam kalimat berikiut :”For you i study, for you work, for you i live and for you i will give my life”. Dengan semangat Don Bosco marilah kita jalani hidup kita untuk kemuliaan Tuhan  dan keselamatan jiwa-jiwa manusia. (by F.Matius Sudiantoro SDB)