Kej. 37:3-4,12-13a,17b-28; Mzm. 105:16-21; Mat. 21:33-43,45-46 | |
Setiap jumat pertama kita merayakan Ekaristi untuk
mengalami belas kasih dari Hati Yesus yang Mahakudus. Kehadiran kita dalam misa
ini adalah suatu perbuatan ajaib yang dibuat oleh Tuhan di mata kita. Namun
sering kali kita tidak menyadarinya dalam keseharian hidup kita.
Keajaiban
terbesarnya adalah Tuhan akan mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah
Kristus yang akan kita sambut menjadi santapan bagi kita. Dengan menyantap
Tubuh dan Darah Kristus ini, diharapkan kita bisa mempunyai hati seperti Yesus,
yang mudah tergerak hatinya oleh belas kasihan.
Keajaiban berikutnya yang sudah sulit untuk kita
sadari adalah apa yang terjadi pada diri kita, bahwa kita masih bisa bernapas,
bisa bangun lagi pada hari ini, semua panca indra kita masih berfungsi dengan normal
sehingga bisa hadir di tempat ini untuk merayakan Ekaristi adalah suatu
perbuatan ajaib di mata kita.
Perayaan Ekaristi ini menjadi kesempatan yang
indah untuk bersyukur atas segala rahmat Tuhan yang sudah dan sedang kita
terima dalam kehidupan kita. Sering kita menganggap mujizat itu kalau ada orang
sakit parah lalu sembuh, tapi sebetulnya keadaan tetap sehat itu adalah mujizat
yang lebih besar, hanya kita jarang mampu menyadari dan mensyukurinya.
Dalam bacaan hari ini kita mendengarkan Sabda Tuhan yang
berbicara tentang keajaiban yang terjadi dalam kehidupan manusia. Bacaan
pertama kisah tentang Yusuf dan saudara-saudara yang menjualnya merupakan
tindakan tragis yang mereka buat, tetapi Tuhan mampu mengubahnya menjadi awal
dari keselamatan hidup mereka dari bahaya kelaparan, sehingga kita bisa
mengulang sabda Yesus: ”Hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib
di mata kita”.
Yesus menyampaikan sabda itu sebetulanya untuk mengecam
imam-imam kepala dan orang parisi yang tidak mynyadari dan mensyukuri rahmat
Tuhan. Mereka yang sebtulnya terpilih justru menolak rahmat itu.
Hari-hari ini kita dalam masa prapaskah saat yang
tepat untuk menjalankan pembaharuan dalam hidup kita. Kalau hidup kita kurang
bersyukur saat ini marilah kita mulai untuk bersyukur. Jika tadinya mudah untuk
berbuat kesalahan dan dosa dan mengalihkan tangggungjawab pada orang lain
marilah kita perbaiki. Berani mengakui kesalahan kita dangan rendah hati supaya
bisa mengalami keajaiban belas kasih Tuhan. Dan akan menjadi semakin ajaib lagi
kalau kita orang berdosa ini bisa menjadi pembawa kasih Allah bagi sesama kita
dalam kehidupan sehari-hari.
Ajakan dalam tema prapaskah “Makin beriman, makin
bersaudara, makin berbelarasa”. Akan membantu kita untuk menyadari, mengalami,
merasakan secara nyata dalam hidup kita “Hal itu terjadi dari pihak Tuhan,
suatu perbuatan ajaib di mata kita”. Beriman, bersaudara dan berbelarasa itu
hanya akan bisa kita alami kalau kita menyerahkan hidup kita dalam tangan kasih
Tuhan. Bersama Tuhan kita berani berkata “hai masalah aku mempunyai Tuhan yang
Mahabesar” yang selalu siap membuat keajaiban.(by F.Matius Sudiantoro, SDB)